The Namesake; Ketika Anda Berkonflik dengan Nama Anda Sendiri




Judul : The Namesake
Penulis : Jhumpa Lahiri
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006
Ali bahasa : Gita Yuliani
Jml halaman : 331


Nama adalah bagian dari sandang manusia. Salah satu bagian yang paling pokok dari hidup manusia. Nyaris tidak ada manusia yang hidup tanpa nama di jaman modern ini. Serupa dengan sandang lainnya seperti pakaian dan papan (tempat tinggal), nama merupakan kebutuhan primer. Memang, manusia masih bisa hidup tanpa nama, tapi, kehidupan yang demikian, tergolong unik dan tidak normal, jarang orang mau melakoninya.

Namun berbeda dengan kebutuhan sandang lainnya, nama nyaris, kalau tidak mau menyebut sama sekali, tidak bisa ditentukan oleh pemiliknya, melainkan ditentukan oleh orang lain. Akan halnya pakaian, Anda bisa memilih pakaian apa saja yang Anda suka, sesuai selera Anda, bahan maupun coraknya. Anda bebas menentukan pakaian apa yang ingin Anda pakai, meski dibatasi norma agama dan sopan santun. Begitupun dengan papan atau tempat tinggal. Anda bisa memilih untuk tinggal di tempat apa saja yang Anda suka, di rumah, di apartemen, di hotel, tau bahkan di dalam gua jika Anda mau. Tapi bisakah Anda menentukan nama apa yang akan Anda gunakan, atau bisakah Anda memberi nama untuk Anda sendiri. Jawabannya tidak bisa, atau nyaris tidak bisa. Jarang sekali orang menentukan nama untuk dirinya sendiri. Sebagian besar orang menyandang nama yang diberikan oleh orang tua mereka sejak mereka lahir.

Karena tidak secara fair ditentukan oleh pemiliknya sendiri, nama bisa menimbulkan banyak konflik bagi yang menyandangnya. Pernahkah Anda menyesali atau tidak menyukai nama Anda, dan merasa ingin menggantinya? Pernahkah Anda merasa bahwa nama Anda tidak tidak bagus, aneh, atau tidak membawa hoki dalam kehidupan ekonomi Anda? Pernahkan Anda mendengar seseorang berkonflik dengan namanya sendiri, kemudian mengganti namanya? Tahukah Anda bahwa Bob Dylan, Moliẻre, Leon Trotsky, Gerald Ford, Engelbert Humperdinck, Rhoma Irama, Roy Martin, Teguh Karya, Titiek Puspa adalah bukan nama-nama asli mereka sejak lahir? Kalau ya, dan Anda berkeinginan kuat untuk mengganti nama Anda, berarti nama Anda telah menimbulkan konflik. Dan Anda tidak sendiri, di luar sana, ada ribuan, atau mungkin jutaan orang yang berkonflik dengan namanya, dan ingin menggantinya dengan nama lain.

Berkonflik dengan nama sendiri wajar saja terjadi, karena seseorang tentu saja punya hak untuk menentukan apa yang ingin dimiliki atau tidak ingin dimilikinya. Nama, seharusnya, merupakan sebuah properti yang sangat personal yang orang lain tidak boleh ikut campur mengaturnya. Memaksa seseorang memiliki sebuah nama yang dia tidak suka tentu saja tidak fair dan bertentangan dengan hak azazi. Lagipula, adalah hak prerogatif seseorang untuk menentukan nama apa yang ingin dia gunakan karena dia lah yang akan menggunakan nama itu untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Dialah yang akan merasa tersanjung jika orang lain menyukai namanya, dan dia pulalah yang akan merasa terhina dan merasa terpojok jika orang lain mengolok-olok namanya, bukan orang tuanya yang memberi nama itu.

Bagi orang yang percaya bahwa nama seseorang memberi sugesti bagi kehidupan pribadi orang yang menyandangnya, nama sangatlah penting dan berarti. Mereka tidak akan memberi nama sembarangan untuk anak-anak mereka. Masalah akan timbul kalau orang tua tidak menyadari arti nama bagi kehidupan anak-anak mereka kelak di kemudian hari. Atau mereka menyadari hal ini tapi sudah terlambat, karena mengganti nama bukanlah urusan yang mudah.

Bayangkan bila nama Anda Gogol misalnya, seperti tokoh dalam cerita ini. Dalam pergaulan sehari-hari Anda selalu diejek, ditertawakan, dan diolok-olok karena nama Anda aneh, asing, lucu, dan jelek menurut teman-teman Anda. Pasti Anda akan merasa tertekan, stres, dan depresi. Kalau hal ini berlangsung seumur hidup, tentu tidak kondusif bagi kehidupan sosial Anda.

Seperti Gogol, dia menyandang nama itu hanya karena bapaknya penggemar berat Nikolai Gogol. Begitu berartinya nama itu bagi si bapak sehingga dia menamai anak pertamanya itu Gogol. Sayang si bapak tidak menyadari bahwa nama yang diberikan dengan kebanggaan itu akan menimbulkan konflik dalam kehidupan pribadi si anak, seiring dengan pertumbuhannya. Menyandang nama Gogol, Gogol sangat tertekan karena dia tidak menyukai nama itu. Nama yang terdengar aneh di tengah-tengah kehidupan sosial Amerika itu, selalu menjadi ledekan teman-temannya. Gogol berpikir, mengapa namanya tidak seperti nama teman-temannya, Michael, Andrew, Jimmy, George, David, Danis misalnya.

Konflik lahir maupun bathin yang dialami Gogol membuat dia memberontak, menyesali dan mempertanyakan kebijakan bapaknya memberi dia nama yang sedemikian, apalagi, belakangan, dia mengetahui kehidupan pribadi Nikolai gogol penulis idola bapaknya itu tidaklah sebagus yang dia kira, kalau tidak mau disebut buruk. Penjelasan bapaknya bahwa nama itu telah menyelamatkan hidupnya dari sebuah kecelakaan kereta api yang parah, dan membuatnya merasa seperti hidup untuk yang kedua kalinya setelah kecelakaan itu, cukup membuat Gogol paham mengapa bapaknya memberi dia nama itu. Tapi Gogol merasa hal itu tidak berarti bahwa dia harus menyandang nama Gogol, tidak sebanding dengan derita yang dia tanggung seumur hidup dengan menyandang nama itu. Meski hatinya terenyuh menyadari bahwa kecelakaan itu telah membuat bapaknya pincang.

Secara garis besar, The Namesake menceritakan sebuah kisah multigenerasional tentang perjalanan sebuah keluarga India menuju penerimaan diri mereka dalam kehidupan sosial sehari-hari bangsa Amerika di Boston. Jhumpa Lahiri yang pernah memenangkan Pulitzer Prize untuk untuk kategori buku fiksi pada tahun 2000, untuk kumpulan cerpennya Interpreter of Maladies itu, dalam buku ini, berhasil memotret masalah keterasingan sebuah keluarga Hindu Bengali di tengah kehidupan sosial di Boston, lengkap dengan kisah percintaan dan pergolakan emosional mereka dengan detil-detil dan observasi ironis yang mengagumkan.***

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger