Bayangkan Anda terbangun dari idur dalam keadaan gelap gulita, dan merasa lumpuh (paralysed) mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Anda mencoba berteriak tetapi tidak bisa. Tiba-tiba, Anda menyadari Anda melihat hantu dengan taringnya yang penuh darah berkisar di depan Anda. Sebelum Anda sempat berpikir, dia tiba-tiba menyerang Anda.
Meski ini kedengarannya seperti cerita-cerita film belaka, namun pengalaman seperti ini, yang disebut sleep paralysis (ketika tidur dalam keadaan sadar, namun seperti lumpuh, tak bisa bergerak), cukup sering terjadi seperti yang terungkap dari hasil penelitian kami di lebih dari enam negara.
Sleep paralysis—kelumpuhan yang terjadi baik ketika sedang terlelap atau terjaga di tempat tidur—menyerang sekitar 1 dari 5 orang. Jika mengalami paralisis saja ketika terbangun dari tidur tidaklah cukup menakutkan, sebagian orang di seluruh dunia mengalami adanya penyusup ke dalam kamar tidur mereka dan melakukan teror, mulai dari si tukang sihir hingga vampir si penghidap darah. Penampakan surreal ini bisa digambarkan sebagai mimpi buruk yang menjadi nyata di depan mata.
Namun mengapa sleep paralysis terjadi dan, yang lebih krusial, mengapa dia timbul dalam bentuk penglihatan yang misterius? Meski sains di balik paralisis tubuh kini sudah bisa dipahami, namun kejadian kenapa Anda bisa melihat hantu masihlah menjadi misteri.
Sleep paralysis terjadi pada transisi antara keadaan terjaga (wakefulness) dan rapid eye movement (REM) ketika kita sedang tidur. (Rapid eye movement (REM) adalah tahapan dalam tidur di mana bisa terjadi mimpi). Dalam tahapan tidur ini, Anda akan mengalami mimpi yang seperti nyata. Untuk mencegah Anda melakukan hal nyata dalam mimpi seperti ini, yang bisa melukai Anda, otak Anda akan secara sementara melumpuhkan tubuh Anda secara keseluruhan. Transisi ini dikontrol secara ketat oleh zat-zat kimia yang bisa menggeser-geser Anda antara terlelap dan terjaga. Namun kadang-kadang, Anda terjaga ketika Anda masih berada dalam “sihir” paralisis REM, yang bisa membuat Anda terpaku (stuck). Ini bisa berarti, keadaan terjaga dan keadaan bermimpi bertabrakan.
Read more: Why Daydreaming Is So Good For You
Berdasarkan sebuah penelitian yang telah dilaksanakan selama lebih dari satu dekade, kami telah mengembangkan sebuah teori untuk menjelaskan bagaimana otak Anda bisa memunculkan imej-imej yang menarik ini. Bukannya mengalami bertemu dengan entitas dari dunia lain, melainkan penglihatan-penglihatan ini merefleksikan gangguan alami terhadap kemampuan otak Anda memunculkan sense of self Anda secara keseluruhan. (Sense of self adalah persepsi Anda tentang koleksi karakteristik yang menggambarkan diri Anda); rasa yang kita punya yang melekat di dalam tubuh kita di sini dan sekarang ini. Saya merasa kokoh berada di dalam otot dan tulang saya sendiri dan bukannya di dalam otot dan tulang orang lain (Saya merasa lengan saya adalah milik saya, bukan milikmu, misalnya). Rasa memiliki tubuh ini muncul dalam otak. Fenomena seperti ini memberi pandangan yang mendalam terhadap bagaimana sense of self Anda bisa timbul dan betapa rapuhnya hal ini.
Sleep paralysis bisa menyebabkan sensasi mengerikan seperti rasa melayang di luar tubuh Anda atau melihat tubuh Anda sendiri di tempat tidur dari langit-langit kamar. Banyak budaya di Mesir dan di Sebagian wilayah Italia memercayai sleep paralysis adalah hal yang ghaib. Pengalaman keluar dari tubuh kita sendiri sering kali digambarkan sebagai sejenis “perjalanan astral” di mana ruh meninggalkan tubuh dan melakukan perjalanan memasuki dimensi paralel. Namun pengalaman keluar dari tubuh ini bisa secara reliable dibuat di laboratorium. Kami secara mudah telah mengganggu wilayah otak yang disebut ”temporoparietal junction” di dalam parietal lobe (bagian tengah atas). Area ini membantu membangun imej tubuh Anda dan adalah penting bagi kemampuan Anda untuk membedakan antara ‘diri sendiri” dan “diri orang lain.” Biasanya area ini dinonaktifkan selama tidur tahap REM, itulah sebabnya sense of self Anda menjadi longgar ketika sedang bermimpi. Anda bisa melihat diri Anda sendiri dari perspektif orang lain (seperti film Netflix), namun di lain kali Anda bisa pula menyusup ke tubuh orang lain.
Namun yang lebih mengerikan daripada menjadi “hantu” adalah bertemu hantu itu sendiri! Menurut penelitian kami, sekitar 40% dari semua pengalaman sleep paralysis melaporkan terjadinya halusinasi selama episode tersebut. Hal ini sering kali mencakup melihat hantu yang menakutkan. “Makhluk” seperti bayangan tersebut biasanya mengintai dari sudut kamar, perlahan mendekati orang yang sedang tidur, dan akhirnya dengan kasar menyedak dan mencekik dan menghancurkan dadanya. Penderita sering kali juga melaporkan terjadinya pelecehan seksual oleh makhluk halus ini.
Saya dan kolega saya, VS Ramachandran, yakin bahwa penglihat yang nyata seperti ini sebenarnya adalah hasil dari mekanisme otak yang sederhana.
Selama terjadinya sleep paralysis gangguan terhadap sense of self (atau “imej tubuh” Anda) bisa terjadi. Ide ini sebagiannya dipicu oleh observasi bahwa orang yang dilahirkan dengan tanpa lengan bisa mengalami phantom limbs, yaitu, merasakan kehadiran yang nyata dari lengan mereka yang tidak ada itu. Penelitin terhadap phantom limbs mengisyaratkan bahwa kita semua memliki pemetaan tubuh yang “hard-wired” (membentuk pola yang standar atau instinktif) di dalam otak kita. Secara sederhana, ketika seseorang dilahirkan tanpa sebelah lengan mengalami phantom arm, mereka merasakan kehadiran lengan yang merupakan bagian dari template tubuh internal mereka (“homunculus”). Pemetaan ini boleh jadi terhubung dengan pusat-pusat emosional dan visual di dalam otak Anda, yang kemudian akan mendiktekan ketertarikan bawaan Anda terhadap bentuk tubuh manusia (dan bukannya, katakanlah, terhadap bentuk tubuh kucing atau kuda, sekurangnya bagi kebanyakan dari kita!).
Ketika Anda menyadari sedang mengalami kelumpuhan (paralyzed), korteks motor yang ada di otak Anda (yang terlibat dalam proses memulai gerakan) akan menembakkan sinyal bagi tubuh untuk bergerak—meninggalkan paralisis tersebut. Korteks motor tersebut juga mengirim pesan-pesan tambahan kepada parietal lobes (seperti email ketika kita meng-copy penerima tambahan). Area otak yang ini memonitor neuron-neuron yang menembakkan sinyal-sinyal untuk melakukan gerakan tersebut, namun tidak mendeteksi adanya gerakan yang sebenarnya di lengan Anda, yang sedang mengalami kelumpuhan tersebut.
Pesan-pesan yang tidak kesampaian seperti itu memengaruhi bagaimana otak memunculkan sense of self Anda. Lapar akan input dari tubuh Anda, kemudian otak Anda akan berusaha menghilangkaan kebingungan dengan cara membangun gambaran tubuh Anda—mengisi titik-titik seperti “Google auto-complete.” Hal ini bisa menyebabkan timbulnya halusinasi seperti melihat diri Anda sendiri sedang berputar-putar di angkasa seperti tornado atau tenggelam ke dalam tempat tidur seperti sedang terbenam di pasir pengisap. Atau tubuh Anda akan meluncur ke “luar sana” di angkasa—Anda mengalami lejadian keluar dari tubuh.
Dengan kata lain, otak adalah sebuah mesin prediksi yang pekerjaannya memunculkan model-model internal dari dunia ini dan akan seperti apa tubuh Anda berikutnya, dan akan mencoba menghidupkan ekspektasi-ekspektasi tersebut.
Read more: What It’s Like to Have Exploding Head Syndrome
Jadi bagaimana ini bisa menyebabkan Anda melihat hantu? Kami telah mengemukakan tiga mekanisme kunci yang kami percaya memainkan peran.
Pertama, kami telah mengemukakan bahwa sirkuit-sirkuit yang kritikal untuk memahami niat orang lain (intention of others) boleh jadi terlibat. Biasanya, ketika Anda “melihat” dunia ini dari perspektif orang lain, Anda tidak benar-benar merasa seperti Anda meninggalkan tubuh Anda—Anda tidak mengalami pengalaman keluar dari tubuh. Hal ini karena aktivitas dari sirkuit ini dikontrol oleh feedback sensorik dari tubuh Anda dan dari area-area otak bagian depan.
Namun selama terjadinya tidur REM tidak timbul feedback dari tubuh Anda dan area-area otak depan melambat. Akibatnya, neuron-neuron yang membantu Anda membedakan antara diri Anda sendiri dengan orang lain menjadi sangat aktif, hingga menyebabkan pembatas antara diri sendiri dengan orang lain melebur—sama kejadiannya dengan ketika sedang bermimpi. Dengan demikian, hanya dengan membayangkan sosok “tubuh virtual” (seorang penyusup ke dalam kamar tidur) akan mewujud menjadi yang sebenarnya (dalam bentuk halusinasi) dengan perbuatan atau aktivitas dan niat (agency and intentions).
Kedua, otak Anda adalah mesin statistik dan pencerita yang handal. Dia cenderung menghubungkan peristiwa-persitiwa di sekitar Anda. Paralisis, sensasi seperti dada rasa terhimpit atau leher seperti tercekik, dan pengalaman buruk lainnya selama tidur REM, bisa dipelintir dengan nyaman menjadi sebuah cerita yang masuk akal. Otak Anda berkata “bagaimana peluang peristiwa-peristiwa ini akan terjadi secara acak? Mungkin nol! Oleh sebab itu, penyusup ke dalam kamar tidur adalah yang patut disalahkan.” Pada titik ini otak Anda akan menarik dari memori wilayah-wilayah untuk melengkapi cerita tersebut, “Saya ditekan dan dicekik oleh sesosok hantu yang duduk di atas dada saya!”
Melihat bukanlah sebuah aktivitas pasif dari otak Anda yang sedang menerima sinyal-sinyal dari dunia luar tapi juga terjadi dari dunia dalam—tebakan terbaik dari otak Anda tentang apa yang ada di luar sana.
Ketiga, fluktuasi neurokimia di dalam otak Anda bisa menciptakan lingkungan yang tepat bagi penglihatan-penglihatan akan hantu ini. Serotonin, yang terkenal bisa menurunkan depresi, digunakan oleh otak untuk membangunkan orang yang sedang tidur. Namun selama terjadinya paralisis tidur, invasi keadaan jaga (wakefulness) yang masif terhadap tidur REM, malah bisa membanjiri otak Anda dengan zat-zat kimia. Hal ini bisa merangsang apa yang disebut reseptor serotonin 2a,” yang merupakan sebuah jalan bagi serotonin untuk “berbicara” dengan otak. Reseptor ini juga senang dan terangsang akan obat-obatan psikedelik seperti LSD dan psilocybin, yang bisa menyebabkan “pengalaman-pengalaman mistik.” Merangsang reseptor ini secara intens diketahui bisa membuat Anda cenderung menjadikan bermakna sesuatu yang “tak bermakna” dan bisa memicu rasa takut yang tak terkendali. Reseptor ini bisa menciptakan koktail kimia yang tepat bagi hantu-hantu untuk berkembang—mengubah pengalaman psikologis seperti paralisis tidur menjadi pengalaman bertemu makhluk halus yang mengerikan.
Akhirnya, mengapa orang cenderung melihat makhluk-makhluk yang tak jelas wajahnya (siluet) ketika sedang tidur masih menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan. Hal ini tentu saja menambah misteri pada pengalaman tersebut. Adalah sulit bagi kita melawan makhluk halus yang bentuknya berubah-ubah—seperti kata pepatah ”orang paling takut akan sesuatu yang tidak bisa mereka lihat.” Hal ini bisa menyebabkan ruang imajinasi menjadi liar seliar-liarnya.
Jadi mengapa ini menjadi masalahnya?
Saya telah mengemukakan bahwa kita perlu berterima kasih pada sifat “malas” dari sistem visual kita untuk makhluk-makhluk halus yang wajahnya tak jelas ini. Seperti yang dikatakan Ramachandran dan Blakeslee, “salah satu prinsip paling penting dari penglihatan (visi) adalah bahwa dia mencoba berpaling dengan prosesing sesedikit mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Visi (penglihatan) selalu merupakan pekerjaan mencari jalan pintas.
Membuat gambar sketsa kartun kasar tentang hantu memerlukan daya komputer otak yang lebih murah daripada membuat halusinasi tentang makhluk halus yang detil, dengan fitur-fitur wajah yang rinci, warna dan kedalaman dan sebagainya. Mengisi detil-detil tersebut secara konseptual memerlukan jaringan neural yang lebih luas dan khusus, seperti korteks asosiatif (visual associative cortices) dan medial temporal lobe (lobus temporal tengah).
Ketika kita mengalami kelumpuhan tidur (paralysed) dan dihadapkan pada sesosok predator, maka lebih masuk akal bagi otak kita untuk menggunakan daya komputer yang terbatas yang dia punya untuk tugas-tugas yang lebih penting untuk membantu mengamankan keselamatan “di sini dan sekarang” Anda—seperti mereka-reka bentuk dan ukuran kasar si hantu, lokasi spasial, mengira-ngira niat dari hantu tersebut, dan mengamati kamar untuk mencari jalan keluar.
Sebenarnyalah, prosesing visual yang melelahkan tidak menawarkan keuntungan adaptif apa-apa. Otak bisa mengatasi komputasi yang jauh lebih rumit—mengandalkan pusat-pusat visual tahap awal—dan masih bisa “menyelesaikan pekerjaan tersebut.” Akibatnya, jalan pintas perseptual seperti itu bisa menyebabkan orang melihat penampakan makhluk halus tak berwajah selama terjadinya sleep paralysis.
Secara keseluruhan, teori yang kami ajukan ini cocok dengan observasi-observasi terdahulu. Ketika simpangan temporoparital (temporoparietal junction) diganggu menggunakan arus listrik, bukannya mengalami pengalaman keluar dari tubuh, Anda malah akan mengalami merasakan sosok bayangan. “Makhluk serupa hantu ini” terlihat seperti berdiri di belakang Anda, meniru postur tubuh Anda. Sama halnya, ada kesamaan antara sleep paralysis dengan halusinasi dan hal-hal yang dipicu oleh obat-obatan halusinogis, mengisyaratkan adanya kesamaan neurobiologi (shared neurobiology).
Namun sebagaimana sifatnya sains, percobaan-percobaan, seperti pencitraan
otak (brain imagining), harus memberi verifikasi bagi pernyataan
ini. Penglihatan akan hantu tak diragukan telah memimbulkan teka-teki dan rasa
takut sepanjang sejarah. Namun kami saat ini, untuk pertama kalinya, telah
mulai mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi di dalam otak Anda ketika Anda
melihat hantu. Otak tak diragukan lagi adalah lebih misterius dari yang bisa
saya perkirakan. (Baland Jalal)
https://www.yahoo.com/lifestyle/why-sleep-paralysis-makes-see-120028883.html
0 comments:
Post a Comment