‘Orang sering mengecilkan arti pentingnya
tidur. Begitu banyak hal penting yang perlu mereka lakukan daripada tidur
beberapa jam lebih banyak dalam semalam,’ kata kepala penulis Linda L. Chao
pada Reuters Health.
‘Penelitian tersebut menyarankan agar
kita tidak meremehkan arti pentingnya tidur,’ katanya.
Penelitian terdahulu telah
menghubungkan gangguan tidur dengan perubahan-perubahan otak struktural, tulis
para pengarang. Dalam penelitian mereka, tidur berhubungan dengan jumlah gray matter yang terdapat di dalam lobus
depan (frontal lobe) otak orang yang
bersangkutan.
Ada data lain yang mendukung bahwa
insomnia dan berbagai penyakit kejiwaan tercermin dari berkurangnya volume
otak, yang masuk akal karena tidur dan mood
adalah fungi dari otak,’ kata Dr. John Winkelmann pada Reuters Health.
Sebagai seorang psikiater,
Winkelmann adalah kepala program penelitian klinis gangguan tidur di Massachusetts
General Hospital di
Boston. Dia tidak terlibat di dalam penelitian terbaru ini.
Dia menggambarkan frontal lobes sebagai ‘sebuah bagian penting dari fungsi manusia,”
yang penting untuk melakukan perencanaan (planning),
merancang strategi (strategizing), mood dan perasaan (affect).
Para veteran yang menderita gangguan stress pasca-trauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)) sering kali mengeluh tentang kesulitan tidur, menurut Chao dan para koleganya. Berbagai peneltian telah menemukan angka gangguan tidur yang tinggi di kalangan veteran perang Amerika di Irak dan Afganistan yang mengalami cedera kepala (lihat laporan Kesehatan Reuters tanggal 28 Oktober, 2011).
Para veteran yang menderita gangguan stress pasca-trauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)) sering kali mengeluh tentang kesulitan tidur, menurut Chao dan para koleganya. Berbagai peneltian telah menemukan angka gangguan tidur yang tinggi di kalangan veteran perang Amerika di Irak dan Afganistan yang mengalami cedera kepala (lihat laporan Kesehatan Reuters tanggal 28 Oktober, 2011).
Mereka mengukur kualitas tidur
dengan menggunakan Indeks Kualitas Tidur Pittsburgh, sebuah indeks mentah
tentang penilaian diri sendiri yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan luas
mengenai pola tidur selama sebulan terakhir.
Sebagai contoh, indeks tersebut
menanyakan pada para partisipan sebuah pertanyaan tentang waktu mereka biasanya
pergi ke tempat tidur selama sebulan terakhir dan pertanyaan lain tentang
berapa lama biasanya mereka baru terlelap.
Para peneliti tersebut menemukan bahwa
para veteran yang melaporkan bahwa tidur mereka berkualitas jelek umumnya
mempunyai gray matter di dalam frontal lobe yang lebih sedikit
dibandingkan dengan para veteran yang dilaporkan tidur cukup baik.
Di samping kesulitan tidur, berbagai
masalah psikologis juga menimpa para veteran penelitian tersebut. Separuh dari
mereka terlibat penyalahgunaan alkohol, 40 psersen mengalami gangguan depresi
mayor pada tingkatan tertentu dan 18 persen mengalami PTSD.
Namun, hubungan antara kesulitan
tidur dengan volume otak tetap ada meski para peneliti telah memperhitungkan masalah-masalah
tersebut di atas dan penggunaan obat-obatan psikotropik.
Namun Chao percaya hasil-hasil
temuan tersebut bisa berlaku terhadap siapa saja, bukan hanya para veteran
perang.
Meski dia menekankan bahwa
penelitian tersebut menggarisbawahi arti pentingnya tidur di waktu malam, namun
dia juga menyetujui bahwa kita tidak mungkin mengatakan bahwa kesulitan tidur
bisa menyebabkan berkurangnya gray matter
di dalam frontal lobe, atau sebaliknya.
‘Kami hanya mengetahui bahwa ada
hubungannya,’ kata Michael Breus, seorang ahli psikologi klinis bersertifikat
dalam bidang masalah gangguan tidur, pada Reuters
Health. ‘Tapi kami tidak tahu yang mana menyebabkan yang mana.’
Breus tidak terlibat di dalam
penelitian terbaru ini. Tapi dia mendukung para peneliti yang meneliti
pola-pola tidur di kalangan para veteran perang, sebuah kelompok yang dikenal
banyak mengalami gangguan tidur.
‘Jika mereka pernah terlibat aktif
di medan perang, berarti mereka tidak pernah bisa tidur nyenyak semenjak saat
itu,’ katanya.
Dia mengatakan metode polysomnography, yang memonitor tidur
seseorang dan mengumpulkan data yang objektif, telah membuat hasil-hasil dari
penelitian ini bermakna.
Chao juga mengatakan dia lebih menyukai menggunakan data tidur yang objektif. Namun laporan terbaru ini didasarkan pada sebuah tinjauan data dari sebuah penelitian terdahulu.
Chao juga mengatakan dia lebih menyukai menggunakan data tidur yang objektif. Namun laporan terbaru ini didasarkan pada sebuah tinjauan data dari sebuah penelitian terdahulu.
‘Data tersebut mengatakan pada kita
bahwa populasi ini (para veteran, Red) sangat menarik untuk dipelajari lebih
jauh,’ kata Breus. ‘Jika kita bisa belajar banyak tentang tidur para veteran,
kita bisa membantu mereka tidur lebih baik.’ (By Reuters)
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2576280/People-trouble-sleeping-smaller-brains-psychiatric-problems.html
0 comments:
Post a Comment