Tip Agar Pekerjaan Membuat Bahagia


By Dan Buettner 

Untuk menulis bukunya, Thrive: Finding Happiness the Blue Zones Way, Dan Buettner bekerja sama dengan sekelompok psikolog dan ilmuwan untuk mencari orang-orang yang paling berbahagia di dunia. Kami memintanya untuk mengaplikasikan pelajaran yang telah dia pelajari tersebut untuk mendapatkan berkah kebahagiaan dari pekerjaan—tidak peduli apakah Anda sudah mendapatkan pekerjaan yang Anda impikan, ataukah baru berencana mencarinya.

RELATED: Your Brilliant (Next) Career...And How to Find It 

1. Lupakan pekerjaan:  Penelitian menunjukkan bahwa waktu luang bisa mengurangi stress yang timbul akibat pekerjaan, mengurangi resiko terkena depresi (depression) dan memperbaiki rasa percaya diri (improve self-esteem.) Maka tidak heran jika negara Denmark, di mana para pekerjanya diberi ijin cuti berbayar selama lima hingga enam minggu setiap tahunnya, merupakan salah satu tempat paling berbahagia di planet Bumi ini. Kontras dengan AS, di mana rata-rata pekerja Amerika hanya diberi cuti berbayar selama enambelas hari kerja setiap tahunnya—dan kebanyakan dari kita (orang Amerika) tidak bisa mengambil cuti tersebut. Aturan yang pertama: Jangan jadikan cuti liburan hanya di atas kertas semata. Meski Anda tidak punya uang untuk bepergian menuju tempat-tempat yang eksotis, cuti “di tempat” kiranya cukup untuk Anda. Kedua: Tidak peduli berapa lama waktu yang disediakan oleh perusahaan Anda untuk cuti, Anda bisa menikmati cuti Anda tersebut dengan cara membaginya menjadi beberapa perjalanan pendek, sebagai lawan dari satu kali perjalanan panjang. Ini karena kebahagiaan yang kita dapat dari perjalanan berlibur boleh jadi datang dari perencanaan dan antisipasi yang kita lakukan, bukannya dari perjalanan itu sendiri, menurut sebuah studi dari Belanda pada tahun 2010.   

RELATED: 6 SIgns You're in the Wrong Job 

2. Jangan lewatkan waktu kebersamaan:  Jika berlari kel luar kantor tepat pada pukul 5 begitu melegakan, maka berkumpul bersama-sama rekan-rekan kerja Anda adalah sama melegakannya. Mengapa? Orang yang paling bahagia menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari untuk bergaul dengan teman-teman dan keluarga mereka, menurut Indeks Stress Kebahagiaan Gallup-Healthways, sebuah lembaga survei harian Amerika yang besar. Di tempat kerja, hal ini bisa berarti pergi makan siang bersama teman-teman, ngobrol-ngobrol di dekat mesin pendingin air, atau bercakap-cakap lewat email tentang film yang Anda tonton minggu lalu.

RELATED: Going Nowhere Fast? How to Get Ahead at Work 

3. Perpendek jarak ke tempat kerja:  Commuting (pergi pulang ke tempat kerja dalam jarak yang cukup jauh) adalah pekerjaan yang paling tidak disukai orang (bahkan pekerjaan bersih-bersih rumah lebih disukai), menurut sebuah studi dari Universitas Princeton. Nyatanya, sebuah studi yang dimuat dalam Scandinavian Journal of Economics  menemukan bahwa para pekerja yang pulang pergi ke tempat kerja (commute) selama 22 menit sekali perjalanan membutuhkan tambahan penghasilan sebesar 35 persen lebih banyak untuk merasa puas, sepuas mereka yang tidak commute ke tempat kerja. Cara penyelesaiannya yang terbaik: Jalan kaki atau menggunakan sepeda ke tempat kerja. Hal negatif sehubungan dengan commuting terutama berlaku pada mereka yang commuting dengan mobil pribadi, plus kenyataan bahwa commuting bisa menaikkan tekanan darah dan membuat Anda menjadi lebih awas.

4. Bergabung dalam kelompok:
  Menurut penelitian Robert D. Putnam, pengarang buku Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community, bergabung dalam kelompok yang melakukan pertemuan meskipun hanya sebulan sekali bisa menimbulkan kebahagiaan yang sama dengan mendapat penghasilan dua kali lipat. Ingat kota Monterrey, Mexico, di mana rata-rata keluarga hanya berpenghasilan sebesar $16.000 setahun, tapi para penduduknya mendapat peringkat tinggi dalam soal kebahagiaan, sebagian karena mereka meluangkan waktu selama beberapa jam seminggu untuk berinterkasi dengan para tetangga mereka, dengan keluarga besar mereka, dan dengan kelompok-kelompok agama dan kepercayaan mereka. Manusia berevolusi menjadi makhluk sosial: Kerjsa sama memungkin kita untuk mengungguli spesies makhluk hidup yang lain, dan sebagai hasilnya, kita cenderung merasa lebih bahagia ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Menjadi anggota sebuah kelompok kerja—apakah itu sebuah kelompok kecil ibu-ibu rumah tangga di perusahaan Anda, maupun sebuah organisasi industri yang lebih besar—tidak hanya akan meningkatkan bakat dan minat Anda tetapi juga akan memberi Anda kesempatan untuk menjalin koneksi sosial yang bisa membawa  kebahagiaan dengan rekan-rekan Anda.

5. Jadilah mentor:  Ada data kuat yang menunjukkan bahwa merelakan waktu Anda untuk membantu orang lain bisa meningkatkan kebahagiaan Anda. Salah satu cara yang baik untuk memulai hal ini adalah dengan menjadi seorang mentor (penasehat, guru) di tempat kerja Anda. Membantu orang lain mencapai tujuan mereka akan menambah kekuatan bagi Anda sendiri dan bisa membuat Anda melupakan masalah yang sedang Anda hadapi.

RELATED: Become a Volunteer 

6. Pikir sekali lagi sebelum mengajukan promosi:  Kedengarannya kontraintuitif, tapi menyangkut masalah kebehagiaan jangka panjang, peningkatan pendapatan pribadi tidak akan berarti banyak dalam meningkatkan kebahagiaan Anda ketika penghasilan rumah tangga Anda telah mencapai di atas $50.000 dalam setahun, menurut sebuah penelitian dari Universitas Princeton. Pekerjaan yang berpenghasilan yang lebih tinggi cenderung menuntut lebih banyak tugas, dengan waktu kerja yang lebih panjang dan lebih banyak membuat stress sehingga membuat waktu dan energi Anda terkuras untuk melakukan hal-hal lain yang bisa membuat Anda bahagia. (
By Oprah.com | Power Your Future – Fri, Dec 23, 2011 8:01 AM EST)

RELATED: Tricks of the Happiness Trade 

More from Oprah.com: 

 11 Ways to Boost Your Mood (or Someone Else's)
 How to Make the Hours You Waste Online More Meaningful 
 Should You Really Tell Him Everything 
 Makeup to Help You Sparkle 
 Subscribe to O, The Oprah Magazine and save up to 78% 

Like O, The Oprah Magazine on Facebook
 

comment 2 comments:

Anonymous said...

Bukan hal yang baru sekarang jika ustad memasang tarif layaknya selebritis, cerita ini memang sudah tidak asing diberbagai kota besar.
Dan apakah dengan menjual ayat-ayat alqur’an yang mereka lantukan bisa disebut beraqidah, dan apakah itu sudah sesuai dengan hukum, dan nilai moral dalam islam. Hanya Allah yang Maha Tau

Hasim said...

salah alamt kayaknya ini komen.....

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger