“…. Seperti halnya dengan masak nasi, yang selama ini digunakan untuk mengatakan memasak beras. Arti kata masak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sudah matang dan sudah waktunya untuk diangkat, seperti dalam kalimat: Nasi sudah masak, makanlah dulu. Sedangkan arti kata nasi adalah beras yang sudah dimasak, seperti dalam kalimat: Ia tidak mau makan nasi. Jadi, seharusnya kita mengatakan memasak beras.
Mengapa? karena salah satu fungsi imbuhan me- adalah membentuk kata kerja. Imbuhan me- +masak menjadi memasak (verba) yang artinya membuat (mengolah) panganan, makanan, dll. Beras artinya padi yang telah terkelupas kulitnya (yang menjadi nasi setelah ditanak).
Jadi, seharusnya kita mengatakan memasak beras bukannya masak nasi, karena jika kita menggunakan kata masak yang artinya matang dan nasi yang artinya beras yang sudah dimasak maka arti kata masak nasi tersebut tidaklah sama dengan memasak beras. Kata memasak beras artinya beras tersebut dimasak hingga menjadi nasi, sedangkan kata masak nasi, artinya nasi yang telah matang (nasi sudah matang kok dimasak). ….”
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang sudah biasa mengatakan ‘memasak nasi’ dalam arti ‘mengolah beras menjadi nasi’. Istilah ‘memasak beras’ meskipun benar menurut logika, namun terdengar janggal dan jarang digunakan. Lagipula, istilah ‘memasak nasi’ tidaklah sepenuhnya salah.
Istilah ‘memasak’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti membuat (mengolah) penganan, makanan, gulai, dsb: ibu - di dapur;
Dari sini jelas istilah ‘memasak’ itu berorientasi pada hasil, bukan pada proses. Istilah ‘memasak’ dilihat dari apa yang dihasilkan, bukan dari apa yang diolah sebagai bahan mentah. Istilah’memasak sayur’ berarti membuat (mengolah sesuatu menjadi sayur, begitu pula dengan istilah ‘memasak nasi’. ‘Memasak nasi’ berarti membuat (mengolah) sesuatu menjadi nasi. Memasak gulai menghasilkan gulai, memasak air menghasilkan air (minum), misalnya. Dan memasak nasi menghasilkan nasi.
Dengan kata lain. 'memasak' berarti 'mematangkan' sesuatu untuk dimakan. Jadi 'memasak nasi' berarti 'mematangkan nasi' untuk dimakan. 'Memasak daging' berarti 'mematangkan daging' untuk dimakan, 'memasak bubur' berarti 'mematangkan bubur' untuk dimakan. Dan kalau kita menggunakan istilah 'memasak beras' berarti kita memakan beras, bukan memakan nasi.
Mungkin istilah 'memasak' di sini sama dengan 'meracik'; 'meracik obat' menghasilkan obat; kita tidak pernah menyebutnya 'meracik daun-daunan', misalnya.
Dengan kata lain. 'memasak' berarti 'mematangkan' sesuatu untuk dimakan. Jadi 'memasak nasi' berarti 'mematangkan nasi' untuk dimakan. 'Memasak daging' berarti 'mematangkan daging' untuk dimakan, 'memasak bubur' berarti 'mematangkan bubur' untuk dimakan. Dan kalau kita menggunakan istilah 'memasak beras' berarti kita memakan beras, bukan memakan nasi.
Mungkin istilah 'memasak' di sini sama dengan 'meracik'; 'meracik obat' menghasilkan obat; kita tidak pernah menyebutnya 'meracik daun-daunan', misalnya.
Lagi pula, bahasa bukanlah sekedar logika. Bahasa mempunyai konvensinya sendiri yang harus diikuti oleh penggunanya. Pemakaian bahasa yang tidak mematuhi konvensi-konvensi tersebut akan terdengar janggal dan tidak berterima. Contohnya, kita tidak pernah menanyakan mengapa kita menggunakan istilah ‘tua muda’, ‘besar kecil’, ‘pulang pergi’, misalnya, bukankah menurut logika ‘muda’ lebih dulu daripada ‘tua’, ‘kecil’ lebih dulu daripada ‘besar’, dan ‘pergi’ lebih dulu daripada ‘pulang’. Demikian juga dengan penggunaan istilah yang berakhiran –an yang sering kali berarti ‘mainan’, seperti dalam istilah ‘rumah-rumahan’, ‘mobil-mobilan’, ‘kuda-kudaan’, misalnya. Istilah ‘obat-obatan’ kita maklumi sebagai sebagai ‘beraneka macam obat’ bukannya ‘obat mainan’. Juga istilah ‘rumah sakit’ yang sering kali disesalkan orang dan harus diganti menjadi ‘rumah sehat’. Istilah ‘rumah sehat’ mungkin memang masuk akal karena menunjukkan tempat orang mendapatkan kesehatan, tapi istilah ‘rumah sakit’ tidaklah sepenuhnya salah dan lebih berterima.
Lagi pula, kalau enggan menggunakan istilah ‘memasak nasi’ bukankah dalam bahasa Indonesia sudah tersedia istilah ‘menanak’ yang berarti ‘memasak nasi’. Istilah ‘menanak nasi’ kiranya lebih elegan dan lebih pas digunakan untuk merujuk pada arti ‘mengolah beras menjadi nasi’, kalau enggan menggunakan istilah 'memasak nasi'.
2 comments:
maaf kak, kalau boleh tau apakah ada istilah tersendir dalam kajian majas bahasa indonesia untuk contoh semacam ini?
Ada. Namanya 'salah kaprah'.
Post a Comment