Manusia boleh jadi secara
perlahan kehilangan intelijensinya, menurut sebuah studi.
Studi tersebut, yang
diterbitkan tanggal 12 November kemarin di dalam jurnal Trends in Genetics,
menegaskan bahwa manusia kehilangan tekanan evolusioner untuk menjadi pintar
ketika kita mulai hidup di daerah pemukiman pertanian yang padat beberapa ribu
tahun yang lalu.
“Perkembangan kemampuan
intelektual dan optimalisasi ribuan gen intelijen pada manusia kemungkinan terjadi pada kelompok-kelompok
orang yang relatif non-verbal yang bercerai-berai [yang hidup] sebelum nenek
moyang kita muncul dari Afrika,’ kata penulis peneliti Gerald Crabtree, seorang peneliti di Stanford University, dalam sebuah
pernyataan.
Semenjak itu kemampuan
intelektual kita menurun, kata Crabtree.
Namun teori tersebut
bukannya tanpa kritik, dengan adanya seorang ilmuwan yang dihubungi oleh LiveScience yang mengisyaratkan bahwa manusia bukannya
kehilangan kepintarannya, tetapi manusia baru saja mendiversifikasikan diri ke
dalam berbagai jenis intelijensi sekarang ini.
Situasi hidup dan mati
Manusia purba hidup dan
mati dengan kemampuan spasial (spatial abilities) mereka, seperti kemampuan membuat
tempat berteduh dengan cepat atau kemampuan menombak seekor macan yang bergigi
setajam belati. Sekarang ini, meski hampir setiap orang mempunyai kemampuan
spasial untuk melakukan tugas-tugas yang kelihatannya sederhana seperti mencuci
piring atau memotong rumput, namun tugas seperti itu sebenarnya memerlukan
kemampuan otak yang tidak sedikit, menurut para peneliti.
Dan kita layak berterima
kasih pada nenek moyang kita dan mekanisme seleksi alam yang sedemikian rupa
untuk kemampuan yang seperti itu. Namun, kemampuan bermain catur dan menulis
puisi tampaknya berkembang sebagai efek kolateral.
Namun setelah masa
penyebaran pertanian (spread of agriculture), ketika nenek moyang
kita mulai hidup di dalam masyarakat pertanian yang padat, kebutuhan yang
intens untuk menjaga gen-gen tersebut agar tetap berada dalam kondisi yang
prima mulai berkurang secara perlahan.
Dan tampaknya kecil
kemungkinan jika kemampuan intelijensi evolusioner kita sekarang lebih besar
daripada ketika kita masih dalam masa berburu dan mengumpulkan dahulu, kata
para peneliti dalam paper tersebut.
“Seorang pemburu
pengumpul yang tidak memahami solusi terhadap penyediaan makanan atau tempat
tinggal dengan benar mungkin sudah mati, dan juga para keturunan mereka, sedangkan
seorang eksekutif Wall Street jaman
modern seperti sekarang ini yang membuat kesalahan konseptual serupa malah akan
menerima sebuah bonus substantial dan menjadi teman yang lebih menarik. Jelas,
seleksi yang ekstrem adalah sesuatu di masa lalu,” tulis para peneliti di dalam
artikel di jurnal tersebut.
Gen-gen Intelijen
Antara 2.500 hingga
5.000 gen menentukan intelijensi manusia, dan gen-gen ini secara khusus mudah
terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang berbahaya, atau mutasi, tulis para
peneliti. Berdasarkan pengetahuan tentang tingkatan mutasi, tim tersebut
menyimpulkan bahwa rata-rata manusia mengalami dua perubahan genetik yang bisa menurunkan
intelijensi yang berevolusi dalam kurun waktu 3.000 tahun terakhir ini.
Hipotesis tersebut kontraintuitf
sejak awal. Namun demikian, di seluruh dunia IQ rata-rata telah mengalami
peningkatan secara dramatis dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini, sebuah
fenomena yang dikenal sebagai Flynn
Effect. Namun kebanyakan lompatan tersebut kemungkinan terjadi karena
perbaikan dalam hal perawatan prenatal, gizi yang lebih baik, dan berkurangnya
eksposur terhadap zat-zat kimia yang bisa merusak otak seperti timbal (lead), kata Crabtree.
Namun hanya karena
manusia mengalami lebih banyak mutasi pada gen intelijensi mereka bukan berarti
mereka menjadi kurang cerdas sebagai sebuah spesies, kata psikolog Thomas Hills
dari Universitas Warwick, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Sebaliknya, dengan menghilangkan tekanan bagi seseorang untuk menjadi pemburu
atau pengumpul yang hebat boleh jadi telah memungkinkan kita berevolusi menjadi
populasi yang lebih beragam dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda,
katanya.
“Anda tidak mempunyai Stephen Hawking 200.000 tahun yang lalu. Dia
belum ada saat itu,” kata Hills pada LiveScience.
“Tapi sekarang kita mempunyai orang-orang yang mempunyai kapasitas intelektual yang
sebanding dengan dia yang melakukan sesuatu dan menciptakan pandangan yang
belum pernah kita peroleh di dalam lingkungan adaptasi evolusioner dan kita.” (By Tia Ghose, LiveScience Staff
Writer | LiveScience.com – Mon,
Nov 12, 2012)
Follow LiveScience on
Twitter @livescience.
We're also on Facebook & Google+.
Copyright 2012 LiveScience,
a TechMediaNetwork company. All rights reserved. This material may not be
published, broadcast, rewritten or redistributed.
http://news.yahoo.com/humans-becoming-less-intelligent-173400651.html
0 comments:
Post a Comment