Vitamin B3—juga disebut niacin atau asam nikotinik—telah
digunakan dengan aman selama 60 tahun untuk mengatasi gangguan kolesterol
tinggi, dengan didukung oleh sekitar 42.000 paper ilmiah yang diterbitkan dalam
PubMed yang menggambarkan khasiat dan
keampuhan vitamin tersebut.
Tidak seperti obat-obatan statin, yang khasiat utamanya menurunkan
kolesterol LDL, niacin merupakan obat
yang sangat aman, yang manjur untuk semua masalah lipid (lemak), memperbaiki level kolesterol yang baik maupun
kolesterol yang jahat dan trigliserida,” kata Bradley Bale, MD, direktur medis pada Heart Health Program for Grace Clinic di
Lubbock, Texas.
Salah satu penelitian penting yang
diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology
menemukan bahwa dalam dosis terapeutik, niacin
bisa meningkatkan HDL sebanyak 35 persen dan menurunkan level trigliserida
sebanyak 50 persen.
Yang paling menakjubkan, ketika para
peneliti meneliti 8.431 partisipan—yang semuanya pernah menderita serangan
jantung sebelum menjadi partisipan dalam penelitian tersebut—selama 15 tahun, ternyata
mereka yang menggunakan niacin mengalami penurunan resiko serangan jantung dan
stroke sebesar 25 persen, bahkan setelah treatment
tersebut dihentikan, dibandingkan dengan mereka yang menggunakan placebo.
Sangat Efektif,
Namun Sering Kali Diabaikan
Meski ada sekitar 42.000 paper
ilmiah yang diterbitkan dalam PubMed
yang mendukung kemanjuran niacin dan
kegunaan medisnya, namun vitamin tersebut masih sering dilecehkan sebagai obat
penyakit jantung, karena berbagai alasan.
“Jawaban sederhananya adalah karena uang,”
menurut OMNS. “Obat-obatan penurun
kolesterol [seperti statin] merupakan
mesin uang bagi industri farmasi yang bernilai triliunan dolar,” meski tidak
ada tekanan dari pasar yang mendesak para penyedia layanan medis untuk
merekomendasikan obat yang dijual bebas yang murah seperti niacin ini.
Dalam praktiknya, Dr. Bale biasanya
merekomendasikan niacin untuk para
pasien dengan indikasi sebagai berikut, jika memungkinkan secara medis:
- Orang yang menderita kolesterol tinggi yang tidak bisa mengkonsumsi obat-obatan statin. Sekitar 20 persen pengguna statin berhenti minum obat ini karena efek samping yang ditimbulkannya.
- Para pasien yang menderita masalah lipid yang komplek, seperti rendahnya level kolesterol HDL yang baik bagi jantung dan trigliserida (sejenis lemak darah) yang tinggi.
- Orang yang mengalami masalah kolesterol karena keturunan, seperti meningginya level lipoprotein (a), sejenis kolesterol yang bisa menaikkan resiko serangan jantung sebanyak tiga kali lipat dan tidak bisa diatasi dengan obat-obatan statin. Menggunakan obat-obatan niacin bisa menurunkan level lipoprotein (a) hingga 40 persen, menurut European Atherosclerosis Society.
- Para pasien yang mempunyai masalah kolesterol yang tidak mempan menggunakan obat-obatan statin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa statin yang digabungkan dengan niacin lebih efektif dibandingkan dengan statin saja.
Efek Samping
Niacin
Dalam dosis-dosis yang biasanya
digunakan untuk mengontrol kolesterol, vitamin tersebut bisa mempunyai efek
samping yang mengganggu yang dikenal sebagai “the niacin flush,” rasa
gatal-gatal yang bersifat sementara dan kadang-kadang atau timbul bintik
kemerahan pada kulit yang berlangsung sekurangnya 30 hingga 60 menit.
“Para dokter menyadari bahwa jika
mereka memberi niacin, maka mereka
akan mendapat telepon dari para pasien yang mengeluhkan tentang timbulnya efek
seperti ini, khususnya pada pemakaian pertama,” kata Dr. Bale. “Akan tetapi,
masalah ini tidak berbahaya dan sering kali bisa dihindari dengan cara memulai
dengan dosis rendah yang kemudian ditingkatkan secara perlahan.” Para pasien
yang mengalami efek gatal-gatal pada awal pemakaian biasanya akan menemukan bahwa
masalah tersebut menghilang atau jauh berkurang seiring waktu.
Meski tersedia niacin yang tidak menimbulkan efek gatal-gatal dan bintik kemerahan
pada kulit, namun niacin jenis ini
tampaknya kurang efektif atau boleh jadi mempunyai efek samping yang malah lebih
berbahaya, kata Dr. Bale menambahkan. “Ada dua cara tubuh kita me-metabolisme niacin, dan niacin yang tidak menyebabkan efek gatal-gatal lebih besar
kemungkinannya akan merusak liver.”
Dr. Bale menyarankan agar kita menghindari
niacin yang tidak menimbulkan efek
gatal-gatal atau niacin yang extended released (yang diformulasi
untuk diserap oleh tubuh secara perlahan dalam waktu lama). Lagi pula, niacin semestinya hanya digunakan di
bawah pengawasan penyedia layanan kesehatan, setelah melakukan diskusi panjang
tentang potensi manfaat dan resikonya.
Seperti halnya statin, niacin bisa menyebabkan masalah pada sebagian pasien. Niacin juga bisa menyebabkan encok kumat
bagi yang menderitanya, dan bisa menyebabkan pendarahan pada saluran pencernaan
(GI bleeding) pada pasien yang
menderita ulcers (tukak lambung),
kata Dr. Bale mengingatkan. “Penanganan kolesterol dengan cara apapun bisa
menimbulkan efek samping, namun dibandingkan dengan statin, niacin relatif
lebih aman.
Sebuah Penelitian
yang Kontroversial tentang Niacin
Pada bulan Maret lalu, hasil penelitian
yang diterbitkan secara besar-besaran tentang Tredaptive, sebuah obat percobaan yang mengandung niacin yang extended released plus sebuah obat anti-flushing (yang tidak menimbulkan efek kemerahan pada kulit)
yang dinamakan laropiprant, oleh
media dinterpretasikan sebagai menunjukkan bahwa niacin boleh jadi mempunyai efek samping yang berbahaya.
Dalam studi tersebut, 25.673 pasien
yang telah diobati dengan statin
dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok. Salah satu kelompok mengkonsumsi obat
statin plus Tredaptive dan kelompok
yang lain mengkonsumsi statin dengan
dosis yang sama ditambah dengan placebo.
Para pasien yang mengkonsumsi Tredaptive ternyata mengalami bleeding (pendarahan) yang rata-rata
lebih tinggi (2,5 persen vs. 1,9 persen) dan infeksi yang lebih tinggi (8
persen vs. 6,6 persen), dan juga timbulnya diabetes yang lebih tinggi (9,1
persen vs. 7,3 persen). Para pasien yang diberi obat-obatan percobaan tersebut
ternyata tidak juga mengalami penurunan rata-rata serangan jantung atau stroke.
Penelitian tersebut dihentikan
sebelum waktunya, setelah empat tahun, sehubungan dengan timbulnya
masalah-masalah seperti di atas dan perusahaan pembuat obat eksperimental
tersebut, Merck, mengumumkan bahwa mereka tidak akan meminta persetujuan dari
BPOM AS.
Sementara media melaporkan niacin-lah yang menjadi biang-kerok
semua ini, Dr. Bale dan para ahli yang lain mengingatkan bahwa efek samping
yang merugikan ini tidak ditemukan dalam banyak penelitian terdahulu tentang niacin secara tersendiri, sehingga obat anti-flushing (laropiprant), tersebutlah yang boleh jadi merupakan biang-keroknya.
“Niacin
kini disingkirkan pada saat vitamin tersebut merupakan obat yang murah, manjur,
dan sangat aman digunakan selama beberapa dekade,” kata Dr. Bale. “Apa yang ingin
disampaikan oleh hasil penelitian ini adalah bahwa obat kombinasi yang tidak
menimbulkan efek kemerahan pada kulit ini ternyata ini tidak berhasil dan bisa
mempunyai efek samping yang signifikan.” (By Lisa
Collier Cool
Apr 10, 2013)
Apr 10, 2013)
http://health.yahoo.net/experts/dayinhealth/safest-cholesterol-treatment
1 comments:
Sering begitu produsen obat, klo ada yang efektif tapi murah, tiba2 bikin uji banding untuk jatuhin obat efektif yang murah, biar bisa jual obat yang nilai ekonominya tinggi. Kecurangan yang jadi rahasia umum.
Post a Comment