Departemen Energi AS Umumkan Biofuel Pengganti Bensin


DOE researchers develop microbe to convert plants directly into isobutanol, a gasoline substitute


Dalam dunia penelitian biofuel, segalanya bergerak seiring dalam sebuah klip yang bagus, sehingga tampaknya berita-berita tentang “terobosan baru” cukup membuat kita kelelahan. Well, berita terakhir ini tentu beda dengan yang lain. Sekretaris Departemen Energi Steven Chu baru saja mengumumkan bahwa sebuah kelompok peneliti yang dikomandoi oleh BioEnergy Science Center milik Departemen tersebut telah mengembangkan  sebuah metode konversi tumbuhan berkayu menjadi isobutanol (method for converting woody plants straight into isobutanol) dengan cara efektif dan murah, yang bisa digunakan untuk mobil konvensional sebagai pengganti bensin.

Biofuel dan Sekaligus Green Jobs

Dalam pengumumannya, Chu secara langsung mengatakan bahwa produksi biofuel mempunyai potensi untuk menciptakan lapangan kerja baru di wilayah pedesaan di negara itu. Meskipun sebagian dari lapangan kerja tersebut adalah memperluas lahan produksi, namun yang paling penting dari proses isobutanol milik DOE yang baru ini adalah proses tersebut tidak harus tergantung pada produksi pertanian. Di samping mengandalkan tanaman biofuel, proses tersebut bisa menggunakan limbah dari tanaman lain yang mengandung kayu termasuk jerami tanaman gandum dan padi, brangkasan jagung (corn stover), dan limbah balok kayu. Penanganan, transportasi, dan pengilangan (refining) limbah ini mungkin adalah bagian terbesar dari lapangan kerja yang akan tersedia.

Biofuel, dari ladang ke Tanki Minyak

Para ilmuwan dari BioEnergy Center (sebuah cabang dari Laboratorium Nasional Oak Ridge milik DOE) bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas California untuk mengembangkan sebuah turunan (strain) baru dari mikroba Clostridium celluloyticum. Sebagaimana namanya, C. celluloyticum adalah sebuah cara alami dalam memecah cellulose. Masalahnya adalah berbagai spesies hanya bisa memproduksi aspek-aspek tertentu dari proses tersebut, sehingga strain terbaru ini menggabungkan berbagai talents tersebut ke dalam satu mikroba. Hasilnya adalah sebuah proses yang bisa memecah materi tumbuhan dan memproduksi isobutanol dalam sebuah langkah yang relatif murah, dibandingkan dengan proses multi-tahap yang dikehendaki dalam produksi biofuel konvensional.  

Green Jobs untuk Microba

Materi tumbuhan yang yak bisa dimakan adalah tambang emas potensial bagi biofuel, namun hingga kini masalahnya adalah bagaimana cara memecah cellulose—bagian dari sel-sel tumbuhan yang mengandung “kayu”—untuk mendapatkan jeroan yang lembut yang bisa dikonversi menjadi bahan bakar dengan cara yang murah. Mikroba telah terbukti mampu mengambilalih pekerjaan tersebut, dan itu hanyalah salah satu contoh peran mikroba dalam teknologi hijau ini (green tech). mikroba-mikroba tersebut juga dipekerjakan untuk membersihkan tempat-tempat yang terkena polusi (cleaning up polluted sites), mentenagai sel-sel bahan bakar (fuel cells) dan bahkan mentransformasi air limbah menjadi bioplastic.

(By Tina Casey)


Image: Cylinders and beakers by Horia Varlan on flickr.com.

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger