Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang telah berlangsung sejak
tanggal 9 November lalu tentu mengejutkan dan sekaligus mengecewakan bagi
sebagian guru. Faktanya, banyak guru yang mendapat nilai di bawah passing grade 5,5, meski banyak pula
yang mendapat nilai jauh di atas itu, 7, 8, bahkan 9.
Boleh jadi kita yang mendapat nilai di bawah 5,5 telah
belajar keras beberapa minggu sebelumnya, atau mungkin beberapa bulan. Namun
apa daya yang dipelajari tidak ada yang keluar, atau soal test UKG ternyata
jauh berbeda dengan yang kita perkirakan.
Prediksi soal-soal UKG yang banyak beredar di Internet
kebanyakan teoritis, berupa hapalan, sedangkan soal-soal test UKG kebanyakan
aplikatif yang menuntut ketelitian, kecermatan, dan wawasan yang luas dalam
menjawabnya karena banyak soal-soal yang ambigu.
Lalu, apakah yang bisa kita petik dari hasil UKG ini? Apakah
kita yang tidak lulus (yang nilainya di bawah 5,5) bisa digolongkan bermutu
rendah dan mereka yang lulus bermutu tinggi? Jawabannya tentu tidak sesederhana
itu.
UKG tidak bisa dikatakan sebagai gambaran mutu guru secara
keseluruhan.
Sekurangnya masih ada dua pokok kompetensi guru lagi yang
tidak tercermin dalam UKG, yaitu kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.
Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa guru yang tidak lulus
UKG kurang bisa mengajar dan kurang menguasai materi pelajaran karena materi
UKG sungguh jauh di atas level kurikulum sekolah tempat kita mengajar.
Apalagi kalau menyangkut pelaksanaan KBM di dalam kelas.
Kita tidak bisa dengan serta merta mengatakan guru yang lulus UKG lebih
terampil dalam mengelola pembelajaran dibandingkan dengan yang tidak lulus
karena situasinya sungguh berbeda.
Sebelum menyampaikan pelajaran di dalam kelas guru mempunyai
kesempatan yang luas untuk mempersiapkan KBM, merancang pembelajaran yang
menarik, dan memperdalam materi yang akan disampaikan. Dengan kata lain, guru
bisa mempelajari terlebih dahulu materi apa yang akan mereka sampaikan di dalam
kelas seperti yang tertera dalam kurikulum. Sedangkan dalam UKG, guru tidak
pernah tahu materi kompetensi profesional apa yang akan keluar karena materi
yang diujikan dalam UKG bukan materi pelajaran di sekolah. Materi UKG diambil
dari luar, dari perkembangan ilmu terkini yang sungguh sangat luas. Kisi-kisi
UKG yang banyak beredar juga terlalu luas, tidak spesifik.
Di samping itu masih ada kompetensi kepribadian yang juga
berkontribusi terhadap keberhasilan dalam mengelola pembelajaran, seperti
kedewasaan dan kewibawaan.
Namun demikian kita tidak bisa pula mengatakan bahwa guru
yang mendapat nilai rendah sama saja dengan guru yang mendapat nilai tinggi
dalam hal KBM, atau guru yang mendapat nilai tinggi hanya pintar secara
teoritis, namun belum tentu cakap dalam mengajar di depan kelas. Guru yang
mendapat nilai rendah tentu memerlukan persiapan yang lebih lama sebelum
melaksanakan KBM. Sedangkan guru yang mendapat nilai tinggi akan lebih cepat
dan lebih siap dalam menjawab pertanyaan siswa. Guru yang bernilai tinggi akan
memberi lebih banyak kepada siswa, daripada hanya sekadar materi yang ada dalam
kurikulum.
Sebagaimana yang banyak diceritakan rekan-rekan guru di
media sosial, UKG hanyalah sebuah cermin bagi guru. Ketika kita bercermin tentu
kita tidak bisa melihat seluruh tubuh kita. Kita hanya melihat sebagian.
Yang jelas terlihat dari cermin UKG adalah, bagi kita yang
mendapat nilai kecil, bahwa selama ini kita kurang bisa mengelola pembelajaran
seperti yang diminta dalam kurikulum yang berlaku dengan langkah-langkah yang tepat.
Dan bahwa wawasan profesional kita masih rendah, masih sekitar materi yang
tercantum dalam silabus semata. Selama ini kita hanya berkutat dengan buku-buku
teks pelajaran untuk siswa semata, tanpa pernah mengembangkannya, mencari
sumber-sumber lain sebagai penunjang, pengaya materi yang kita ajarkan.
Kita kurang mengikuti perkembangan ilmu terkini yang selalu
dinamis. kita kurang membaca. Kita ketinggalan. Kita menganggap bahwa kita
tidak lagi perlu belajar; kita sudah hapal materi yang harus disampaikan ke
siswa karena kita sudah menjadi guru selama bertahun-tahun.
Bagi kita yang mendapat nilai rendah, UKG adalah sebuah
peringatan bahwa kita perlu belajar lebih banyak lagi. Selama ini kita merasa bahwa
ilmu kita sudah cukup, padahal masih kurang, masih sangat kurang. Kenyataan
bahwa nilai UKG kita di bawah 5,5 cukup menunjukkan betapa banyak kekurangan itu,
karena angka 5,5 itu sendiri belumlah ideal. Ingat, pemerintah berencana terus
menaikkan nilai rata-rata UKG secara bertahap setiap tahun hingga mencapai
angka minimal 8,0 pada tahun 2019.***
0 comments:
Post a Comment