Ketika musim durian tiba, aroma wangi buah berduri ini merebak ke seluruh pelosok kota Krui, Lampung Barat. Ke mana saja kaki melangkah, wangi durian selalu mengikuti. Nyaris tak ada tempat di mana kita bisa melupakan sejenak bau menyengat buah beralkohol ini. ketika itu kota Krui seperti terkepung oleh duri. Pedagang eceran menggelar buah ini di sana sini, mulai dari yang menumpuknya di pasar, di pinggir jalan, hingga yang membuat pondok-pondok kecil di tempat sunyi, di pinggir jalan, menanti pengendara melintas.
Dalam musim lokal, banyak pedagang pemborong berdatangan dari luar Krui, mereka mengangkut hampir semua buah durian yang ada di kota ini, sehingga membuat harga durian menjadi mahal.
Tapi ketika musim raya, tidak banyak pedagang dari luar yang datang, sehingga buah ini tetap bertahan di Krui, dan dengan demikian, harga menjadi murah. Musim seperti inilah yang dinanti-nanti masayarakat Krui; musim di mana buah durian menjadi terjangkau oleh semua lapisan masyarakat; musim di mana durian menjadi sebuah pesta; musim di mana semua orang bersuka cita; musim di mana durian tidak hanya sekedar aroma.
Tapi dunggu dulu, kebanyakan makan durian bisa berbahaya. Ada temannya teman saya yang menderita gara-gara kebanyakan makan durian. Cerita teman saya, temannya itu merantau ke Jakarta dan lama tidak pulang ke Krui. Selama di Jakarta, dia tidak pernah makan durian. Suatu ketika, ketika terjadi musim raya, beliau mendapat kiriman banyak durian dari keluarganya di Krui. Karena sudah lama tidak makan durian, maka kesempatan itu benar-benar dia manfaatkan untuk melepaskan dahaganya akan buah berduri yang wangi itu, sekaligus bernostalgia dengan kampung halamannya, mengenang masa-masa makan durian di desa dulu. Tidak tanggung-tanggung, tiga buah durian habis dilahapnya. Tapi sial baginya, tidak lama setelah selesai makan, dia langsung kolaps, stroke, yang membuat tubuhnya jadi lumpuh, tidak bisa berjalan hingga kini.
Hati-hati ….***
0 comments:
Post a Comment