Bagaimana Cabe Pedas Mengakali Otak Anda


Chilli Peppers

Memasak makanan yang sedap bisa beresiko pula… sebuah resiko yang banyak di antara kita telah menanggungnya! Jika Anda pernah mengiris cabe jalapeños dan biji-bijinya bertebaran di tangan Anda, Anda tentu tahu apa yang akan Anda dapat: rasa panas yang menyiksa. Rasa panas ini disebabkan oleh sebuah zat yang larut dalam minyak yang disebut capsaicin (baca cap-say-sin). Capsaicin adalah komponen aktif yang ada pada semua cabe yang pedas. Inilah yang membuat cabe-cabe itu begitu sedap dimakan (jika Anda bisa menanggung pedasnya) dan bisa menyebabkan rasa panas seperti terbakar pada kulit Anda. Kabar baiknya adalah bahwa capsaicin tidak menyebabkan kerusakan pada tisu.  Hanya saja Anda akan merasa tidak nyaman jika tangan Anda merasa seperti terbakar dan satu-satunya jalan mengatasinya adalah dengan memegang kantong es. Namun jika kita gali lebih dalam, kita akan temukan sebuah dunia yang menarik pada capsaicin yang melibatkan neurotransmitter, sinyal rasa sakit, dan otak yang dibuat berpikir bahwa kulit kita berada di dalam api.
Fruits- Vegetables - Pepper

ketika Anda memakan cabe pedas, maka partikel-partikel capsaicin menembus ke dalam kulit Anda, menjalar melalui tisu, dan memicu saraf yang lebih dalam. di sinilah masalahnya menjadi sedikit teknis. Capsaicin bekerja seperti sebuah neurotransmitter dan terikat ke sebuah reseptor yang disebut VR1 (vaniloid reseptor 1), yang memaksanya untuk berubah bentuk (deform). Biasanya, VR1 hanya berubah bentuk pada temperatur 42oC ke atas (108oF). Ketika mengalami perubahan bentuk, capsaicin melepas partikel-partikel bermuatan (charged particle) yang disebut ion ke dalam sel saraf, mentransmisikan sebuah sinyal melalui saraf menuju otak. Sinyal itu sendiri adalah sama dengan apa yang akan dikirim oleh VR1 jika dia merasakan panas. Otak kita tidak tahu perbedaan ini, jadi akan Anda mengalami rasa panas yang sama dari cabe dengan rasa panas dari api.  

Green Capsicum
Photo: Leon Brooks

Sekarang inilah bagian pentingnya. Para ilmuwan telah menemukan cara mengubah capsaicin, si penipu cilik itu, menjadi pahlawan. Capsaicin yang merupakan penyulut rasa sakit bisa digunakan untuk melawan rasa nyeri pada otot dan persendian dan juga rasa sakit kronis seperti osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Hal ini tampaknya tidak masuk akal, apalagi jika Anda baru saja mendapatkan jus habanero di bawah kuku jari Anda!

Pertama-tama, Anda perlu mengetahui bahwa dokter membedakan dua jenis rasa sakit, rasa sakit yang baik dan rasa sakit yang tak baik. Rasa sakit yang baik adalah rasa sakit yang menggigit dan berlangsung cepat dan membuat kita menghindarinya—sebagai contoh, rasa sakit yang timbul ketika kita menyentuh sebuah panci yang sedang dipanggang dan kita terlonjak kaget. Rasa sakit yang buruk adalah rasa sakit yang kronis atau berjangka lama yang tercipta secara perlahan dan memerlukan waktu untuk membuatnya hilang sama sekali. Rasa sakit ini menjalar melalui saraf yang kurang tersisolasi dibandingkan dengan rasa sakit yang baik, dan dengan demikian, lebih lambat. Rasa sakit itu sendiri disebabkan oleh sebuah protein yang disebut Substance P. Substance P adalah sebuah neurotransmitter yang memberi sinyal rasa sakit dan menstimulasi inflamasi.

Splash of Chili Pepper
Photo: Kyle May

Ketika capsaicin memicu saraf, dia menyebabkan semua neurotransmitter yang ada pada rasa sakit yang buruk (Substance P) berpindah ke saraf rasa sakit yang lain. Suplai Substance P dengan cepat habis, hingga membuat saraf-saraf  tidak bisa mengirim sinyal rasa sakit yang buruk hingga saraf-saraf tersebut menciptakan molekul-molekul Substance P dalam jumlah yang lebih banyak—dan jika tidak ada Substance P berarti tidak ada rasa sakit kronis!

Jadi singkatnya, krim topikal (hangat) capsaicin bekerja selama 1 hingga 4 minggu, yang secara terus menerus mengurangi suplai Substance P, dan dengan demikian mengurangi rasa sakit kronis. Kelemahannya adalah bahwa para pasien harus menahan rasa seperti terbakar yang disebabkan oleh capsaicin hingga ambang rasa sakit mereka meningkat hingga cukup untuk membuat mereka tidak lagi merasakannya. Hal ini akan memakan waktu, namun hasilnya tidak sia-sia, dan akhirnya rasa sakit akan jauh berkurnag. Cool bukan? 

Spicy Colors
Photo: S. Pisharam

Tapi misal Anda tidak mengalami arthritis, dan nasib mengharuskan Anda berkecimpung dengan cabe pedas dan Anda ingin menghilangkan rasa panas  itu. Sayangnya, sekali capsaicin telah memasuki kulit, maka hampir tidak mungkin untuk dihilangkan. Capsaicin adalah zat yang cukup tangguh dan bisa bertahan meski telah dimasak, dibekukan dan bahkan meski telah melewati usus  kita. Benar, hati-hatilah jika Anda makan terlalu banyak cabe, atau terkena cabe secara tidak sengaja. Pencegahan adalah cara terbaik. Pakailah sarung tangan jika Anda mengiris cabe pedas, atau tutupi tangan Anda dengan minyak sebelum Anda mengiris cabe. Kemudian cuci tangan Anda dengan sabun dan air, dan oleskan jus lemon ke kulit Anda. Jika terlambat dan Anda telah merasakan akibatnya, cobalah merendam tangan Anda dengan minyak, cuka, atau bungkus dengan kantong es. Pastikan Anda tidak mengenakan sesuatu yang panas ke kulit Anda, karena hal itu akan mengubah bentuk reseptor vanilloid lebih jauh lagi.

Apakah capsaicin merupakan si jahat maupun pahlawan bagi Anda, namun  ingatlah bahwa jalapeños dan habaneros telah menyebabkan awal timbulnya penelitian tentang rasa sakit. Apakah semua teknikalitas tersebut masuk akal bagi Anda, atau apakah minat Anda terhadap bumbu rempah-rempah tersebut terbatas hanya pada bahan untuk membuat kari pedas, namun Anda harus mengakui, bahwa cabe yang berapi-api ini ternyata lebih pelik dan lebih berharga dari yang Anda duga! (Written by: yvonne.mcarthur)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger