Korea Utara sedang berusaha menyingkirkan penduduk mereka yang cacat dengan cara menjadikan mereka sasaran pada percobaan senjata kimia dan mengkebiri mereka, seperti yang diberitakan beberapa hari lalu.
Pembelot yang bernama Ji Seong-ho, 32, yang berhasil melarikan diri setelah mengalami perlakukan mengerikan setelah dia kehilangan sebuah kakinya dan sebelah tangannya dalam sebuah kecelakaan, mengatakan rejim Kim Jong-un merasa malu dengan adanya orang-orang cacat di negaranya.
Dia mengatakan bayi-bayi yang mengalamai cacat fisik dan mental sering kali direnggut dari rumah sakit dan dibiarkan menderita ‘hingga tak terperi’ hingga mereka mati.
Dua orang pembelot lainnya mengatakan pada Ji tentang adanya sebuah desa yang terletak di sebuah wilayah pegunungan terpencil yang telah secara efektif diubah menjadi sebuah suaka untuk menampung orang-orang yang cebol.
Mr Ji, yang sedang melakukan riset sebuah buku tentang kasus pelecehan penduduk cacat di Korea Utara, mengingatkan bahwa orang-orang cacat kini sedang ‘disingkirkan dari pemandangan’ di negara itu
Dia menambahkan: “Mereka dilarang meninggalkan tempat suaka itu. Yang laki-lakinya dikebiri sehingga mereka tidak bisa berkembang biak. Tak seorang pun lagi yang tersisa di sana sekarang.”
Dia berada di London beberapa minggu lalu untuk melakukan protes pada kedutaan Korea Utara.
Mr Ji kehilangan kakinya mulai dari atas lutut dan tangan kirinya pada pergelangannya karena dilindas sebuah KA ketika dia sedang memulung batu bara ketika usianya 14 tahun.
Dia dimasukkan dalam sebuah kereta sorong oleh pegawai KA dan dilarikan ke rumah sakit, di mana dia dipaksa menjalani dua kali amputasi tanpa dibius.
Setelah keluar dari rumah sakit, dia menyeberang ke China untuk mengemis makanan, tapi ketika kembali ke Korea Utara dia ditangkap.
Selama di interogasi, dia mengatakan para pejabat di sana marah besar karena dia telah melukai harga diri pemimpin terdahulu Kim Jong-il.
Dia akhirnya melarikan diri dari negara itu pada tahun 2006 dan kemudian membantu ibunya, saudara laki-lakinya dan saudara perempuannya melakukan hal yang sama, sedangkan ayahnya tertangkap dan tewas di penjara setelah disiksa.
Seorang pembelot lainnya mengatakan tentang adanya sebuah program pemerintah di mana para orang cacat dijadikan objek percobaan medis seperti ‘pemotongan bagian-bagian tubuh’ dan ‘percobaan senjata kimia dan senjata biologi.’
Sebagai seorang bekas perwira pasukan khusus Korea Utara, dia mengatakan dalam sebuah wawancara di Seoul, Korea Selatan: “Rejim Jong-un ingin melakukan hal ini “secara legal” dengan cara menawarkan untuk membeli anak-anak cacat itu dari orang tua mereka.
“JIka itu tidak berhasil, mereka mengancam orang tua anak-anak itu.”
Klaim tentang ‘pembersihan’ orang-orang cacat di Korea Utara tersebut muncul dua minggu lalu setelah PBB memaksa Dewan Keamanan untuk menyeret para pemimpin negara itu ke Mahkamah Kriminal atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Resolusi tersebut, yang diajukan oleh Jepang dan Uni Eropa, menyatakan bahwa pelanggaran hask azazi manusia di Korea Utara sekarang ini ‘tidak ada bandingnya di dunia jaman sekarang.’
Akan tetapi, sebagai sebuah serangan balik, Pyongyang mengklaim Amerika Serikat sebagai sebuah ‘tundra bagi hak-hak azazi manusia’ setelah merebaknya protes atas penembakan seorang remaja kulit hitam oleh seorang aparat berkulit putih di Ferguson.
Sebuah komisi PBB mengatakan pada bulan Februari lalu bahwa mereka telah mendengar tudingan bahwa percobaan-percobaan medis terhadap “orang-orang cacat” di Korea Utara dilakukan di dalam “rumah sakit tertutup”.
Tapi mereka menambahkan bahwa mereka tidak berusaha mengkonfirmasi klaim tersebut.
Dalam sebuah penelitian terpisah, yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Citizens' Alliance tentang Hak Azazi Manusia Korea Utara, sebanyak 40 persen dari para pembelot mengatakan mereka percaya bahwa bayi-bayi cacat di Korea Utara dibunuh atau ditelantarkan sedangkan 43 persen mengaku mengetahui tentang “sebuah pulau” sebagai tempat pembuangan orang-orang cacat.
Kim Jong-un mengeluarkan serbuah perintah awal bulan ini agar warga negara Korea Utara tidak menggunakan namanya. Dalam sebuah maklumat resmi yang berjudul “sebuah tugas untuk dicapai”, orang dewasa laki-laki yang bernama Jong-un dan para orang tua dari anak-anak yang bernama sama dengan sang diktator tersebut telah diminta secara “sukarela” mengganti nama-nama mereka dan anak-anak mereka itu. (By Jeremy Armstrong)
http://www.mirror.co.uk/news/world-news/north-korea-castrates-dwarfs-makes-4790278
0 comments:
Post a Comment