Saya baru-baru ini bertemu dengan Ryan Blair, seorang serial entrepreneur dan pengarang buku “Nothing to Lose, Everything to Gain.” Ryan membangun perusahaan pertamanya, 24-7Tech ketika dia baru berusia duapuluh satu tahun. Sejak saat itu, dia telah mendirikan dan secara aktif berinvestasi dalam pelbagai usaha baru dan telah menjadi miliuner yang self-made. Setelah menjual perusahaannya ViSalus Sciences kepada Blyth pada awal tahun 2008, resesi global kemudian menyeret perusahaan tersebut ke ambang kehancuran yang menyebabkan perusahaan tersebut dicoret sama sekali dari lantai bursa dan mendekati bangkrut. Ryan sebagai CBO “bekerja sebisa mungkin’ mempertaruhkan beberapa juta dolar uangnya yang tersisa untuk membangun kembali perusahaan tersebut, dan kemudian berhasil mengubah perusahaan tersebut dari ambang kehancuran menjadi sebuah perusahaan yang berpenghasilan lebih dari $150.000.000 setahun dalam waktu hanya 16 bulan, sekaligus memenangkan DSN Global Turn Around Award yang menggiurkan itu pada tahun 2010. Dalam wawancara di bawah ini, Ryan berbicara tentang bagaimana dia mengubah dirinya dari seorang anggota gang menjadi pengusaha, isu-isu tentang sistem pendidikan, dan banyak lagi.
Bagaimana caranya Anda mengubah diri dari seorang yang mempunyai catatan kriminal dan membangun jati diri yang baru?
Saya ingat ketika saya sedang bekerja menaikkan status diri saya di perusahan pertama yang mempekerjakan saya, saya sering mengalami mimpi buruk bahwa suatu hari mereka akan mengetahui bahwa saya pernah menjadi anggota gang, memanggil saya, dan kemudian memecat saya. Pada mulanya saya tidak banyak berbicara mengenai latar belakang saya. Namun pada akhirnya ketika saya sampai pada titik di mana saya telah mengubah diri saya sendiri menjadi seorang pengusaha yang profesional, saya merangkul masa lalu saya, menggunakannya sebagai bagian dari merk dagang saya, dan berhasil menjadi seseorang dengan status yang baru.
Pada jaman sekarang ini orang menginginkan autentisitas. Sekarang dunia ini sudah menyatu, orang-orang tahu semua tentang Anda. Ini jika Anda ikut bergaul dalam masyarakat, tentu saja. Terbukti ketika saya mulai menunjukkan siapa saya yang sebenarnya, dunia pun demikian pula. Salah satu alasan mengapa perusahaan saya ViSalus merupakan salah satu perusahaan yang berkembang paling cepat dalam dunia industri saat ini adalah karena kami saling berbagi dalam hal-hal yang baik, yang buruk, dan yang jelek. Seperti memperlihatkan sebuah video tentang saya yang sedang memberikan lelucon praktis pada salah satu karyawan saya, misalnya. Sebagai hasil dari buka-bukaan tersebut, saya berhasil mengubah perusahaan saya dari hampir bangkrut hingga mampu menghasilkan lebih dari $15 juta sekarang ini. Tidak seperti perusahaan para kompetitor kami, distributor dan konsumen kami tahu pasti siapa kami, dan saya ingin mengatakan ada banyak hal yang perlu dilakukan oleh dunia usaha Amerika.
Apa pendapat Anda tentang sistem pendidikan? Akankah seorang lulusan perguruan tinggi membantu atau malah merintangi upaya Anda memulai sebuah perusahaan yang sukses?
Sebagai produk dari sekolah negeri di Los Angeles, di sebuah negara bagian dengan tingkat dropout tertinggi di As (sekitar 20 persen), saya bisa katakan pada Anda dari pengalaman pribadi saya bahwa sebagian dari pegawai kami yang paling cemerlang mengalami identifikasi yang salah (misidentified) oleh karena lingkungan belajar yang one-size-fits-all (bersifat satu-untuk-semua). Karena saya menderita ADD dan disleksia, saya tidak lulus dari tingkat 9.
Saya masih ingat ketika saya berbincang dengan seorang pembimbing karier di sekolah menengah, saya dikatakan tidak mempunyai inteligensi dan sikap yang cukup untuk menjadi seorang dokter atau pengacara. Mereka menyarankan saya masuk sekolah bisnis (trade school), atau konstruksi, di mana saya akan bekerja menggunakan tangan saya.
Ironinya adalah bahwa saat ini saya justru mempekerjakan banyak dokter dan pengacara. Apakah Anda lebih suka menjadi seorang dokter atau seorang pengacara, atau seseorang yang menulis cek untuk para dokter dan pengacara?
Jika presiden Obama menelepon saya saat ini dan mengatakan bahwa dia mengangkat saya menjadi seorang penguasa pendidikan (Educational Czar), maka saya akan mengubah pendidikan menjadi sebuah bisnis, sebuah sistem untuk menghasilkan uang yang kapitalistik, yang menciptakan sebuah lingkungan yang kompetitif, di mana masing-masing sekolah mencoba menarik customer, berdasarkan kualitas yang menurut pengalaman para customer.
Sebagai seorang pengusaha, memegang ijazah perguruan tinggi atau mengikuti pelatihan dalam kelas tidak akan merintangi upaya Anda untuk memulai sebuah bisnis yang sukses, tapi hal itu sangat tidak diperlukan. Dalam bukunya Malcolm Gladwell “Outliers,” dia menekankan bahwa dibutuhkan waktu hingga mencapai 10.000 jam untuk menguasai sebuah skill tingkat profesional. Itu berarti bahwa pengalaman, lebih penting daripada pendidikan tradisional.
Tiga pelajaran bisnis apa yang Anda dapat dari penjara anak-anak?
Saya belajar banyak tentang bisnis dan kehidupan ketika saya dalam penjara. Saya suka menyebut ini sebagai kepingan kebijaksanaan (pieces of wisdom), Filosofi saya dari Ruang Berjeruji Besi menuju Ruang Rapat. Salah satu pelajaran terbesar yang saya pelajari adalah bahwa dalam penjara anak-anak, orang baru selalu diuji. Ketika pertama kali masuk, saya hanyalah seorang anak kulit putih yang kurus dan saya harus belajar cepat. Orang akan menabrak Anda di lapangan basket, atau meminta sesuatu dari Anda, menguji apakah Anda cukup tangguh.
Dan semua orang tahu bahwa jika seseorang membiarkan susu mereka diambil orang lain ketika makan siang, maka orang itu tidak setangguh seperti kelihatannya. Jadi Andalah yang harus merampas jatah susu mereka setiap hari, dan begitu pula dengan yang lain. Demikian pula halnya dalam bisnis, jika Anda memberi kesan bahwa Anda bisa dipermainkan orang, maka Anda akan dipermainkan orang.
Juga, adaptasi adalah kunci untuk tetap bertahan. Dalam penjara, orang yang berkuasa bukan selalu orang yang paling kuat atau yang paling cerdik. Karena para napi datang dan pergi silih berganti, maka yang berkuasa adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan, sekaligus bisa mempengaruhi orang-orang yang tepat. Anda bisa menggunakan cara ini dalam bisnis, tetap mengikuti trend pasar, mengubah rencana permainan Anda ketika teknologi berubah, dan mengadaptasi strategi kami pada sisi keuntungan kompetitif perusahaan Anda yang paling kuat. Darwin benar—survival adalah cara bagaimana Anda merespon perubahan
Pelajaran terakhir yang saya dapat dari penjara adalah bahwa Anda harus mempelajari bagaimana cara membaca orang lain. Anda tidak tahu siapa yang akan Anda percaya. Demikian pula dalam bisnis karena banyak orang datang ke kantor saya dengan sebuah kedok. Saya harus membaca dengan cepat siapa yang merupakan rekan bisnis yang sebenarnya dan siapa yang bukan. Berdasarkan fakta yang demikian, saya mengembangkan sebuah sistem HR yang saya gunakan ketika mewawancarai calon karyawan baru yang potensial yang saya namakan Teknik Connect Four. Ya, Anda tahu. Saya menyuruh para karyawan masa depan saya—dan saya punya ratusan karyawan masa depan—bermain-main tentang saya dalam Connect Four ini.
Apakah semua orang bisa menjadi pengusaha? Bisakah kita belajar menjadi pengusaha atau Anda harus dilahirkan dengan gen yang istimewa untuk itu?
Tidak. Tidak semua orang bisa menjadi pengusaha. Ada dua tipe manusia di dunia ini, tipe rumahan (domesticated) dan lapangan (undomesticated). Sebagian orang sangat domesticated dalam hal pemograman sosial dan sistem kepercayaan mereka, sangat bermental karyawan, sehingga mereka tidak bisa menjadi pengusaha. Dan mereka seharusnya tidak perlu repot-repot mencoba. Ironinya adalah ajaran ini datang dari seseorang yang mengajari jutaan orang bagaimana cara menjadi pengusaha. Saya ada menjual buku tentang menjadi seorang pengusaha, isinya mengatakan bahwa tidak semua orang harus membaca buku tersebut.
Untuk menjadi seorang pengusaha, Anda harus mempunyai isntink tempur. Apakah instink itu sesuatu yang genetis? Saya kira tidak, tapi Anda mendapatkannya dari masa pertumbuhan Anda. Sekarang, jika Anda cerdik Anda bisa memprogram ulang kepercayaan Anda. Namun masih ada sebagian orang yang lebih suka melihat orang lain menjadi pengusaha, seperti orang-orang yang ada dalam daftar “selebriti terkaya” majalah Forbes daripada menyediakan waktu untuk memprogram ulang kehidupan mereka, dan hidup seperti halnya para bintang rock juga.
Apakah masih diperlukan rencana-rencana bisnis sekarang ini?
Ketika Anda benar-benar menjadi kutu usaha, hal terakhir yang ingin Anda lakukan adalah duduk dan menulis rencana bisnis Anda. Ini sama dengan menulis sebuah buku tentang bermain gitar sebelum tahu bagaimana cara bermain gitar. Anda tidak tahu akan seperti apa bisnis baru Anda nanti. Dan sama halnya dengan gitar, sebuah bisnis akan perlu disesuaikan dan disetel beberapa kali, dan Anda perlu berlatih lama dan berulang-ulang, sebelum Anda bisa menyanyikan sebuah lagu yang sukses dengan gitar tersebut.
Dalam buku saya “Nothing to Lose, Everything to Gain,” saya memasukkan sebuah bab yang diberi judul “Saya Benci Rencana Bisnis” di mana saya berbicara tentang hal ini. Kebanyakan rencana bisnis yang dikirim ke saya langsung saya tutup hanya beberpa detik setelah saya buka karena penuh dengan hal-hal yang tidak perlu dan mengada-ada. Rencana bisnis itu harus sederhana, sesuatu yang bisa Anda orat-oret di atas selembar kertas. Anda bisa menjalankan binis dengan rencana bisnis yang tidak lebih dari tiga halaman, yang berisikan tujuan bisnis, hasil yang diharapkan, dan dan strategi yang akan Anda digunakan. Tapi rencana bisnis yang terbaik adalah yang dibangun dari sebuah bisnis yang sudah berdiri dan berjalan dan yang sesuai dengan hasil aktual dari bisnis tersebut.
Intinya adalah bahwa Anda harus terobsesi dengan bisnis Anda sehingga Anda tidak bisa tidur di malam hari karena selalu mengganggu pikiran Anda. Dan itulah “rencana bisnis” yang paling mendalam. (by Dan Schawbel, contributor)
Dan Schawbel is the Managing Partner of Millennial Branding, LLC, a full-service personal branding agency, and author of "Me 2.0: 4 Steps to Building Your Future."
More from Forbes.com:
0 comments:
Post a Comment