Memperhatikan sebuah gejala yang
biasa, yang sangat bisa diobati, tapi sering kali diabaikan bisa membantu para
dokter mengidentifikasi dengan lebih mudah apakah Anda mengalami peningkatan
resiko terkena serangan jantung dan stroke, menurut dua penelitian besar
terbaru.
Gejala atau simptom ini—sering kali
merasa mengantuk di siang hari akibat gangguan tidur di malam hari—adalah
sangat umum terdapat sehingga banyak orang tidak menyadari hal ini merupakan
sebuah ancaman bagi kesehatan yang perlu dibicarakan dengan para penyedia layanan
kesehatan, kata Amy Doneen, ARNP, direktur medis di Pusat Pencegahan Serangan Jantung
dan Stroke di Spokane, WA.
Penelitian terbaru tersebut, yang
bertepatan dengan Bulan Kesadaran Stroke Nasional AS (Mei), ini bisa membantu
menyelesaikan masalah misteri kesehatan: Mengapa serangan jantung dan stroke sering
kali terjadi pada orang yang tidak mempunyai faktor-faktor resiko konvensional.
Hanya sekitar separuh dari stroke yang bisa dijelaskan dengan resiko-resiko
yang sudah sedemikian dikenal seperti merokok, tekanan darah tinggi, obesitas, dan
diabetes, menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam PLOS Medicine.
Hal ini mendesak dilakukannya
penelitian intensif mengenai faktor-faktor lain yang bisa dicegah yang
potensial menimbulkan penyakit kardiovaskuler (CVD), seperti insomnia dan
gangguan tidur lainnya. Di bawah ini adalah sebuah tinjauan lebih jauh tentang
bagaimana Anda harus memperhatikan keletihan (fatigue) dan masalah kesulitan tidur dengan lebih serius—dan apa
yang mesti dilakukan untuk menanganinya.
Insomnia Bisa
Meningkatkan Resiko Terkena Stroke sebanyak 8x
Orang
yang menderita insomnia mempunyai resiko terkena stroke 54 persen lebih tinggi,
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita insomnia, menurut sebuah
penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Asosiasi Jantung Amerika Stroke.
Orang muda yang mengalami insomnia
keadaanya jauh lebih terancam, di mana para peneliti melaporkan bahwa penderita
imsomnia berusia antara 18- 34 tahun lebih dari delapan kali lebih besar
kemungkinannya akan menderita stroke dibandingkan dengan orang berusia sama
yang tidur secara normal.
Para peneliti menelusuri 21.438 penderita
insomnia yang mulanya sehat dan 64.314 orang yang tidak menderita insomnia
dalam sebuah periode empat tahun. Studi tersebut adalah yang pertama yang
melaporkan bahwa kesulitan tidur bisa meningkatkan resiko terkena stroke dan yang
juga menemukan bahwa orang yang menderita insomnia membandel menghadapi ancaman
yang lebih besar dibandingkan dengan penderita insomia yang telah berhasil
diobati.
“Pesan yang didapat dari studi kami
ini adalah bahwa insomnia harus juga dipertimbangkan sebagai salah satu dari
beberapa faktor resiko stroke, khususnya di kalangan orang dewasa muda,” kata
penulis peneliti Ya-Wen Hsu, seorang asisten professor di Universitas Farmasi
Chia Nan dan bagian riset medis di Chi-Mei
Medical Center di Taiwan, pada FoxNews.com.
Rasa Kantuk
di Siang Hari Berhubungan dengan Tingginya Jumlah Penyakit Jantung
Wanita
yang sering kali merasa mengantuk di siang hari mempunyai resiko terkena CVD,
penyakit pembunuh utama di AS, 58 persen lebih tinggi, dibandingkan dengan
mereka yang jarang atau tidak pernah merasakan gejala tersebut, menurut sebuah
analisis yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Medicine.
Sekitar 20 persen orang dewasa mengalami
rasa kantuk di siang hari yang kronis—ketidakmampuan tetap jaga dan siaga di
siang hari—yang mengakibatkan tertidur atau mengantuk. Gejala ini telah
dihubung-hubungkan dengan timbulnya gangguan kognitif, kecelakaan mobil,
kesalahan-kesalahan medis, dan meningkatknya resiko penyakit jantung dalam
beberapa studi terdahulu.
Para peneliti menganalisis data dari
84.003 partisipan dalam Penelitian Kesehatan Para Juru Rawat (Nurses’ Health Study) yang berjangka
panjang. Pada awal penelitian, para wanita tersebut berusia antara 37 hingga
54. Para partisipan tersebut diikuti
selama delapan tahun, di mana 500 kasus penyakit jantung dan stroke terjadi.
Mengapa Insomnia
dan Masalah Jantung Berhubungan
Beberapa penelitian terdahulu juga
telah menemukan hubungan antara masalah tidur dengan bahaya CVD. Sebagai
contoh, sebuah pool analisis tahun
2012 yang diambil dari lima penelitian terdahulu dengan 8.435 partisipan menemukan
bahwa apnea gangguan tidur (obstructive sleep apnea)—sebuah
gangguan tidur yang ditandai dengan dengkuran keras dan gangguan dalam
bernapas—bisa meningkatkan resiko stroke sebanyak lebih dari dua kali lipat.
Ada beberapa alasan utama mengapa
orang yang mengalami kekurangan tidur karena insomnia atau gangguan tidur lebih
besar kemungkinannya akan menderita serangan jantung dan stroke, kata James
Gangrich, Ph.D., penulis Nurse’s Health Study
di atas. Faktor-faktor ini mencakup:
- Tekanan darah tinggi. Selama tidur normal, tekanan darah biasanya menurun sebanyak 10 hingga 20 persen, dibandingkan ketika Anda terjaga, kata Gangrich. “Oleh karena itu, orang yang kekurangan tidur—kurang dari tujuh hingga sembilan jam semalam—mempunyai rata-rata tekanan darah yang lebih tinggi selama periode 24 jam.” Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama bagi stroke dan merupakan salah satu dari beberapa resiko utama bagi serangan jantung.
- Resistensi insulin (gangguan yang bisa menyebabkan timbulnya diabetes tipe 2) “Dalam berbagai penelitian tentang kekurangan tidur ditemukan bahwa orang yang sebelumnya sehat ternyata mengalami perubahan dramatis dalam level insulin mereka ketika mereka mengalami gangguan tidur sehingga mereka untuk sementara mengalami pradiabetes,” menurut laporan Doneen, coauthor dari Beat the Heart Attack Gene. Berbagai penelitian juga mengisyaratkan bahwa resistensi insulin merupakan salah satu penyebab pada hingga 70 persen serangan jantung,” katanya melaporkan.
- Meningkatnya hormon lapar. Kekurangan tidur mempunyai efek yang kuat terhadap level hormon pengatur selera makan ghrelin dan leptin. “Akibatnya, orang yang kekurangan tidur cenderung ngidam makanan manis dan asin, yang keduanya kaya akan kalori,” tulis Gangrich. Hal ini bisa menyebabkan naiknya berat badan, yang pada gilirannya akan menjadi sebuah faktor resiko bagi penyakit jantung dan diabetes (sebuah penyakit yang pada tahap lebih lanjut bisa meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke).
- Meningkatnya inflamasi. Kurang tidur juga bisa menyebabkan terjadinya inflamasi arterial, sehingga meningkatkan resiko terkena CVD pada tingkat pertama dan mengalami pecah plak kolesterol (cholesterol plaque ruptures) yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke, kata Doneen menambahan.
Apa yang
mesti Anda lakukan jika Anda tak bisa tidur?
Gangrich menekankan bahwa rasa
kantuk yang timbul di siang hari tidak menyebabkan serangan jantung atau stroke,
tapi dengan berbagai alasan, berhubungan dengan faktor-faktor lain yang bisa
meningkatkan resiko terkena serangan jantung atau stroke, seperti kurang tidur,
obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi.
Meski studi ini menemukan bahwa rasa
letih (fatigue) di siang hari tidak
merupakan sebuah faktor resiko yang independen bagi penyakit jantung, tapi
studi tersebut menyimpulkan bahwa, “Mendapat tidur berkualitas yang cukup
secara teratur boleh jadi merupakan sebuah gaya hidup yang berkontribusi
terhadap pencegahan timbulnya CVD.
Baik Gangrich maupun Doneen
menyarankan agar Anda berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika Anda
mengalami insomnia yang membandel, rasa letih di siang hari atau masalah tidur
lainnya. Dalam beberapa hal, penelitian tidur mungkin diperlukan untuk
mendiagnosis masalah yang Anda alami.
Sering kali perubahan-perubahan sederhana seperti melakukan lebih banyak
olahraga, menghindari penggunaan komputer hingga larut malam, melakukan ritual
tidur yang rileks, dan menjalani jadwal tidur yang teratur, bisa membantu Anda
tidur lebih baik di malam hari. (By Lisa Collier Cool
May 01, 2014)
May 01, 2014)
http://health.yahoo.net/experts/dayinhealth/surprising-symptom-raises-stroke-and-heart-attack-risk
0 comments:
Post a Comment