Satu-satunya yang pernah saya dapat
dari ayah saya adalah sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun ketika saya
berumur sepuluh tahun. Ayah saya pergi meninggalkan kami ketika saya baru
berusia tiga tahun sehingga saya, ibu, dan kakak perempuan saya harus menanggung
beban hidup kami sendiri. Ibu tak pernah membicarakan tentang ayah tapi kakak
perempuan saya masih bisa mengingatnya.
‘Ayah itu seperti apa, sih?” Tanya saya.
Kakak perempuan
saya memandang saya dengan matanya yang hitam, yang kelihatan mengantuk,
menyibak rambut yang menutupi matanya. Lengannya terdapat goresan seperti dia
baru saja memanjat saluran pipa pembuangan yang sudah berkarat dan terjatuh. ‘Sapa?’
‘Saya tanya, ayah itu seperti apa?’
Dia
tersenyum pada saya, dan saya kira dia masih dalam keadaan tripping dan saya memutuskan akan bertanya lagi nanti ketika dia
sudah pulih.
Bagaimanapun
juga, satu-satunya yang pernah saya dapat dari ayah adalah sebuah kartu ucapan
ulang tahun ketika usia saya sepuluh tahun. Kartu itu berbunyi Selamat Ulang
Tahun Mickey! Dan kemudian ada syair di dalamnya yang berbunyi:
Sepuluh
tahun usiamu kini, dan kau sedang tumbuh
Dan takkan
lama lagi
Kau akan
dewasa dan menjadi laki-laki yang jantan dan tangguh
Dengan
lengan yang kuat dan berisi
Dan di bagian depan kartu itu ada sebuah gambar,
sebuah gambar kartun, gambar seorang anak kecil sedang memakai sebuah helm
proyek dan mengemudi sebuah traktor. Tapi maksud saya, bagaimana dia tahu saya telah besar? Jujur saja, saya
terkejut dia mengetahui alamat kami, karena kami selalu berpindah-pindah.
Tapi yang killer adalah, pada bagian bawah kartu itu, di bawah puisi itu, dia
menambahkan:
Ingat tak
kan ada yang dapat melindungimu
XX. Ayah.
XX. Ayah.
Saya telah
mempelajari kartu ini lebih dari sekali, mencoba memahami apa maksud
perkataannya. ‘Laura, seperti apa ayah kita?’
Tiga jam
kemudian dan dia sedang mencuci. Kakak perempuan yang rajin bekerja. Dia
mendongak sedikit, memikirkan pertanyaan saya sejenak. Kemudian dia berkata,
‘Saya mencintainya. Sampai sekarang.’
‘Well, saya benci dia. Tapi seperti apa
dia?’
Dan dia
menjawab, ‘Galak.’
‘Galak,
hah?’
‘Maksud saya
bukan keras; lebih ke serius. Seperti
kamu, sedikit, tapi dia lebih pintar, lebih tinggi dan lebih tampan.’ kemudian
dia tertawa dan memukul lengan saya, ‘Keringkan piringnya,’ katanya.
Lucu, saya
belajar banyak dari kakak perempuan saya itu, terutama jauhi narkoba, yang saya harus tulis dengan huruf besar bukannya
huruf miring, tapi tidak apa, soalnya, ketika dia tidak sedang mabuk atau gemetaran
karena butuh barang itu, dia benar-benar pintar dan, terus terang, dia adalah
tulang punggung keluarga kami, kekuatannya, percaya atau tidak. Jujur saja,
dialah pemersatu kami. Keluarga kami terdiri dari saya, lima belas tahun, cerdas,
punya masa depan, kata mereka pada saya, meski sebenarnya tidak demikian dan
nanti saya ceritakan itu pada Anda, dan kemudian ada ibu saya, jujur, dan
bekerja, dan bijaksana (meski tidak punya pacar atau teman pria) dan segala
sesuatunya. Dan kemudian ada Laura. Sembilan belas tahun, seorang pecandu, tapi
dia adalah pemersatu keluarga. Karena ibu bego dan tak berguna, dan saya, pada
dasarnya, adalah orang yang tak berdaya; secara finansial, edukasional, sosial,
moral… sudah ah.
Laura mempunyai satu kelebihan; dia
orangnya jujur. Dan karena dia jujur dia bisa melihat lebih banyak daripada
yang paling banyak, jadi dia tahu lebih banyak dari yang terbanyak, dan dia
merangkul saya dan ibu bersama-sama.
Ibu
Tunggu dulu,
guru bahasa Inggris saya, Miss Wright, mengatakan bahwa saya harus menunjukkan,
bukan mengatakan; terlalu banyak pemaparan,’ katanya padaku (cari artinya di
kamus). Jadi saya kira saya harus berhenti menggambarkan hidup saya, melainkan
mulai menunjukkan apa yang terjadi, tapi saya akan melakukan itu sedikit demi
sedikti, begitulah.
Ok, soal ibu.
Ibu saya. Usianya tigapuluh tujuh tahun dan dia orangnya bego. Tak berdaya.
Lemah. Mestinya ada acara TV yang membahas khusus tentang ibu saya—“Bagaimana
Cara untuk Tidak…”
“Bagaimana untuk
Tidak Mengasuh anak-anak Anda.”
“Bagaimana
Cara Tidak Menabung untuk masa depan.”
“Bagaimana
Cara untuk Tetap menganggur.”
“Bagaimana
Cara untuk Tidak Menarik perhatian lawan jenis.”
Dia pernah
melakukannya sekali. Memikat hati seorang laki-laki, sekali itu saja. Dan saya
telah membaca semua majalah wanita yang dia beli dan saya tahu sejak semula hubungan
mereka tidak akan bertahan lama. Dari saat dia berkata pada saya, ‘Dia orang
baik, pintar, tampan. dia punya pekerjaan yang bagus, Pete, dan sebuah mobil
yang bagus (sebuah mobil yang benar-benar bagus, kalau kamu tanya. Kamu tidak
tanya? Tapi kamu pasti bertanya. Mobil Kompresor. Bahasa Inggrisnya Supercharger.
Yang juga berarti dia punya banyak uang. Cool.
Jerman. Cool. Dan banyak lagi). Namun
demikian, dia sebenarnya sedang memberitahu saya tentang semua yang saya
pikirkan, Yeah, tapi ibu, dia lebih suka jatuh ke pelukan seorang satpam klab malam yang gila atau seorang salesman
karpet bernama Wayne dan dia akan memerangkap Pete dalam pelukannya dan berkata
pada saya ‘there is no spark’ yang berarti, menurut dia cinta itu sama dengan
penderitaan, dan kasih sayang sama dengan kesusahan dan dia kira menjadi orang
baik itu itu sama dengan menjadi tak terlihat. Pandangan macam apa itu. Jadi
jujur saja. Please. Jadi, seperti
yang diperkirakan, Pete pergi. Tinggallah Kompressor dan segalanya. Dan kemudian
datang Marc. Lima belas tahun lebih muda dari ibu. Dasar si peminum.
Betapa kacaunya.
Memalukan.
Ini adalah sebuah kejahatan yang tidak boleh diajarkan orang tua pada anak-anak
mereka! Membuat keributan seperti ini. Saya ketika itu berusia dua belas tahun,
yang berarti Laura berusia enambelas; dia baru saja tidak lulus ujian dan
bekerja di Safeway. Sangat memuaskan. Dapat gaji, bermimpi punya flat sendiri. Pacar. Dan yang terakhir
diinginkan Laura adalah ibu dan Marc naik ke lantai atas dan bersenang-senang
di hari Minggu sore. Ayo bu; jadilah seorang ibu, bukan seorang yang tak
berguna. Jangan lebay, please. Tapi
tidak. Dan ketika Marc menggoda Laura pada suatu sore, hanya menggoda saja seperti yang Anda pahami, Laura
berteriak heboh dan ibu dengan gagahnya berlari menuruni tangga dalam keadaan setengah
telanjang dan menampar Laura untuk membuatnya diam dan kemudian menamparnya
lagi ketika dia mendengar Laura menuduh Marc menggodanya.
Saya tidak jantan
dan tangguh, sungguh, tidak. Dan saya tidak sedang berpura-pura tidak jantan dan
tangguh sehingga Anda akan mengira sebenarnya saya jantan dan tangguh juga.
Saya tidak saja. Sehingga ketika ibu berselisih dengan Laura saya tidak bisa meninju
Marc dengan hook kanan saya ke arah
rahangnya atau menendang kemaluannya, meskipun saya benar-benar, ingin sekali
melakukannya, jadi saya pergi saja dan duduk di bangku depan dan mendengarkan
mereka berteriak-teriak.
Pada salah
satu sore ketika langit sedang berawan dan mendung berarak melintasi langit di
udara (scudding, sebagaimana yang
sering disebut-sebut dalam novel-novel lama). Saya duduk di anak tangga depan
menonton burung camar berkepak dan terbang dan meluncur di udara. Saya berharap
saya bisa melakukan itu pula.
Saya punya
teori bahwa, bagi kami dunia tempat kami berpijak ini adalah datar, tapi untuk
burung-burung ada batu karang tempat mereka berpijak di dalam bola raksasa ini
dan mereka hinggap di sisinya dan kemudian terjatuh dan terbang dan meluncur. Saya
ngelantur saja, tapi saya tak bisa mengingat apalagi yang terjadi, kecuali saya
hanya tahu bagaimana caranya berakhir. Pagi berikutnya saya menunggu hingga
Marc pergi keluar dan kemudian saya menggunakan telepon ibu untuk menghubungi
polisi dan menangkap Marc untuk duapuluh gram kokain yang dia sembunyikan di dalam
rangsel di bawah tangga.
Bingo
Kerja
selesai
Seperti yang
saya katakan, saya tidak jantan dan tangguh. Tapi saya tidak perlu jadi jantan
dan tangguh jika ada lima orang polisi
dan seekor anjing German Shepherd menggedor pintu dan menyeret Marc yang
beteriak-teriak menuju sebuah van.
Anyhow, kartu yang saya dapat dari ayah
ini. Yang berbunyi, ingat, takkan ada
yang dapat melindungimu, adalah sebuah informasi yang telah saya ketahui
tapi telah saya lupakan, atau seperti saya telah meminta seseorang melindungi saya dan ternyata mereka tidak melakukannya, atau sesuatu yang
lain. Maksud saya, come on ayah, saya
tidak mengenalmu, atau mengetahui di mana kamu berada atau apa pekerjaanmu atau
yang lainnya, tapi come on, jadilah
seorang ayah meski hanya semenit saja. Selama waktu yang ayah butuhkan untuk
menulis kalimat tersebut.
Demi Tuhan,
saya baru berumur sepuluh tahun ketika itu.
Ayah, tulislah
I miss you atau Kita akan bertemu ketika kamu sudah dewasa atau Teruskan sekolahmu. Tapi ini hanyalah
sebuah ide. Jangan kirimi aku kartu.
Lanjut.
Jangan dikirim.
Tapi yang
lucu adalah, gila, sebuah kiriman kartu dengan sebuah gambar yang bego dan
sebuah puisi yang sinting.
Tapi dia
benar.
Tak ada yang
melindungimu.
(Diambil dari http://short-stories.co.uk/ Judul
asli ‘The Card’ Oleh James Ross)
0 comments:
Post a Comment