Credit: Human brain image via Shutterstock |
Otak kiri Vs otak kanan telah lama menjadi dasar-dasar dari jutaan test penilaian kepribadian, buku-buku tentang cara memotivasi diri dan latihan-latihan kerja sama tim—tapi semua itu nonsense.
Kebudayaan populer akan membuat Anda percaya bahwa mereka yang berpikiran logis, metodis dan analitis adalah dominan otak kiri, sedangkan mereka yang bertipe kreatif dan artistik dominan otak kanan. Masalahnya adalah, sains sebenarnya tidak pernah benar-benar mendukung pernyataan ini.
Kini, para ilmuwan di Universitas Utah telah mementahkan mitos di atas dengan sebuah analisis tentang lebih dari 1.000 otak. Mereka tidak menemukan adanya bukti-bukti bahwa seseorang lebih cenderung menggunakan otak kiri atau otak kanan mereka. Semua partisipan dalam penelitian tersebut—dan tentu saja para ilmuwan tersebut—ternyata menggunakan otak mereka secara seimbang secara keseluruhan, selama masa eksperimen tersebut dilaksanakan.
Paper yang menggambarkan penelitian ini bisa ditemukan dalam jurnal PLOS ONE. [10 Things You Didn't Know About the Brain]
Preferensi penggunaan salah satu
area otak lebih banyak dari lainnya untuk fungsi-fungsi tertentu, yang oleh
ilmuwan disebut lateralisasi, sebenarnya memang ada, kata penulis kepala Dr.
Jeff Anderson, direktur the Layanan Pemetaan Bedah Saraf fMRI (fMRI Neurosurgical Mapping Service) di
Universitas Utah. Sebagai contoh, pembicaraan (speech) berasal dari sisi otak sebelah kiri bagi kebanyakan mereka
yang tidak kidal. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa para penulis besar atau
para ahli pidato menggunakan otak kiri mereka lebih banyak dari yang kanan,
atau bahwa salah satu sisi otak mereka lebih kaya akan neuron.
Ada miskonsepsi bahwa segala sesuatu
yang berhubungan dengan menjadi analitis adalah urusan salah satu sisi otak,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan menjadi kreatif adalah urusan sisi
otak yang lainnya, kata Anderson. Nyatanya, adalah koneksi di antara semua
wilayah-wlayah otak yang membuat manusia mampu melakukan berbagai kreatifitas
maupun berpikir analitis.
“Jadi bukannya belahan otak sebelah
kiri berhubungan dengan logika atau nalar lebih banyak daripada yang sebelah
kanan,” kata Anderson pada LiveScience.
“Juga, kreatifitas tidak lebih banyak diproses disisi otak sebelah kanan
daripada di sebelah kiri.
Tim Anderson meneliti hasil-hasil scan otak dari para partisipan yansg
berusia 7 hingga 29 tahun ketika mereka sedang beristirahat. Mereka meneliti
aktifitas dalam 7.000 wilayah otak, dan meneliti koneksi-koneksi neural (neural connections) di dalam dan di
antara wilayah-wilayah tersebut. Meski mereka melihat banyak kantung-kantung
lalu-lintas neural berat (heavy neural
traffic) di dalam wilayah-wilayah kunci tertentu, namun rata-rata, baik
sisi kiri maupun sisi kanan otak secara esensial seimbang dalam jaringan dan
konektifitas neural mereka.
“Tapi kami tidak melihat pola-pola
di mana keseluruhan bagian jaringan otak kiri lebih terhubung, atau keseluruhan
bagian otak kanan lebih terhubung pada beberapa orang,” kata Jared Nielson,
seorang mahasiswa pascasarjana dan penulis utama dalam penelitian tersebut.
Mitos soal apakah seseorang
tergolong sebagai “otak kiri” atau “otak kanan” boleh jadi timbul dari
penelitian pemenang Hadiah Nobel Roger Sperry, yang dilaksanakan pada tahun
1960-an. Sperry meneliti para pasein penderita epilepsi, yang diberi layanan
bedah yang membelah otak di sepanjang sebuah struktur yang disebut corpus callosum. Karena corpus collosum
menghubungkan kedua hemisfer otak, maka bagian kiri dan kanan dari otak
para pasien tersebut tidak bisa lagi berkomunikasi.
Sperry dan para peneliti lainnya,
melalui serangkaian penelitian-penelitian cerdas, telah menentukan
bagian-bagian yang mana, atau sisi-sisi yang mana, dari otak yang dilibatkan
dalam hal bahasa, matematika, menggambar dan fungsi-fungsi lainnya pada para pasien
tersebut. Tapi kemudian para penggemar psikologi tingkat populer meneruskan ide
ini, menciptakan anggapan bahwa kepribadian dan atribusi manusia lainnya
ditentukan oleh sisi mana dari otak yang dominan.
Masyarakat neurosains tidak pernah
membenarkan anggapan ini, kata Anderson, dan sekarang kami telah mempunyai
bukti-bukti dari lebih dari 1.000 scan
otak yang menunjukkan secara mutlak bahwa tidak ada tanda-tanda adanya dominasi
sisi otak kiri atau kanan.
Anderson mengatakan dia tidak punya
niat untuk membantah mitos yang ada. Timnya hanya bertujuan untuk memahami dengan
lebih baik lateralisasi otak untuk menangani kondisi-kondisi seperti Down
sindrom, autisme, atau skizofrenia, di mana bagian otak kiri dan kanan berperan
secara atipikal.
Jadi, haruskah Anda membuang alat
uji yang mencoba menentukan apakah Anda berpikir menggunakan otak kiri atau
otak kanan? Kedua sisi otak Anda, dan juga para ilmuwan, mengatakan ya.
Christopher Wanjek is the author of
a new novel, "Hey, Einstein!",
a comical nature-versus-nurture tale about raising clones of Albert Einstein in
less-than-ideal settings. His column, Bad
Medicine, appears regularly on LiveScience.
Editor's
Recommendations
0 comments:
Post a Comment