Namun hasrat untuk go international itu hendaknya diimbangi dengan ciri khas keindonesiaan kita, agar predikat ‘internasional’ itu mempunyai nilai plus. Artinya bukan hanya artisnya yang go international, tetapi juga musiknya. Anggun C. Sasmi (meskipun kini dia sudah jadi warganegara Perancis) adalah contoh artis kita yang sudah go international tetapi hanya untuk dirinya sendiri, sedangkan musik yang dia usung bukanlah musik khas Indonesia .
Go international dengan mengusung musik barat sangatlah sulit, kalau tidak mau dikatakan tidak mungkin. Dan kalau pun bisa, tidak akan mendapatkan respek yang tinggi di dunia internasional karena kita cuma meniru-niru mereka, bahkan boleh jadi malah dilecehkan.
Dalam hal ini, kita harus menyampaikan rasa salut pada grup band Wali yang salah satu lagunya, Cari Jodoh, sudah go international. Lagu tersebut telah direkam dalam versi bahasa Inggris oleh salah satu penyanyi internasional, dan berhasil menduduki peringkat atas tangga lagu.
Di samping Wali, tentu kita semua sudah tahu, ada satu lagi artis kita yang sudah duluan go international, yaitu Rhoma Irama. Rhoma Irama, dan musik yang diusungnya, telah lama mendapat apresiasi dunia internasional, baik timur maupun barat.
Hal yang membanggakan dan patut dipelajari dari prestasi Wali dan Rhoma Irama di atas adalah mereka sama-sama mengusung musik melayu, musik yang khas Indonesia . Dari sini kita bisa memetik pelajaran bahwa untuk go international itu kita harus mengusung sesuatu yang khas kita, yang berasal dari bumi kita sendiri, bukan sesuatu yang berasal dari luar, bukan sesuatu yang meniru-niru. Hanya dengan membawa sesuatu yang khas, yang menunjukkan keaslian kita, kita bisa dihargai di dunia internasional. Dengan kata lain, kita boleh go international tetapi kita harus berpijak di bumi kita sendiri.
Khusus Rhoma Irama dan musik dangdut yang dibawanya (meski Rhoma sendiri menolak disebut dangdut) telah banyak mendapat liputan dunia internasional. Yang terbaru adalah sebuah buku yang berjudul “Dangdut Stories”.
Buku karangan Andrew N. Weintraub ini diterbitkan oleh Oxford University Press, Agustus 2010. ini adalah buku berbahasa Inggris pertama yang membahas soal genre musik yang signifikan untuk studi musik dan kebudayaan yang popular secara global. Selain membahas perkembangan musik dangdut di Indonesia , buku ini juga berisikan wawancara dengan musisi-musisi dangdut Indonesia seperti Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, A. Rafiq, dan lain-lain.
Andrew N. Weintraub adalah seorang associate professor bidang musik di University of Pittsburgh, di mana dia mengajar etnomusikologi dan musik pop, dan mengepalai program studi gamelan di Universitas tersebut. Dia adalah penulis buku Power Plays: Wayang Golek Puppet Theater of West Java (Ohio University Press, 2004) dank ko-editor buku Music and Cultural Rights (University of Illinois Press , 2009).
Selain itu, Weintraub adalah pendiri dan lead vocal grup musik Dangdut Cowboys, sebuah grup musik dangdut yang berbasis di Pittsburgh yang video musiknya di YouTube telah disaksikan oleh lebih dari 100.000 orang sejak tahun 2007.***
2 comments:
saya yus dari semrang, apakah dijelaskan secar detail tentang rock dangdut dalam buku ini, rock dangdut itu apakah seperti penggabungan musik rock dan dangdut yang dijelaskan oleh bang Roma? bagaimanakah ciri-ciri rock dangdut itu, apakah hanya berunsurkan permaianan gitar dengan teknik-teknik distorsi dan harmonik serta speed, atau ada ciri yang lain...trimakasih harap balasannya ya....
Mantap gan kunjungi blog kami yeah: http://musik.netxid.com atau di http://triomusik.wapka.mobi
Post a Comment