Para
ilmuwan telah lama mereka-reka sebuah cara yang ramah lingkungan dalam men-charge ulang baterai, mulai dari memanen
fluktuasi temperatur (harvesting temperature fluctuations) hingga
memanfaatkan kegelisahan Anda (harnessing your fidgets). Namun mungkin solusi
yang lebih baik adalah menciptakan baterai jenis yang sama sekali baru; sebuah
baterai yang menggunakan bahan yang lebih alami bukannya bahan yang terbatas seperti kobalt. Itulah yang tengah dilakukan
para whiz-kid dari City College of New York, Rice University
dan US Army Research Laboratory
dengan baterai lithium baru yang ditenagai oleh zat pewarna merah (red dye) yang di-ekstrak dari akar madder. (Madder adalah sejenis tumbuhan Eurasian
(Rubia tinctorum dari famili Rubiaceae) yang daunnya bergelung dengan
malai kecil berwarna kekuningan yang kemudian berubah menjadi beri berwarna
gelap; dalam arti luas, semua tumbuhan jenis ini (genus Rubia)).
Disebut rose madder
atau purpurin, zat perwarna (dye) tersebut tampaknya digunakan dalam
kebudayaan masyarakat kuno untuk mewarnai kain menjadi berwarna orange, merah
atau pink. Untungnya untuk masa depan baterai, terbukti molekul warna dari dye tersebut juga mengandung karbonil
dan kelompok hidroksil yang membuatnya bisa digunakan sebagai sebuah elektroda
dan bahwa purpurin adalah jauh lebih
mudah diproses dibandingkan dengan material organik: “Sistem aromatik ini
terdiri dari molekul-molekul yang kaya elektron yang berkoordinasi dengan mudah
dengan lithium,” kata CCNY Profesor
George John. Tampaknya masih akan memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum kita bisa
memproduksi baterai ini secara massal, namun di masa yang akan datang kita akhirnya
akan bisa mengatakan bahwa baterai sebenarnya tumbuh dari pohon. (By Nicole
Lee posted Dec 12th, 2012 at 6:20 AM)
http://www.engadget.com/2012/12/12/eco-battery-dye-root-extract/
0 comments:
Post a Comment