Karya Seni dan Kalender Bangsa Maya di Xultun Kejutkan Para Arkeolog


Wall of the Xultun find
Kelestarian hasil karya seni ini mengejutkan para ahli arkeologi, 
yang memberi kedalaman yang dangkal dari tempat tersebut
Para ahli arkeologi yang bekerja di reruntuhan Xultun sisa-sisa kebudayaan bangsa Maya telah melaporkan hasil temuan yang mengejutkan, termasuk temuan tabel-tabel astronomi bangsa Maya yang tertua yang pernah diketahui.


Situs tersebut, yang terletak di Guatemala, termasuk salah satu contoh karya seni bangsa maya yang pertama yang dilukis di dinding sebuah tempat kediaman.
Sebuah laporan dalam Science mengatakan hasil karya seni tersebut berasal dari abad ke-9, beberapa abad sebelum diterbitkannya kalender bangsa Maya.
Kalender bangsa Maya tersebut mengemuka belakangan ini di tengah-tengah klaim bahwa kalender tersebut meramalkan kiamat pada tahun 2012.
Peradaban bangsa Maya menduduki Amerika Tengah mulai sekitar 2000 SM hingga akhirnya jatuh dan berasimilasi menyusul kolonisasi oleh Spanyol mulai abad ke-15 dan seterusnya. Peradaban bangsa Maya hingga kini masih menarik perhatian, dengan masih banyaknya situs-situs bangsa Maya awal yang masih tersembunyi atau belum dimasukkan dalam katalog.
Puing-puing yang ditemukan di Xutun pertama kali ditemukan pada tahun 1912 dan pemetaan pada tahun 1920-an dan 1970-an banyak menemukan struktur-struktur baru dalam situs tersebut.
Para ahli arkeologi telah membuat katalog tentang keadaan situs tersebut, termasuk adanya sebuah piramida setinggi 35m, namun ribuan struktur lain di situs seluas 30 km persegi tersebut masih belum dieksplorasi.
Pada tahun 2005, William Saturno, yang ketika itu bekerja di Universitas New Hampshire, menemukan lukisan mural bangsa Maya tertua yang dikenal pada sebuah situs hanya beberapa km  jauhnya dari situs Xutun yang disebut San Bartolo.
Diagram of Xultun find
Tiga dari empat dinding dari bangunan yang masih terlindung 

Pada tahun 2010, salah satu mahasiswa Dr. Saturno menemukan bangunan penutup tanaman yang sekarang telah diekskavasi.ketika dia sedang mengikuti jejak dari para penjarah yang terbaru di Xutun.
Ketika bangsa Maya merenovasi sebuah bangunan tua, mereka umumnya merobohkan atap bangunan tersebut dan membangun kembali di atas reruntuhan. Namun untuk beberapa alasan, temuan baru di Xutun telah ditimbun mulai dari pintunya, dengan hanya menyisakan atapnya saja.
Dr. Saturno, yang kini berbasis di Universitas Boston, menjelaskan bahwa meski hanya berada sekitar satu meter di bawah tanah sekarang ini, namun bangunan tersebut terlindung meski lebih dari satu millennium mengalami musim hujan, menjadi tempat lalu lintas serangga dan dirambah oleh tanaman dan akar-akar pohon.
“kami temukan bahwa tiga dari empat dinding ruangan itu masih dalam keadaan baik dan langit-langitnya juga masih dalam keadaan baik dalam arti masih ada lukisannya, jadi di sini kami mendapatkan jauh lebih banyak dari yang kami duga,” katanya.
'Mindset berbeda'
Penggalian tersebut dilaksanakan dengan menggunakan dana hibah dari National Geographic Society, yang telah menyiapkan sebuah tur fotografi beresolusi tinggi tentang ruangan tersebut.
Ruangan itu berukuran sekitar 2m pada masing-masing sisinya dengan langit-langit berbentuk lengkung setinggi 3 m, dan didominasi oleh sebuah tempat duduk terbuat dari batu, yang menunjukkan bahwa ruangan tersebut merupakan sebuah ruang pertemuan.
Dinding sebelah timur menampilkan sejumlah gambar orang sedang duduk, hampir setengah ukuran sebenarnya, berpakaian warna hitam dan memakai penutup kepala yang rumit yang serupa dengan mitre, penutup kepala para uskup tertinggi.
Mereka semua melihat ke arah dinding sebelah utara, di mana terdapat terdapat satu sosok yang berpakaian lebih rumit lagi berwarna oranye yang memegang sebuah alat tulis di sebelah tangannya yang mengulur ke arah satu sosok makhluk yang oleh Dr. Saturno dipercaya merupakan representasi dari raja Xutun. 
Sosok yang duduk tersebut yang terlihat di sekitar mereka juga terdapat dalam sebagian naratif di mana sang raja digambarkan sebagai sosok yang merupakan jelmaan dari dewa bangsa Maya dan orang-orang yang ada di sana adalah para hadirin dalam upacara impersonasi (penjelmaan) tersebut,” kata Dr. Saturno menjelaskan.
Calendrical glyphs
Siklus astronomis dan koreksi yang digunakan ketika
 itu meramal gerhana bulan jauh ke depan 

Hubungan antara sosok tersebut dengan alat tulis yang dipegangnya tampak jelas: “Kami kira ruangan ini digunakan sebagai ruangan untuk menulis, bahwa ruangan itu merupakan  bagian dari sebuah kompleks yang diasosiakan dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh para juru tulis bangsa Maya.
Mungkin yang paling menarik perhatian di antara temuan tersebut adalah beberapa temuan yang berhubungan dengan tabel-tabel astronomi, termasuk empat empat angka panjang yang terdapat di dinding sebelah timur yang merepresentasikan sebuah siklus yang berakhir hingga 2,5 juta hari.
Dinding timur sebagian besar tertutup oleh tabulasi yang tediri dari simbol-simbol berwarna hitam atau “olyphs” yang menunjukkan pelbagai siklus astronomi: siklus Mars dan Venus dan gerhana bulan.
Dinding tersebut juga menampilkan tanda-tanda merah yang tampaknya seperti catatan-catatan dan koreksi terhadap kalkulasi tersebut; Dr Saturno mengatakan bahwa para juru tulis bangsa Maya “tampaknya menggunakan dinding tersebut sebagai papan tulis”.
Temuan Xutun adalah temuan pertama di mana semua siklus ditemukan terikat secara matematis satu sama lain di satu tempat, yang merepresentasikan sebuah kalender yang membentang selama lebih dari 7.000 tahun ke depan.
Sistem penomeran bangsa Maya untuk penanggalan adalah sebuah sistem penomeran yang kompleks dengan angka-angka basis-18 dan basis-20 sehingga, yang menurut sistem penanggalan jaman modern sekarang ini, akan “berakhir” pada akhir tahun 2012.
Namun Dr Saturno menekankan bahwa temuan baru tersebut kembali meluruskan kekeliruan selama ini tentang ramalan hari kiamat oleh bangsa Maya.
“Bangsa Maya kuno memperkirakan dunia ini akan terus berlanjut, sehingga 7.000 tahun dari sekarang, segala sesuatunya masih akan tetap sama seperti sekarang,” katanya.
“Kita terus mencari tahu kapan dunia ini akan berakhir. Namun bangsa Maya ketika itu mencari sebuah jaminan bahwa tidak akan ada yang berubah. Ini merupakan sebuah mindset yang sama sekali berbeda.”

More on This Story

Related Stories

·   Maya treasure found in Guatemala 14 DECEMBER 2005, AMERICAS
·   Historic Mayan mural found 'by chance' 15 MARCH 2002, ARTS
·   'No 2012 doom' in Mayan prophecy 02 DECEMBER 2011, LATIN AMERICA & CARIBBEAN


comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger