Barr dan para koleganya, yang berbasis di San Diego State University di California, menunjukkan bahwa mukus hewan—dari manusia, ikan atau koral—penuh dengan virus pembunuh bakteria yang disebut fag (phages). Phages ini melindungi tuan rumah mereka dari berbagai infeksi dengan cara menghancurkan setiap bakteria yang masuk. Sebagai balasannya, phages tersebut terekspos pada aliran mikroba secara terus menerus yang mereka perlukan untuk melakukan reproduksi. “Ini adalah bentuk simbiosis yang unik, antara hewan dan virus,” kata Rotem Sorek, seorang ahli genetika mikrobial pada Weizmann Institute of Science in Rehovot, Israel, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
“Ini merupakan terobosan ,” kata Frederic Bushman, seorang ahli mikrobiologi dari Universitas Pennsylvania di Philadelphia. “Ide bahwa phage bisa dianggap sebagai bagian dari sistem imun bawaan adalah original dan menarik.” Hasil-hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences1.
Kepala penelitian tersebut, seorang
ahli ekologi mikrobial Forest Rohwer, telah mengumpulkan mukus dari berbagai
kerajaaan hewan selama bertahun-tahun, dan dia memperhatikan bahwa
sampel-sampel mukus tersebut mengandung phages
sebanyak empat kali lipat lebih daripada lingkungan sekitarnya. “Salah satu
aspek yang paling menarik tentang hubungan yang simbiotik ini adalah bahwa hubungan
jenis ini tampaknya terjadi pada semua permukaan mukus, dan telah mengalami
evolusi semenjak mukus pertama kali diproduksi,” kata Barr.
Botolbrush yang lengket
Mukus terutama terdiri dari molekul
kompleks yang besar yang disebut mucins,
yang terbuat dari ribuan gula glycan
yang menyatu dengan tulang punggung protein pusat (central protein backbone). Tim tersebut menunjukkan bahwa phages menyatu dengan gula-gula glycan ini, yang oleh Barr disamakan
dengan sebuah “bottlebrush (nama sejenis
tanaman) biologis yang besar.”
Glycans tersebut
terus menerus berubah dan sangat bervariasi, namun phages mempunyai protein-protein yang sama beragam di dalam lapisannya,
yang memungkinkan mereka untuk menyatu dengan lingkungan yang tidak nyaman ini. Tim peneliti
tersebut memperlihatkan bahwa kehadiran phages
bisa mengurangi jumlah bakteria yang bisa menyatu dengan mukus sebanyak lebih
dari 10.000 kali.
Barr mengatakan dia mengira aliran phages yang ditemukan paling sering di
dalam mukus akan menjadi phages yang
paling sering menjadi target bakteria, yang dengan demikian menciptakan semacam
sejenis ‘mucus memory’ untuk melawan mikroba-mikroba lokal yang paling relevan.
Namun karena mukus secara terus menerus menghilang dan berganti dengan yang
baru, maka hubungan ini jadi berlangsung secara konstan. Barr, Rohwer dan tim
tersebut kini mencoba untuk menstimulasi dinamika evolusioner di dalam realm mukus ini.
Para peneliti kini juga sedang
mengeksplorasi implikasinya bagi kesehatan manusia. Sebagai contoh, Barr
bertanya-tanya apakah manusia bisa secara sengaja melapisi usus mereka dengan mukus
yang mengandung phages yang khusus untuk
melawan bakteria penyebab penyakit. “Hal ini bisa meningkatkan level dasar
imunitas melawan infeksi serupa itu,” katanya.
Sorek menambahkan, dalam beberapa
tahun terakhir ini, para ilmuwan mulai mengapresisi bagaimana phages biasa bisa berada di dalam usus (gut) dan bagaimana phages tersebut bisa mempengaruhi kesehatan manusia dengan cara membentuk
komunitas mikroba yang residen. Dia ingin tahu apakah hewan bisa merekrut mukus
yang mengandung phages dengan cara
yang ‘smart.’ Untuk mencari bakteria yang mengutungkan di antara bakteria-bakteria
yang bisa menyebabkan penyakit tersebut.
Barr mengira hal ini bisa saja terjadi.
Dia mencatat bahwa phages
kadang-kadang memasukkan material genetik mereka ke dalam genome dari bakteri daripada membunuh bakteri tersebut secara
langsung—sebuah proses yang sebenarnya bisa melindungi bakteri tersebut
dari phages lainnya. Barr
berspekulasi bahwa dengan cara demikian, phages
yang ada dalam mukus sejak awal bisa melindungi bakteria, yang dengan demikian menguntungkan
bagi hewan yang mengandung mukus tersebut, sekaligus bisa menghancurkan bakteria-bakteria
yang bisa menyebabkan kerusakan. (Ed Yong)
Nature, doi:10.1038/nature.2013.13023
References
http://www.nature.com/news/viruses-in-the-gut-protect-from-infection-1.13023
0 comments:
Post a Comment