Bangsa Sumeria kuno
menemukan huruf cuneiform, yang
terlihat dalam gambar ini adalah huruf cuneiform yang ditulis di atas sebongkah tanah liat yang isinya mendokumentasikan jatah gandum bulanan yang dikeluarkan untuk orang dewasa dan anak-anak. Bahasa Sumeria boleh jadi punah akibat musim kemarau sepanjang 200 tahun 4.200 tahun yang lalu. |
SAN FRANCISCO —Musim kering
selama 200 tahun yang terjadi 4.200 tahun yang lalu boleh jadi telah membunuh
bahasa Sumeria kuno, kata seorang geolog.
Karena tidak ada bukti
tertulis yang secara eksplisit menyebutkan bahwa musim kemarau adalah penyebab
punahnya bahasa Sumeria, maka kesimpulan tersebut hanya mengandalkan petunjuk-petunjuk yang tidak langsung.
Namun beberapa bukti arkeologis dan geologis menghubungkan jatuhnya peradaban
bangsa Sumeria secara bertahap dengan musim kemarau tersebut.
Temuan tersebut, yang
dipresentasikan pada hari Senin, (3 Desember 2012) di dalam pertemuan tahunan
Uni Geofisik Amerika, menunjukkan betapa rapuhnya masyarakat manusia terhadap
perubahan iklim, termasuk perubahan yang disebabkan oleh manusia.
“Ini bukanlah musim
panas atau musim dingin tunggal, ini adalah musim kering selama 200 hingga 300
tahun,” kata Matt Konfirst, seorang geolog di Pusat Penelitian Byrd Polar.
Mulai sekitar 3500 SM
kebudayaan bangsa Sumeria berkembang di Mesopotamia kuno, yang terlatak di Irak
sekarang. Bangsa Sumeria kuno menemukan cara penulisan kuno (cuneiform), menemukan roda dan busur
pertama di dunia, dan menulis puisi epik yang petama,”Gilgamesh.” [Image Gallery: Ancient Middle-Eastern Texts
Namun setelah kemelut
selama 200 hingga 300 tahun tersebut, budaya Sumeria musnah sekitar 4.000 tahun
yang lalu, dan bahasa Sumeria punah tidak lama setelah itu.
Konfirst ingin melihat
apakah musim kering (drought) yang sepanjang sekitar 200 tahun
itu telah menyebabkan kemunduran
tersebut. Beberapa catatan geologis merujuk pada musim kering di Timur Tengah
yang panjang sekitar 4.200 tahun yang lalu, kata Konfirst. Evaporasi Laut Merah
dan Laut Mati telah meningkat; level air di danau Van Tan di Turki turun, dan inti dari sedimen laut sekitar periode tersebut
menunjukkan adanya peningkatan debu di lingkungan tersebut.
“Jika kita mengamati
anomali iklim 4.200 tahun yang lalu, kita bisa melihat perkiraan curah hujan
menurun secara substansial di wilayah ini dan jumlah situs yang padat penduduk
pada periode ini juga berkurang secara substansial,” katanya.
Di sekitar masa yang
sama, 74 persen pendudukan Mesopotamia kuno terlantar, menurut sebuah studi
tahun 2006 pada sebuah situs arkelologis yang dinamakan Tell Leilan di Siria.
Area yang padat penduduk tersebut juga menyusut sebanyak 93 persen, katanya.
“Orang-orang masih
berdiam di wilayah ini. Runtuhnya kebudayaan tidak berarti sebuah wilayah
ditinggalkan sama sekali,” katanya. “Namun ada perubahan tajam dalam hal jumlah
penduduk.”
Selama masa terjadinya
kemarau panjang tersebut, dua gelombang bangsa nomad pengembara menyerbu ke wilayah
itu, menjarah ibukota Ur. Setelah sekitar 2000 SM, bahasa Sumeria kuno secara
perlahan menghilang sebagai sebuah bahasa percakapan di wilayah itu. Selama
2000 tahun berikutnya, bahasa tersebut tersisa sebagai bahasa tulis yang mati (dead written language), serupa dengan bahasa
Latin di Abad Pertengahan, namun kemudian punah sama sekali semenjak saat itu,
kata Konfirst.
Koinsidensi dari kemelut
sosial, depopulasi di wilayah tersebut dan catatan geologis atas musim kemarau
panjang tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan iklim boleh jadi telah berperan
dalam kepunahan bahasa Sumeria, kata Konfirst.
Temuan tersebut juga
mengisyaratkan bahwa kebudayaan jaman modern boleh jadi rentan terhadap
perubahan iklim, katanya.
(By Tia Ghose, LiveScience Staff, Writer | LiveScience.com – Tue,
Dec 4, 2012)
Follow
LiveScience on Twitter @livescience. We're also on Facebook & Google+.
Copyright 2012 LiveScience,
a TechMediaNetwork company. All rights reserved. This material may not be
published, broadcast, rewritten or redistributed.
http://news.yahoo.com/drought-may-killed-sumerian-language-165436243.html
0 comments:
Post a Comment