Minuman Bersoda Tingkatkan Resiko Terkena Stroke

soda can photo
Thinkstock


Dalam sebuah penelitian terhadap 2564 orang dengan berbagai latar belakang etnik, para peneliti di Universitas Columbia, New York, dan Miller School of Medicine di Miami menemukan adanya sebuah korelasi yang signifikan antara konsumsi minuman soda diet dengan resiko terkena stroke.


Dimulai tahun 1993, Penelitian Northern Manhattan yang dikenal sebagai NOMAS telah berlangsung hingga saat ini. Para peneliti membagi para partisipan menjadi tujuh kelompok: kelompok yang minum kurang dari satu minuman bersoda jenis apa saja per bulan, kelompok yang minum minuman bersoda sedang (hingga enam kali seminggu), kelompok yang minum minuman bersoda setiap hari (satu atau lebih sehari), hanya minum minuman soda diet dalam ukuran sedang, hanya minum soda diet setiap hari, minum soda diet dalam ukuran sedang dan kadang-kadang minum minuman bersoda reguler, dan kelompok yang minum soda diet setiap hari dan juga mengkonsumsi soda reguler yang lain.
Para ilmuwan mengambil faktor usia, etnik, gender, kebiasaan latihan, status merokok, konsumsi alkohol, dan asupan kalorik. Selama masa test para partisipan mengalami 559 stroke jika digabungkan.
Setelah mempertimbangkan semua faktor-faktor lain yang dipelajari, para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang minum minuman soda diet secara teratur  mengalami peningkatan resiko terkena stroke sebesar 48%, sedangkan mereka yang minum minuman soda diet setiap hari mengalami peningkatan resiko terkena stroke sebesar 61% di atas mereka yang minum minuman bersoda jenis lain.
Kebetulan pula, penting dicatat bahwa minuman Diet Coke baru-baru ini naik peringkat menjadi nomer dua sebagai minuman yang paling populer di Amerika—sebuah ancaman yang menakutkan sehubungan dengan hasil temuan di atas.
Penyebab stroke tersebut kemungkinan adalah aspartame, sebuah pemanis buatan yang telah lama dianggap sebagai pemicu timbulnya puluhan penyakit. Menurut Lynne Melcombe, pengarang buku Health Hazards of White Sugar, hasil penelitian sejauh ini menghubung-hubungkan aspartame dengan penyakit-penyakit berikut: serangan kecemasan (anxiety attacks); masalah selera makan seperti binge-eating (banyak makan) dan sugar cravings (ngidam gula); cacat lahir; kebutaan dan masalah penglihatan seperti penglihatan kabur, bright flashes, dan tunnel vision; tumor otak, sakit dada; depresi dan masalah emosional; pusing dan vertigo; edema; epilepsi; dan kejang-kejang (seizures); kelelahan (fatigue); sakit kepala dan migraine; kehilangan pendengaran dan tinnitus; jantung berdebar dan arrhythmia; hiperaktifitas; insomnia; sakit di persendian; ketidakmampuan belajar; kehilangan memori; haid tidak teratur dan PMS (premenstrual syndrome); kram otot; nausea; mati rasa ektrem (numbness of extremity); gangguan psikiatrik; masalah reproduksi; skin lesion; gagap bicara; dan tumor uterine. Penelitian bahkan menghubungkan aspartame dengan kematian. Efek aspartame boleh jadi disalahartikan dengan penyakit Alzheimer, sindroma kelelahan kronis, epilepsi, virus Epstein-Barr, kolera Huntington, hypothyroidism, penyakit Lou Gehrig; penyakit Lyme, penyakit  Ménière. Sclerosis ganda dan sindroma postpolio. 
Menurut Randall Fitzgerald, pengarang buku The Hundred-Year Lie, beberapa penyakit kanker yang berhubungan dengan aspartame termasuk: kanker otak, kanker liver, kanker paru-paru, kanker ginjal, dan kanker lymphoreticular.  (by Michelle Schoffro Cook)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger