Photo: Paola Frogheri
Memasak makanan yang sedap bisa beresiko pula…
sebuah resiko yang banyak di antara kita telah menanggungnya! Jika Anda pernah
mengiris cabe jalapeños dan
biji-bijinya bertebaran di tangan Anda, Anda tentu tahu apa yang akan Anda
dapat: rasa panas yang menyiksa. Rasa panas ini disebabkan oleh sebuah zat yang
larut dalam minyak yang disebut capsaicin
(baca cap-say-sin). Capsaicin adalah komponen aktif yang ada pada semua cabe
yang pedas. Inilah yang membuat cabe-cabe itu begitu sedap dimakan (jika Anda
bisa menanggung pedasnya) dan bisa menyebabkan rasa panas seperti terbakar pada
kulit Anda. Kabar baiknya adalah bahwa capsaicin
tidak menyebabkan kerusakan pada tisu.
Hanya saja Anda akan merasa tidak nyaman jika tangan Anda merasa seperti
terbakar dan satu-satunya jalan mengatasinya adalah dengan memegang kantong es.
Namun jika kita gali lebih dalam, kita akan temukan sebuah dunia yang menarik
pada capsaicin yang melibatkan neurotransmitter, sinyal rasa sakit, dan
otak yang dibuat berpikir bahwa kulit kita berada di dalam api.
Photo: Marius Iordache
ketika Anda memakan cabe pedas, maka partikel-partikel
capsaicin menembus ke dalam kulit
Anda, menjalar melalui tisu, dan memicu saraf yang lebih dalam. di sinilah
masalahnya menjadi sedikit teknis. Capsaicin
bekerja seperti sebuah neurotransmitter
dan terikat ke sebuah reseptor yang disebut VR1 (vaniloid reseptor 1), yang memaksanya untuk berubah bentuk (deform). Biasanya, VR1 hanya berubah
bentuk pada temperatur 42oC ke atas (108oF). Ketika mengalami
perubahan bentuk, capsaicin melepas partikel-partikel
bermuatan (charged particle) yang
disebut ion ke dalam sel saraf,
mentransmisikan sebuah sinyal melalui saraf menuju otak. Sinyal itu sendiri
adalah sama dengan apa yang akan dikirim oleh VR1 jika dia merasakan panas.
Otak kita tidak tahu perbedaan ini, jadi akan Anda mengalami rasa panas yang sama
dari cabe dengan rasa panas dari api.
Photo: Leon Brooks
Sekarang inilah bagian pentingnya. Para
ilmuwan telah menemukan cara mengubah capsaicin,
si penipu cilik itu, menjadi pahlawan. Capsaicin
yang merupakan penyulut rasa sakit bisa digunakan untuk melawan rasa nyeri pada
otot dan persendian dan juga rasa sakit kronis seperti osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis. Hal ini tampaknya tidak masuk akal, apalagi jika Anda baru saja
mendapatkan jus habanero di bawah
kuku jari Anda!
Pertama-tama, Anda perlu mengetahui bahwa dokter membedakan dua
jenis rasa sakit, rasa sakit yang baik dan rasa sakit yang tak baik. Rasa sakit
yang baik adalah rasa sakit yang menggigit dan berlangsung cepat dan membuat
kita menghindarinya—sebagai contoh, rasa sakit yang timbul ketika kita
menyentuh sebuah panci yang sedang dipanggang dan kita terlonjak kaget. Rasa
sakit yang buruk adalah rasa sakit yang kronis atau berjangka lama yang
tercipta secara perlahan dan memerlukan waktu untuk membuatnya hilang sama
sekali. Rasa sakit ini menjalar melalui saraf yang kurang tersisolasi dibandingkan
dengan rasa sakit yang baik, dan dengan demikian, lebih lambat. Rasa sakit itu
sendiri disebabkan oleh sebuah protein yang disebut Substance P. Substance P
adalah sebuah neurotransmitter yang
memberi sinyal rasa sakit dan menstimulasi inflamasi.
Photo: Kyle May
Ketika capsaicin memicu
saraf, dia menyebabkan semua neurotransmitter
yang ada pada rasa sakit yang buruk (Substance
P) berpindah ke saraf rasa sakit yang lain. Suplai Substance P dengan cepat habis, hingga membuat saraf-saraf tidak bisa mengirim sinyal rasa sakit yang
buruk hingga saraf-saraf tersebut menciptakan molekul-molekul Substance P dalam jumlah yang lebih
banyak—dan jika tidak ada Substance P
berarti tidak ada rasa sakit kronis!
Jadi singkatnya, krim topikal (hangat) capsaicin bekerja selama 1 hingga 4 minggu, yang secara terus
menerus mengurangi suplai Substance P,
dan dengan demikian mengurangi rasa sakit kronis. Kelemahannya adalah bahwa
para pasien harus menahan rasa seperti terbakar yang disebabkan oleh capsaicin hingga ambang rasa sakit
mereka meningkat hingga cukup untuk membuat mereka tidak lagi merasakannya. Hal
ini akan memakan waktu, namun hasilnya tidak sia-sia, dan akhirnya rasa sakit
akan jauh berkurnag. Cool bukan?
Photo: S. Pisharam
Tapi misal Anda tidak mengalami arthritis, dan nasib mengharuskan Anda berkecimpung dengan cabe
pedas dan Anda ingin menghilangkan rasa panas itu. Sayangnya, sekali capsaicin telah memasuki kulit, maka hampir tidak mungkin untuk
dihilangkan. Capsaicin adalah zat yang cukup tangguh dan bisa bertahan meski telah dimasak, dibekukan dan bahkan meski
telah melewati usus kita. Benar,
hati-hatilah jika Anda makan terlalu banyak cabe, atau terkena cabe secara
tidak sengaja. Pencegahan adalah cara terbaik. Pakailah sarung tangan jika Anda
mengiris cabe pedas, atau tutupi tangan Anda dengan minyak sebelum Anda
mengiris cabe. Kemudian cuci tangan Anda dengan sabun dan air, dan oleskan jus
lemon ke kulit Anda. Jika terlambat dan Anda telah merasakan akibatnya, cobalah
merendam tangan Anda dengan minyak, cuka, atau bungkus dengan kantong es.
Pastikan Anda tidak mengenakan sesuatu yang panas ke kulit Anda, karena hal itu
akan mengubah bentuk reseptor vanilloid lebih jauh lagi.
Apakah capsaicin
merupakan si jahat maupun pahlawan bagi Anda, namun ingatlah bahwa jalapeños dan habaneros
telah menyebabkan awal timbulnya penelitian tentang rasa sakit. Apakah semua
teknikalitas tersebut masuk akal bagi Anda, atau apakah minat Anda terhadap
bumbu rempah-rempah tersebut terbatas hanya pada bahan untuk membuat kari pedas, namun Anda harus
mengakui, bahwa cabe yang berapi-api ini ternyata lebih pelik dan lebih
berharga dari yang Anda duga! ( Written by:
0 comments:
Post a Comment