KAMIS, 29 Mei 2014 (HealthDay News) -- Ketika Anda mengalami tekanan darah tinggi, maka resikonya bagi jantung Anda yang meningkat ditentukan oleh angka mana (histolik atau diastolik) yang tinggi dari hasil pengukuran tekanan darah Anda, menurut sebuah penelitian terbaru.
Dalam hasil pengukuran tekanan darah, tekanan histolik ditunjukkan oleh angka atas dan tekanan diastolik ditunjukkan oleh angka bawah.
Orang yang tekanan darah sistolik-nya tinggi mempunyai resiko yang lebih besar akan terkena stroke berdarah dan angina stabil (rasa sakit di dada), sedangkan mereka yang tekanan darah diastoliknya tinggi lebih cenderung akan terkena aneurisma aorta abdominal (abdominal aortic aneurysm). Aneurisma aorta abdominal adalah bagian dalam arteri utama tubuh yang kewalahan dan melemah, yang terjadi di dalam perut. Jika aneurisma ini pecah, bisa menyebabkan pendarahan serius dan bahkan kematian.
Untuk mencapai kesimpulan mereka, para peneliti menganalisis catatan-catatan kesehatan dari lebih dari 1 juta orang Inggris yang berusia 30 dan lebih tua dan yang tidak menderita penyakit jantung. Mereka dimonitor selama rata-rata 5,2 tahun.
Penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam The Lancet, edisi tanggal 29 Mei, akan dipresentasikan dalam pertemuan Hipertensi 2014 di Athena pada bulan Juni.
Temuan kami tidak mendukung asumsi yang selama ini dipercaya bahwa tekanan sistolik dan diastolik sama kuatnya dalam memicu peluang terjadinya semua penyakit kardiovaskuler [jantung] hingga seluas-luasnya,” kata peneliti utama Dr. Eleni Rapsomaniki, dari The Farr Institute for Health Informatics Research di London, Inggris, dalam sebuah rilis pers-nya.
Para peneliti juga menemukan bahwa meski diberi pengobatan modern, namun orang yang mengalami tekanan darah tinggi, atau “hipertensi,” masih mempunyai resiko kesehatan yang lebih tinggi di seumur hidup mereka. Sebagai contoh, seseorang yang berusia 30 yang mengalami tekanan darah tinggi mempunyai resiko 63 persen dari usia hidupnya akan terkena penyakit jantung, dibandingkan dengan 46 persen pada orang yang tekanan darahnya normal.
Juga, seseorang yang mengalami tekanan darah tinggi akan secara khas mengalami penyakit jantung lima tahun lebih cepat dibandingkan dengan seseorang yang tekanan darahnya normal, para para penulis dalam penelitian tersebut.
“Dengan resiko seumur hidup yang demikian tinggi seperti ini, kebutuhan akan cara-cara penurunan tekanan darah sangatlah penting,” kata Rapsomaniki dalam rilis berita tersebut.
“Taksiran kami ini memberi informasi baru yang vital yang bisa digunakan untuk memperbaiki konseling bagi pasien dan untuk pembuatan keputusan bagi penderita hipertensi, yang sekarang hanya terutama berdasarkan pada resiko-resiko penyakit jantung dan stroke, dan akan membantu para dokter dan pedoman penanganan penyakit ini lebih fokus terhadap kondisi kardiovaskuler yang boleh jadi lebih umum terdapat, di mana skrining dan treatments lebih cenderung mempunyai efek,” kata Rapsomaniki menambahkan.
Dalam sebuah komentar yang menyertai penelitian tersebut, Thomas Kahan, dari Karolinska Institute di Stockholm, mengatakan bahwa meski efektitifitas obat penurun tekanan darah tidak diragukan lagi, namun “penelitian-penelitian obervasional mengisyaratkan bahwa hanya sedikit pasien yang mengalami penurunan tekanan darah yang ditargetkan. Oleh karena itu, beberapa langkah perlu diambil untuk memperbaiki pengobatan dan penanggulangan antihipertensif.
Langah-langkah di atas termasuk menilai resiko-resiko penyakit jantung para pasien dengan lebih saksama, mendorong para pasien untuk mematuhi jadwal pengobatan mereka, memperluas penggunaan alat pengecek tekanan darah di rumah dan pengobatan yang lebih agresif bagi mereka yang tekanan darah tingginya sulit ditanggulangi. (By -- Robert Preidt, HealthDay
May. 30, 2014 7:00AM PDT)
More information
The U.S. National Library of Medicine has more about high blood pressure.
Copyright © 2014 HealthDay. All rights reserved.
http://health.yahoo.net/news/s/hsn/heart-risks-depend-on-which-blood-pressure-number-is-high-study
0 comments:
Post a Comment