1. Hati-hati
dengan minuman diet
Minuman diet telah lama menjadi batu loncatan
penelitian, namun studi terbaru yang melibatkan 59.614 partisipan, menjadi
sebuah studi terbesar untuk menguji hubungan antara konsumsi minuman diet, “kejadian
pada jantung,” dan kematian. Setelah memperhatikan asupan minuman diet dan faktor-faktor
resiko kardiovaskuler yang ada pada para partisipan, para peneliti menemukan
secara konklusif bahwa wanita yang minum dua atau tiga minuman diet sehari
boleh jadi lebih besar kemungkinannya akan terkena serangan jantung, stroke,
atau masalah-masalah kardiovaskuler lainnya.
2. Waktu berubah, kawan?
Daylight savings (memutar jarum jam waktu siang hari sebanyak 1 jam di musim panas di AS) sekarang lebih dari sekedar menjengkelkan—penelitian-penelitian terbaru menunjukkan daylight saving ada kaitannya dengan serangan jantung. Meski serangan jantung secara historis terjadi pada hari Senin pagi, penelitian terbaru menemukan bahwa kehilangan satu jam tidur bisa meningkatkan resiko terkena serangan jantung pada hari Senin berikutnya sebesar 25 persen dibandingkan dengan hari-hari Senin lainnya dalam setahun tersebut.
Kepala penelitian, Dr. Amneet Sandhu, meneliti hampir
42.000 perawatan di rumah sakit di Michigan selama empat tahun berturut, dan
menemukan bahwa rata-rata 32 pasien mengalami serangan jantung pada hari Senin.
Pada hari Senin pertama setelah memutar jarum jam ke depan sebanyak 1 jam, terjadi rata-rata delapan serangan jantung tambahan. Jumlah
serangan jantung bukan hanya meningkat setelah memutar jarum jam ini, kata
Sandhu, tapi juga turun 21 persen pada hari Selasa setelah jam dikembalikan ke
waktu standar, dan orang-orang mendapat waktu tidur ekstra satu jam.
3. Penelitian kehamilan
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, pandangan tentang betapa kehamilan bisa mempengaruhi kesehatan wanita dalam jangka panjang berkembang. Sebuah penelitian terbaru menggarisbawahi resiko kardiovaskuler pada wanita dalam hubungannya dengan kehamilan, dan menemukan bahwa wanita yang melahirkan empat anak atau lebih lebih besar kemungkinannya akan mengalami plak pada jantung atau mengalami penebalan dinding arteri—tanda-tanda awal penyakit kardiovaskuler—dibandingkan dengan mereka yang lebih sedikit hamil.
Anehnya, studi tersebut juga menemukan bahwa wanita
yang tidak pernah melahirkan atau hanya melahirkan hidup sekali juga ada
kemungkinan menderita plak pada jantung atau penebalan arteri. Meski demikian, para
ilmuwan yang terlibat dalam penelitian tersebut mewanti-wanti bahwa hasil
temuan ini tidak berarti memberi rekomendasi “cukup dua atau tiga anak,” melainkan
hanya sebagai isyarat bahwa mereka harus meneliti lebih lanjut bagaimana
kehamilan memainkan peran dalam kesehatan kardiovaskuler pada wanita.
4. Sains ruang angkasa
Besar kemungkinan Anda bukanlah seorang astronot, tapi ilmu ruang angkasa terlalu sayang untuk diabaikan. Meski para astronot harus benar-benar fit untuk bertahan di dalam tekanan-tekanan fisik dan keadaan “di atas sana” setelah meninggalkan Bumi, namun sains menunjukkan bahwa kesehatan jantung mereka boleh jadi juga terpengaruhi setelah terlalu lama berada dalam mikrogravitasi di ruang angkasa. Setelah mengikuti 12 orang astronot, hasil-hasilnya menunjukkan bahwa jantung manusia di ruang angkasa menjadi lebih bulat (spherical) dengan faktor sebesar 9,4 persen. Hal ini, di samping menurunnya kepadatan tulang dan massa otot, menambah bukti-bukti bahwa berada di ruang angkasa untuk waktu yang lama—sebagaimana yang akan terjadi dalam sebuah missi ke Mars—berhubungan dengan meningkatnya bahaya pada jantung para astronot.
“Jantung tidak bekerja cukup keras di ruang angkasa
sebagaimana di Bumi, yang bisa menyebabkan banyak kehilangan massa otot,” kata
James Thomas, M.D., Moore Kepala Cardiovascular
Imaging and Lead Scientist pada Ultrasound
di NASA, dan penulis senior dari penelitian tersebut. “Hal itu bisa
menimbulkan konsekuensi yang serius setelah mereka kembali ke Bumi, jadi kami kini
sedang mencari apakah ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau menetralkan
kehilangan massa otot tersebut.”
5. Latihan olahraga pada wanita v.s. pria
Sains terbaru dari Mayo Clinic telah menantang sebuah formula yang telah lama ada untuk menghitung jumlah maksimum detak jantung seseorang, membuktikan bahwa formula tersebut boleh jadi tidak tepat karena tidak memperhitungkan perbedaan-perbedaan antara wanita dan pria. Selama beberapa dekade, formula sederhana “220 minus usia” telah secara luas digunakan untuk menghitung jumlah maksimum detak jantung per menit yang bisa dicapai seseorang. Rumus ini bisa digunakan oleh orang yang ingin mengetahui target rata-rata detak jantung mereka selama melakukan olahraga, atau oleh para dokter yang ingin menentukan sekeras apa seorang pasien harus berolahraga selama dilakukan test stress olahraga (exercise stress test).
Sekarang, setelah menganalisis hampir 25.000 test
stress, para peneliti telah menemukan perbedaan-perbedaan signifikan antara
wanita dan pria, dan kemudian mengembangkan sebuah formula baru untuk
merefleksikan perbedaan-perbedaan tersebut. Studi tersebut mengatakan bahwa
wanita yang berusia antara 40 hingga 89 semestinya mengharapkan rata-rata detak
jantung mereka pada 200 minus 67 persen dari usia mereka; dan pada pria,
formula tersebut adalah 216 minus 93 persen dari usia mereka. Di sisi lain,
studi tersebut juga menunjukkan bahwa laki-laki yang lebih muda mempunyai
rata-rata detak jantung dalam keadaan istirahat yang lebih rendah dan rata-rata
detak jantung maksimum yang lebih tinggi dibandingkan wanita, dan bahwa
rata-rata detak jantung pria meningkat secara dramatis selama melakukan
olahraga dan “kembali ke normal” dengan lebih cepat ketika olahraga selesai.
6. Fokus pada vitamin D
Vitamin D, yang berfungsi sebagai sebuah regulator pada fungsi sistem imun dan proses peradangan yang berkontribusi terhadap faktor-faktor resiko bagi penyakit-penyakit jantung, adalah fokus dari sebuah penelitian di Italia yang dirancang untuk mengevaluasi hubungan antara level vitamin D dan penyakit jantung koroner—penelitian terbesar sejenisnya. Hasil-hasil temuannya? Vitamin D boleh jadi bermanfaat dalam mencegah penyakit jantung; dengan beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa level vitamin D yang rendah berhubungan dengan meningkatnya resiko penyakit jantung.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan, terdapat kejadian
penyakit jantung koroner yang lebih tinggi 32 persen pada pasien dengan level
viamin D terendah dan frekuensi penyakit berbahaya yang hampir 20 persen lebih
tinggi menyerang berbagai pembuluh. Diperkirakan lebih dari separuh orang
dewasa AS menderita kekurangan vitamin D, dengan rata-rata paling tinggi ada
pada orang Amerika Afrika dan orang Hispanik. (By
More From Wall St. Cheat Sheet:
- Obamacare Deadline Day Sees 4-Hour Healthcare.gov Blackout
- 5 Personal Finance Tips for Single Parents
- 5 Simple Ways to Buy Organic Food on a Budget
http://wallstcheatsheet.com/life/heart-health-6-new-facts-about-the-ticker.html/1/
0 comments:
Post a Comment