Kiamat Antibiotik Mengancam; Obat-obatan untuk Melawan Superbug Langka

Kiamat antibiotik sedang mengintai, dan hanya tujuh obat baru yang sedang dikembangkan untuk memerangi superbugs (kuman super) yang paling mematikan, termasuk carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE), “bakteria neraka” yang sering kali tak bisa disembuhkan seperti yang diwanti-wanti oleh Pusat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (CDC) bulan lalu, mengutip sebuah laporan terbaru dari Masyarakat Penyakit Menular Amerika (IDSA).

“Kita sedang berada dalam ambang kembali ke jaman kegelapan, masa sebelum antibiotik memungkinkan dilakukannya bedah yang aman, kemoterafi, dan perawatan bayi prematur,” kata Dr. Helen Boucher, seorang spesialis penyakit menular pada Tufts Medical Center di Boston dan pengarang kepala dari laporan IDSA, yang diterbitkan secara online dalam Clinical Infectious Diseases.

Dengan adanya tujuh obat baru yang akan dipasarkan beberapa tahun lagi ini, inipun jika disetujui BPOM AS, “berarti kita berada pada upaya terakhir dalam memerangi epidemik infeksi bakterial gram-negatif yang sangat resisten,” kata Brian Currie, MD, wakil presiden dan direktur medis riset di Montefiore Medical Center in NYC.

Obat andalan terakhir ini—polymyxin—bisa menjadi toksik terhadap otak dan ginjal, kata Dr. Currie, “namun dalam era keputusasaan ini, inilah satu-satunya yang kita punya, dan sekarang, yang mengerikan, ada yang dinamakan isolat CRE [yang disebut “bakteria neraka”] yang tidak mempan terhadap obat tersebut, yang artinya kita tidak punya apa-apa lagi untuk diandalkan.”


“Kita Semua Beresiko” 

Kemampuan obat tersebut untuk digunakan sebagai senjata baru dalam melawan superbugs masih “perlu diperkuat lagi, dan diperlukan solusi-solusi baru untuk membangkitkan obat ini—sekarang,” kata presiden IDSA David Relman, MD dalam sebuah pernyataannya.

“Kita semua beresiko,” kata Dr. Boucher menambahkan.

Setiap tahunnya, hampir dua juta orang Amerika terkena infeksi yang membutuhkan perawatan—kebanyakan dipicu oleh bakteria yang resisten terhadap antibiotik—dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC telah menggolongkan resistensi antibiotik sebagai salah satu dari ancaman tunggal yang terbesar bagi kesehatan jaman sekarang,  sedangkan IDSA telah mewanti-wanti akan timbulnya “kiamat antibiotik” semenjak tahun 2004.

Faktanya, satu superbug saja, MRSA, bisa membunuh lebih banyak orang Amerika setiap tahunnya daripada HIV/AIDS, emphysema, penyakit Parkinson, dan bunuh diri digabungkan jadi satu. Pada bulan Maret, CDC memperingatkan tentang adanya peningkatan CRE sebanyak empat kali lipat yang menewaskan hingga 50 persen dari mereka yang terinfeksi. Kasus-kasus CRE, yang terjadi dalam setting penanganan kesehatan, dilaporkan pada hampir 200 rumah sakit di AS dalam enam bulan pertama tahun 2012 saja.

Miliaran Dolar Dihabiskan untuk Mengembangkan “Obat Gaya Hidup” Bukannya Antibiotik

Bandingkan tujuh obat yang sedang dikembangkan untuk memerangi bakteri yang resisten ini dengan hampir1.000 obat-obatan kanker baru yang kini sedang dalam pengembangan. Lebih dari itu, Dr. Currie mencatat bahwa miliaran dolar kini telah dihabiskan untuk memproduksi “obat-obatan gaya hidup,” yang baru seperti obat-obatan untuk mengobati disfungsi ereksi yang dikembangkan secara besar-besaran, sementara potensi timbulnya epidemi infeksi bakterial yang resisten-obat telah menyebar ke sekurangnya 41 negara bagian dan di setiap benua di dunia ini.

Faktanya, hanya dua antibiotik baru yang telah disetujui BPOM AS semenjak tahun 2009, kata laporan IDSA, bersama dengan ratusan obat-obatan lain untuk penyakit lainnya. Rata-rata biaya memasarkan obat baru adalah $1,3 miliar, menurut laporan Forbes, dan bisa berkembang hingga $11 miliar. “Jumlah biaya yang diperlukan untuk mengembangkan obat baru yang akan digunakan pasien selama sisa hidup mereka sama dengan jumlah biaya untuk mengembangkan sebuah antibiotik yang hanya akan digunakan pasien selama beberapa hari saja,” kata Dr. Currie, yang juga merupakan asisten dekan bidang penelitian klinis pada Albert Einstein College of Medicine dan seorang fellow pada IDSA. 


Bakteria Gram-Negatif—Superbugs Paling Berbahaya

Bakteria Gram-negatif (Gram-negative bacteria) (dinamakan demikian karena bacteria tersebut tidak berubah menjadi ungu selama uji laboratorium yang dinamakan uji warna Gram, sedangkan bakteria Gram-positif  sebaliknya) bisa memicu banyak infeksi, termasuk keracunan makanan, kolera, pneumonia, dan STDs, menurut the National Institutes of Health. Di antara bakteria Gram-negatif yang telah menjadi resisten terhadap antibiotik adalah:
  • E. Coli, penyebab utama timbulnya infeksi saluran kemih (urinary tract infections (UTIs)). Ada banyak laporan tentang infeksi E. Coli dalam 37 negara bagian yang resisten terhadap lebih dari 15 jenis antibiotik, termasuk carbapems, yang oleh CDC disebut sebagai pilihan  terakhir ketika semua obat lain gagal. Hingga 50 persen dari infeksi ini fatal.
  • Klebsiella pneumonia, yang menyebabkan banyak jenis infeksi yang berhubungan dengan perawatan kesehatan, termasuk pneumonia, UTIs, dan infeksi aliran darah. Yang paling mematikan disebut CRKP (-resistant Klebsiella pneumonia) dan resisten terhadap hampir semua antibiotik.
  • Neisseria gonorrhoeae, yang menyebabkan penyakit yang menular secara seksual gonorrhea, penyakit infeksi yang paling banyak dilaporkan kedua di AS. Banyak kasus “super gonorrhea” yang sulit ditangani dilaporkan timbul di AS dan CDC mengatakan “hanya masalah waktu” sebelum akhirnya tidak bisa ditangani sama sekali, yang berarti bahwa STD sebenarnya bisa fatal, menurut laporan Atlantic.
Kematian Akibat Infeksi yang Tak Dapat Diobati Meningkat

Kurangnya antibitoik yang efektif telah membunuh Josh Nahum pada tahun 2006. Mengagumkan, pria berusia 27 tahun asal Colorado tersebut bisa bertahan dari kecelakaan terjun payung yang menyebabkan beberapa tulangnya patah. Ketika berada di ruang ICU, dia berhasil disembuhkan dari penyakit infeksi bakterial yang didapat dari rumah sakit (MRSA), namun kemudian terkena superbug Gram-negatif yang lebih berbahaya, yang dinamakan Enterobacter aerogenes.

Setelah melalui sebuah perjuangan yang melelahkan melawan infeksi yang tak bisa diobati yang membuat tubuhnya menjadi lumpuh dan tergantung pada ventilator, dia tewas dua minggu kemudian. Keluarganya kini sedang bergiat untuk meningkatkan kesadaran akan infeksi bakterial gram-negatif.

Kami tidak bertindak dengan serta merta untuk menghindari penggunaan perawatan yang ada secara berlebihan, dan mengembangkan lebih banyak lagi antibiotik yang baru, kata IDSA, “kita menghadapi sebuah masa depan yang boleh jadi menyerupai masa-masa sebelum obat-obatan ‘ajaib’ ini ditemukan; di mana orang-orang banyak yang tewas karena infeksi yang biasa saja dan banyak intervensi medis yang sekarang kita anggap sebagai sesuatu yang biasa—termasuk bedah, kemoterafi, transpalantasi organ dan perawatan bayi prematur—menjadi tidak mungkin dilakukan.

Apa yang Bisa Anda Lakukan Agar Selamat

Bakteria Gram-negatif, meski menjadi ancaman dalam bidang perawatam kesehatan, bermutasi lebih mudah dibandingkan bakteria yang lain, kata Dr. Currie. “Suku bakteria ini telah menunjukkan sebuah kemampuan untuk menerima DNA dengan gen-gen resisten (resistance genes) yang membuat mereka imun terhadap 18 obat-obatan yang menyerupai penisilin, termasuk obat-obatan paling mujarab yang kita punya.

Apa yang membuat bakteria ini berbahaya kata Dr. Currie, “adalah bahwa meski bakteria ini telah mati, namun dinding-dinding sel mereka melepaskan endotoxin, yang bisa menimbulkan jalur peradangan (inflammatory cascade) pada pasien yang bisa menyebabkan timbulnya sepsis [infeksi yang berlebihan]. Bahkan meski diberi perawatan terbaik, si pasien boleh jadi tidak bisa diselamatkan.

Pertahahan terbaik melawan infeksi yang didapat dari perawatan kesehatan adalah dengan mendesak  para penyedia layanan kesehatan agar mencuci tangan mereka dan memakai sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan terhadap Anda. Seperti yang saya laporkan terdahulu, Anda juga bisa mengurangi resiko terkena penyakit menular hingga 51 persen dengan cara sering-sering mencuci tangan Anda. Faktanya, 40 juta orang Amerika jatuh sakit dalam setahun oleh karena penyebaran kuman melalui tangan, yang bisa menampung 500.000 bakteria per sentimeter persegi. 

Cara lain melawan resistensi antibiotik adalah:
  • Hindari pemakaian yang tidak perlu: Antibiotik tidak bekerja pada penyakit-penyakit akibat virus seperti pilek dan flu. Panduan penanganan infeksi telinga pada anak-anak yang baru dari American Academy of Pediatrics menganjurkan kita melakukan observasi atau “waspada dan menunggu” (“watchful waiting”) bukannya langsung meminta obat antibiotik dalam banyak kasus.
  • Jika dokter Anda meresepkan obat antibiotik, jangan lupa menanyakan mengapa dan apakah  ada obat lain, termasuk waspada dan menunggu.
  • Jika antibiotik diresepkan secara sah, jangan lupa memastikan anak Anda menghabiskan semua obat yang diberikan, meski penyakitnya sudah sembuh. Perawatan yang tidak lengkap boleh jadi bisa mengundang superbugs di kemudian hari. (By Lisa Collier Cool/Apr 18, 2013)

http://health.yahoo.net/experts/dayinhealth/deadly-superbugs-evolving-faster-drugs-fight-them

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger