Penyakit jantung adalah pembunuh
nomer satu baik bagi pria maupun wanita di Amerika Serikat, dan lebih dari
610.000 orang Amerika meninggal dunia akibat penyakit tersebut setiap tahunnya;
ini berarti satu dari setiap empat kematian. Jika Anda mengetahui sedikit saja
tentang kesehatan jantung, maka faktor-faktor kunci resiko kesehatan jantung
tidaklah akan asing bagi Anda. Faktor-faktor tersebut termasuk tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, merokok, kelebihan berat badan, dan kurang olahraga.
Tapi ternyata boleh jadi ada lebih banyak resiko dari yang Anda kira seperti di
atas—banyak di antaranya yang tidak ketara. Di bawah ini adalah 10 hal-hal tak terduga yang boleh jadi akan memengaruhi resiko Anda terkena penyakti jantung, yang
bisa menyebabkan baik atau buruk bagi jantung Anda.
Ketinggian
tempat tinggal
Sebuah penelitian yang diterbitkan
dalam jurnal Frontiers in Psychology menemukan bahwa orang yang tinggal di tempat yang tinggi (antara 457
hingga 2.297 meter) mempunyai resiko yang lebih rendah akan terkena sindrom
metabolis—rumpun faktor-faktor resiko penyakit jantung seperti tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas—dibandingkan dengan mereka yang tinggal
sejajar dengan ketinggian laut.
Hanya ada sedikit oksigen di tempat
yang altitude-nya lebih tinggi, yang bisa membantu jantung dan paru-paru
berfungsi lebih efisien, kata para penulis dalam penelitian tersebut berspekulasi.
Koneksi yang “memungkinkan” ini menarik”, kata Mary Ann Bauman, MD, seorang
juru bicara bagi Asosiasi Jantung Amerika dan Go Red for Women (yang tidak terlibat di dalam penelitian apapun
yyang ditulis di sini), “namun diperlukan lebih banyak penelitian lagi untuk
menunjukkan apakah hubungan tersebut benar-benar ada.”
Berapa
banyak anak yang Anda punya
Wanita yang hamil lebih dari sekali
mempunyai resiko yang meningkat akan terkena penyakit fibrilasi atrium (atrial fibrillation), juga dikenal
sebagai fib, menurut sebuah penelitian
terbaru di dalam jurnal Circulation.
Fib adalah detak jantung yang gemetar atau tak teratur yang bisa menyebabkan
terjadinya penggumpalan darah, stroke, dan komplikasi-komplikasi lainnya. Di
dalam penelitian tersebut, wanita yang telah hamil empat atau lima kali 30%
hingga 50% lebih besar kemungkinannya akan mengalami fib dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah hamil sama sekali.
Para penulis dalam penelitian
tersebut mengatakan mereka tidak bermaksud menakut-nakuti wanita agar tidak hamil,
melainkan bahwa lebih banyak penelitian lagi dibutuhkan untuk memahami koneksi
ini. “Kita tahu bahwa selama kehamilan, jantung akan membesar, terjadi
perubahan-perubahan hormon, sistem imun meningkat tajam,” kata Dr. Bauman. “Boleh
jadi ini merupakan perubahan-perubahan yang bisa juga berkontribusi terhadap
penyakit jantung.
Melahirkan prematur
Penelitian terbaru lainnya di dalam
jurnal Circulation juga menemukan
adanya hubungan antara penyakit jantung dan melahirkan; Wanita yang pernah
melahirkan bayi prematur (sebelum 38 minggu kehamilan) mempunyai resiko 40%
lebih besar akan mengalami penyakit kardiovaskuler, dibandingkan dengan mereka
yang hamil penuh. Mereka yang melahirkan prematur, sebelum 32 minggu, mengalami
resiko dua kali lipat lebih besar dibandingkan mereka yang hamil sepenuh waktu.
Melahirkan prematur bukanlah
penyebab penyakti jantung, kata para penulis penelitian tersebut, namun merupakan
sebuah faktor prediktif penting. Nyatanya, hal ini boleh jadi merupakan sebuah
alat penting untuk mengidentifikasi wanita-wanita muda yang akan menanggung resiko
yang tinggi akan mengalami penyakit jantung di kemudian hari.
Sarapan
pagi
Orang yang makan pagi secara teratur
cenderung mempunyai resiko yang lebih rendah akan mengalami penyakit jantung,
kolesterol tinggi, dan tekanann darah tinggi, menurut sebuah pernyataan ilmiah
baru-baru ini dari Asosiasi Jantung Amerika.
“Ada banyak bukti yang mengisyaratkan
bahwa makan sarapan pagi adalah penting bagi kesehatan kardiovaskuler,” kata
Dr. Bauman. “Ketika Anda melewatkan sarapan pagi, maka resiko Anda akan terkena
diabetes, peningkatan kolesterol, peningkatan berat badan, dan obesitas
semuanya akan meingkat.”
[brightcove:4421263497001 default]
Merokok
Rokok elektronik sedikit lebih aman
daripada rokok yang sebenarnya, tapi bukan berarti rokok ini tidak berbahaya
sama sekali. Sebuah editorial baru-baru ini di dalam JAMA menyatakan bahwa
rokok elektronik masih mengandung zat-zat kimia seperti formaldehyde and acetone,
yang bisa memengaruhi regulasi tekanan darah, meningkatkan kemungkinan
terjadinya penggumpalan darah, dan mempercepat terbentuknya plak di dalam
arteri.
Rokok elektronik tidak mempunyai
regulasi yang baik, kata Dr. Bauman, jadi tidaklah mudah mengetahui apa
toksin-toksin lainnya yang terkandung di dalam benda tersebut. Plus, rokok
elektronik mengandung nikotin. “Nikotin merupakan stimulan,” katanya, “jadi
kita tahu dia bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.”
Pemahaman
yang bias tentang kegemukan (Being
fat-shamed)
Seberapa baik Anda merasa tentang
tubuh Anda akan memengaruhi kemampuan Anda merawat jantung Anda. Dalam sebuah
penelitian terbaru di dalam jurnal Obesity,
wanita yang mengalami kelebihan berat badan namun level internalisasi bias-beratnya
(“weight-bias internalization”) lebih tinggi—yang berarti
mereka menerapkan stereotipe
negatif tentang obesitas terhadap diri mereka sendiri—lebih besar
kemungkinannya akan mengalami sindrom metabolis dibandingkan dengan mereka yang
level internalisasi bias-beratnya lebih rendah.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa mempermalukan orang gemuk agar memperbaiki berat badan mereka tak
berhasil, kata para peneliti—dan hal itu malah bisa menyakiti diri mereka
sendiri secara fisik, bukan hanya secara emosional. Daripada membenarkan stigma
tersebut, kata mereka, lebih baik menentang stigma tersebut dengan cara
membangun kepercayaan dan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa
dicapai.
Mengangkat
beban
Anda tahu latihan kardio adalah baik
bagi kesehatan jantung Anda (namanya juga latihan kardio!), tapi ada bukti yang
semakin banyak bahwa latihan kekuatan mempunyai manfaat penting bagi jantung
Anda, pula. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal
of Physiology, satu sesi latihan
beban interval saja (interval weight training) bisa memperbaiki
fungsi pembuluh darah para partisipan.
“Kami benar-benar merekomendasikan
latihan gabungan dari kardio, latihan kekuatan, dan latihan peregangan (stretching),” kata Dr. Bauman—“secara
bersama-sama, karena dengan cara ini Anda bisa menghindari cedera, dan karena
melakukan ketiga latihan ini secara bersama-sama bisa membantu Anda mendapatkan
upaya berkesinambungan yang terbaik.”
Get workouts delivered straight to
your inbox by signing up for the Healthy Living newsletter
Sakit
bahu
Dalam sebuah penelitian terbaru yang
dimuat dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine, orang yang mempunyai faktor-faktor resiko
penyakit jantung lebih banyak—termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
dan diabetes—juga lebih besar kemungkinannya akan menderita sakit bahu atau
cedera rotator cuff (shoulder pain or rotator cuff injuries.)
Para peneliti tidak tahu pasti
kenapa ada hubungan seperti ini, tapi mereka mengatakan bahwa menangani tekanan
darah tinggi dan faktor-faktor resiko lainnya juga bisa membantu mengurangi
rasa tak nyaman di bahu. Penelitian-penelitian terdahulu juga telah membuktikan
bahwa orang yang menderita sindrom carpal
tunnel (kanalis karpi), Achilles
tendonitis, and tennis elbow
(radang siku) juga mengalami peningkatan resiko penyakit jantung.
Tingkat
pendidikan
Semakin tinggi sekolah seseorang,
semakin kecil kemungkinan mereka akan terkena penyakit jantung, begitulah
pernyataan dalam sebuah penelitian di Australia yang diterbitkan dalam jurnal International
Journal for Equity in Health tahun lalu. Orang dewasa yang tidak
berpendidikan mempunyai resiko dua kali lipat lebih besar akan terkena penyakit
jantung dibandingkan mereka mereka yang lulus perguruan tinggi.
Mendapat pendidikan yang baik bisa
memengaruhi kesehatan jantung karena pendidikan yang baik bisa memengaruhi di
mana orang tinggal, jenis pekerjaan apa yang mereka punya, berapa banyak
penghasilan mereka dapatkan, dan makanan dan gaya hidup apa yang mereka pilih,
kata para penulis dalam penelitian tersebut.
Stress
Mempunyai amygdale—area otak yang terpicu selama terjadinya situasi
stress—yang lebih besar berhubungan dengan resiko yang lebih tinggi akan
terkena penyakti jantung dan stroke, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan
dalam jurnal The Lancet bulan lalu.
Para peneliti percaya bahwa, ketika dalam keadaan aktif, area otak ini juga
bisa memicu terjadinya peradangan (inflammation)
di dalam arteri.
Para ahli telah lama menduga bahwa
stress bisa meningkatkan resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler, kata Dr.
Bauman. “Kami belum mengetahui adanya hubungan langsung dalam hal ini, tapi
kami tahu bahwa stress kronis bisa meningkatkan pelepasan hormon epinephrine, atau adrenaline di dalam sistem tubuh Anda, dan kami juga tahu bahwa hal
ini bisa menyebabkan timbulnya hipertensi,” katanya.
Kesimpulannya, makan dengan baik,
tetap aktif, tidak merokok, mengawasi berat badan masih merupakan faktor-faktor
besar yang harus Anda perhatikan untuk mengurangi resiko Anda terkena penyakit
jantung, kata Dr. Bauman. “Tapi tentu saja pola moderasi secara keseluruhan—dan
perhatian akan hubungan tubuh dengan pikiran, yang mencakup hal-hal tentang
pelepasan stress—adalah, di atas segalanya, merupakan cara terbaik untuk
melindungi jantung Anda,” katanya memambahkan. (By Amanda MacMillan)
https://www.yahoo.com/news/10-weird-things-may-affect-204319609.html
0 comments:
Post a Comment