Nenek Moyang Manusia Purba, Afrika
Selatan
Seorang paleantropolog yang sangat berani
Profesor Lee Berger menggunakan Google Earth (dari kursi berlengannya yang
nyaman) untuk mencari tulang belulang dari nenek moyang manusia purba kala di
Afrika Selatan. Setelah mengisolasi pola-pola di dalam sebuah wilayah yang dia
kira kemungkinan besar adalah sisa-sisa tulang belulang manusia, Berger
kemudian memimpin sebuah kontingen kecil (anak lelakinya, salah seorang mahasiwanya,
dan anjingnya) menuju gua-gua dan situs-situs di mana terdapat fosil. Perkiraan
mereka terbukti: Berger menemukan 50 gua dan situs-situs fosil yang sebelumnya
tidak teridentifikasi, yang salah satunya berisi sisa-sisa tubuh manusia yang diawetkan dengan
sempurna yang berasal dari 2 juta tahun yang lalu. Bagian yang menarik dari
penemuan tersebut adalah bahwa fosil-fosil tersebut bukanlah sepenuhnya
manusia, tetapi lebih menyerupai spesies transisional yang bisa menjadi
petunjuk bagi kita tentang revolusi manusia.
Reruntuhan Villa, Roma
Salah satu insiden awal di
mana Google Earth digunakan sebagai alat arkeologis terjadi pada tahun 2005.
Ironisnya, orang yang bertanggung jawab—Luca Mori—ketika itu hanya bermaksud menggunakan
Google Earth untuk mengamati wilayah tempat tinggalnya. Namun yang dia temukan
adalah lokasi sebuah villa Romawi kuno yang terletak di dekat rumahnya di Parma . Citra satelit
menggambarkan sebuah bangunan gelap berbentuk oval, yang dikira Mori merupakan
sebuah kesalahan teknis. Dia tidak menyadari hal ini hingga dia menghubungi
Museum Arkeologis Nasional, dan ekspedisi mereka berhasil menggali
kepingan-kepingan keramik kuno, yang memastikan bahwa situs tersebut merupakan
sebuah villa dari jaman Romawi sebelum Yesus Kristus.
Mount Mabu ,
Mozambik
Dikoyak-koyak oleh perang dan
berbahaya secara geografis, Mozambik merupakan tempat yang terdapat banyak
rintangan bagi para penjelajah. Namun berkat Google Earth, seorang ilmuwan
Inggris, Julian Bayliss, terpincut pada berhektar-hektar hutan hujan di Mount Babu —sebuah
area yang hingga kini belum pernah dipetakan. Pada tahun 2008, sekelompok
ilmuwan berangkat ke sana
dalam sebuah ekspedisi dan berhasil menemukan lebih dari seratus spesies
baru—tumbuh-tumbuhan, burung-burung, kupu-kupu, monyet, ular—dalam tempo hanya
tiga minggu.
0 comments:
Post a Comment