Wawancara Majalah Asia Magazine dengan Tania Gunadi Bintang Film Amerika Asal Indonesia

Sepertinya nasiblah yang membawa Tania Gunadi memenangkan undian green card sehingga dia bisa pindah dari Indonesia ke Amerika Serikat. Ketika pertama kali tiba di AS, hal pertama yang dia perhatikan adalah jalan raya di L.A. yang bersih dan tampak magis. Karena tidak terlalu bisa berbahasa Inggris, dia mempelajari bahasa tersebut dengan cepat ketika dia bekerja di sebuah tempat penjualan pizza, dan seperti halnya keberuntungan, dia mendapat bagian peran dalam sebuah iklan Disneyland! Mulai saat itu, karirnya terus melejit dan sekarang dia merupakan seorang aktris utama dalam film seri TV action-petualangan “Aaron Stone dalam chanel TV Disney XD yang baru.

Dalam film seri tersebut dia memainkan peran ganda—sebagai Emma si gadis tetangga dan sebagai Dr. Mara, si ilmuwan cemerlang yang bekerja menciptakan  alat-alat yang aneh untuk para jagoan mereka. Dengan pembawaannya yang riang dan sangat ramah, pribadi Tania yang magnetis bersinar cemerlang. Dia berbicara tentang segala hal yang dia rindukan tentang Indonesia seperti buah-buahan dan bunga-bungaannya yang indah dan bagaimana dia berharap akan menjadi seorang sutradara bagi film-filmnya sendiri di masa yang akan datang. Dia tampak sangat terharu ketika ditanya tentang harapannya di masa yang akan datang, tetapi tidak segan-segan mengatakan bahwa dia sangat beruntung dengan apa yang dia peroleh saat ini. Sekarang dia sedang hidup di alam mimpinya! Dia benar-benar merupakan seorang yang meng-inspirasi dan tidak lupa meluangkan waktu bersenang-senang bersama teman-temannya di pantai, atau belajar memasak di pelbagai tempat. Saksikan dia dalam “Aaron Stone”! 

Tania Gunadi

ASIANCE: Bisakah Anda mulai dengan menceritakan sedikit mengenai diri Anda sebagai seorang aktris sebelum “Aaron Stone,” semacam asal-muasal Anda masuk ke dunia akting?

Tania: Let’s see. Saya dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia. Saya memenangkan undian green card ketika saya berumur 15 dan saya kemudian pindah ke AS. Kemudian saya belajar bahasa Inggris di sini karena ketika pertama kali tiba di sini bahasa Inggris saya payah. Dan kakak laki-laki saya menghubungkan saya untuk bekerja di Pizza Hut (tertawa mengingat) dan di sanalah saya belajar bahasa Inggris karena selama sekitar dua tahun itu saya mendapat banyak teguran. Ketika itu saya tidak tahu bagaimana melayani pesanan.

Di Indonesia kami tidak biasa makan pizza, kan? Kami makan nasi dan mie. Saya ingat dua bulan pertama kinerja saya sangat buruk sehingga saya diturunkan. Tapi kemudian saya belajar bahasa Inggris dan saya belajar ingredients dan belajar memasak. Kemudian saya kembali bekerja menjadi penerima telepon (tertawa). Dan setelah itu! Salah seorang teman saya berkata, ‘Hei kamu sebaiknya ikut audisi untuk iklan Disneyland!’ Saya bilang padanya bahasa Inggris saya tidak bagus dan dia berkata, ‘Tidak apa-apa, Anda hanya perlu berteriak! Adegannya di atas rollercoaster!’ Jadi saya pikir, OK, saya bisa melakukan itu. Ketika itu saya tidak tahu apa-apa tentang akting maupun audisi. Begitulah, saya mengikuti audisi itu dan saya mendapatkan peran itu.

Ketika kami shooting iklan tersebut, di sana ada sekitar 15 orang dan saya bukanlah pemeran utamanya. Setelah mengendarai rollercoaster 16, 17 kali, semua pemeran utamanya mabuk! Yang lain juga banyak yang mabuk. Saya adalah satu-satunya orang yang sangat, sangat ceria ketika itu. Sebelumnya saya tidak pernah mengendarai rollercoaster seumur hidup saya dan saya kira rollercoaster adalah permainan yang terbaik. Dan mereka membayar saya pula! Kemudian sang sutradara menjadikan saya pemeran utama dalam iklan tersebut, dan meminta saya untuk membintangi dua iklan lainnya untuk Disneyland. Kemudian sejak itu saya jadi kecanduan karena saya pikir, ‘Oh my god, Saya bisa melakukannya!’ Saya merasa senang, dan dari sini saya bisa membiayai hidup saya, dan ini sangat menyenangkan! Saya benar-benar beruntung. Bayangkan. Anda hanya berteriak dan mendapat uang!

ASIANCE: Dan peran Anda dalam “Aaron Stone,” sangat menarik! Bisa Anda ceritakan?

Tania: dalam “Aaron Stone” saya berperan sebagai Emma, dan Emma adalah seorang wanita yang menjalani dua kehidupan. Siang hari dia sekolah, sama seperti remaja normal lainnya. Dia suka bermain video games dan dia bermain drum dalam band-nya Aaron. Tapi ketika pulang sekolah dia membuat senjata-senjata dan membuat upgrades untuk gadget-gadget yang bisa membantu Aaron Stone menyelamatkan dunia ini. dan sesekali boss-nya meminta dia terjun ke lapangan dan ikut bertempur melawan musuh. Kemudian peran saya berubah menjadi Dr. Mara. Saya berganti pakaian dan mengecat rambut berwarna oranye. Saya mempunyai senjata seberat duapuluh pond dan detonator dan perlatan lainnya. Peran ini cukup enak karena saya harus memainkan dua karakter!


ASIANCE: Apakah Anda merasa bangga sebagai aktris yang bekerja di sebuah perusahaan seperti Disney, dengan begitu banyak penonton muda?

Tania: oh my gosh-ya! Sebenarnya saya selalu ingin bekerja; well, inilah mimpi saya selama lima atau enam tahun untuk bekerja pada Disney. Saya telah bekerja dengan mereka sebelumnya dan mereka selalu memperlakukan saya dengan baik. Saya mencintai ‘keluarga’ ini dan saya merasa sangat bahagia ketika mendapat peran dalam “Aaron stone” ini. Saya mengikuti audisi sebanyak empat kali sebelum saya diberi peran ini, ini benar-benar mimpi yang menjadi kenyataan. Mereka sangat baik dan saya sangat bersyukur atas semua ini.

ASIANCE: Dalam film seperti “Aaron Stone” apa sih persiapan untuk peran Anda ini, atau bagaimana Anda berlatih sebelum shooting?

Tania: Saya mengkuti tiga kursus akting sebagai latar belakang saya. Saya mengkuti pelajaran improvisasi dan kemudian juga mengikuti pelajaran scene dengan seorang guru dan seorang guru lainnya yang mengajarkan masalah-masalah teknik. Jadi untuk peran sebagai Emma, si cewek tetangga itu, agak mudah bagi saya karena saya hanya perlu mengembalikan diri saya menjadi remaja kembali, mempunyai pacar cowok, dll. tapi untuk peran Dr. Mara, saya melakukan banyak riset, karena dr. Mara adalah seorang ahli senjata dan sangat kuat. Bukan hanya saya harus masuk ke mindset itu—saya menonton banyak film-film James Bond dan film-film seperti Matrix, ya peran-peran seperti cewek tangguh itu—tapi dua minggu sebelum Aaron Stone, saya harus berlatih dengan orang yang memerankan Aaron stone. Kami harus melompat di atas meja! Kemudian seseorang menyerang kami dan kami jatuh, kemudian melompat ke atas sofa dan musuh lainnya melemparkan senjata yang lain ke arah kami dan kami menangkisnya, dan terjatuh! Dan hal-hal seperti itu! Ketika membuat film ini, kami selalu melibatkan sebuah koreografi yang besar sehingga kami mencoba berlatih dua minggu sebelumnya untuk memastikan kami mengenal satu sama lain dan untuk menjaga keselamatan kami!
Kelly Blatz, J.P. Manoux, Tania Gunadi and David Kambert on   Aaron Stone   from the episode 'Mutant Reign Part 1 and Part 2'.

Kelly Blatz, J.P. Manoux, Tania Gunadi dan David Kambert 

dalam Aaron Stone  episode 'Mutant Reign Bagian1 and Part 2'.

ASIANCE: Ketika Anda besar di Indonesia siapa yang Anda kagumi atau apa yang Anda suka tonton?

Tania: You know, ketika saya kanak-kanak di Indonesia, jujur saja tidak ada banyak film Amerika yang masuk Indonesia kecuali film-film action jenis James Bond. Sebagai kanak-kanak, saya menonton banyak film-film China seperti film-fimnya Chow Yun Fat atau Zhang Zi Yi dan Andy Lau, saya menyukai film-film mereka, adegan di mana mereka terbang dan sang puteri ikut bersama mereka atau ketika sang puteri menyamar sebagai laki-laki, pergi bertualang. Film-film seperti itu, yang saya sangat kecanduan. Ibu saya bahkan lebih kecanduan daripada saya. Saya kira saya telah menonton film-fim tersebut berulang-ulang. Saya lupa apa judul fim-fim tersebut dalam bahasa Inggris, tapi saya masih ingat sebuah, sebuah film tentang seekor condor (sejenis elang) dengan Andy Lau. [The Return of the Condor] adalah film-film seri lama.

ASIANCE: APAKAH Anda punya banyak teman dalam pekerjaan ini? apa yang Anda lakukan untuk bersenang-senang?

Tania: Oh ya, saya bisa katakan kebanyakan teman saya adalah para aktor, itulah sebabnya saya ikut-ikutan kursus akting dan akhirnya mendapat teman-teman dari kursus akting tersebut. Kami tergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri dari lima orang, di mana setiap kali kami mengikuti sebuah audisi, maka salah satu dari kami akan datang membantu. Kami melatih satu sama lain dan membantu satu sama lain. Kami mungkin akan mengikuti kursus pendukung  seperti kursus seni atau kursus menari. Dan beberapa orang di antara kami juga ikut kursus renang, badminton. Guru akting saya selalu menyuruh saya mengikuti kursus-kursus lainnya yang berhubungan dengan seni sehingga kadang-kadang kami mengikuti kursus sulih suara atau melukis. Kami jarang pergi ke mall (tertawa). Kami selalu melakukan hal-hal yang bermanfaat. Kami pergi ke pantai bersama-sama dan salah satu kegemaran kami adalah bermain improvisasi. Permainan yang konyol tapi menyenangkan.

ASIANCE: Anda pasti merindukan Indonesia tapi sementara ini Anda menjadikan L.A sebagai rumah Anda?

Tania: Oh saya ingin katakan bahwa Los Angeles adalah kampung halaman saya. Saya belum pernah ke tempat lain sebelumnya tapi ketika saya tiba dari Indonesia, kota pertama yang saya tempati adalah Los Angeles. Saya tidak akan pernah melupakan ketika pertama kali saya tiba di sini saya terpukau. Saya berjalan-jalan di airport dan berkata dalam hati, ‘oh may gosh, ini seperti dunia fantasi.’ Segala sesuatunya begitu bersih dan jalan rayanya benar-benar gila! Di sini ada banyak jalan bebas hambatan (freeways) dan di Indonesia sangat jarang. Tidak ada kemacetan. Saya tahu sekarang banyak orang berkata kemacetan di sini parah, tapi jika dibandingkan dengan Indonesia, ini sangat indah. Saya tidak ingin menjelek-jelekkan negeri saya Indonesia karena ada begitu banyak yang indah-indah di sana. Tapi sekarang ini di sinilah rumah saya dan di sini saya punya teman-teman dan hewan peliharaan.

ASIANCE: Apa yang indah di Indonesia yang kami belum ketahui?

Tania: of course, ada satu hal yang saya rindukan, yang membuat saya sedih  karena saya tidak bisa tinggal di dua tempat sekaligus, tapi Indonesia adalah negara yang indah. Ada banyak tumbuh-tumbuhan dan para petani bekerja di ladang. Jika Anda mengitari Indonesia selama musim panas, di pedesaan, Anda bisa menyaksikan dunia yang serba hijau dan sawah ladang. Indonesia sangat indah. Ada jagung, pohon-pohon dan buah segar di mana saja Anda menginginkannya. Dan tentu saja yang nomer satu yang saya sesali  adalah kenyataan bahwa ibu saya dan ayah saya masih berada di sana. Tapi sekarang saya baik-baik saja.

ASIANCE: Apa yang Anda inginkan bagi karier Anda di masa yang akan datang?

Tania: Tidak ada yang pernah menanyakan pertanyaan itu pada saya! Tapi bagi saya, tentu saja saya memandang masa depan saya. Saya mensyukuri apa yang saya dapat sekarang. Saya telah lama mengimpikan karier saya yang sekarang ini, dan benar-benar menikmati peran sebagai kehidupan ganda ini. Saya kini sedang menikmati hidup dengan semua pekerjaan yang saya kerjakan saat ini. Di masa yang akan datang, dan ini masih jauh, jauh di masa yang akan datang, saya ingin tidak hanya bisa berperan lebih banyak dalam film atau berperan berbeda-beda dalam film-fim yang menginspirasi, yang bisa mempengaruhi banyak orang. Akan sangat menyenangkan jika saya bisa mempunyai perusahaan film sendiri dan membuat film sendiri dengan mengundang teman-teman saya bekerja sama (tertawa).

ASIANCE: Mengagumkan!

Tania: Oh, Anda biak sekali.

ASIANCE: Well, terima kasih banyak telah menjadi aktris film Amerika asal Asia yang menginspirasi!

Tania: Oh, tentu dan you know, ketika saya pertama kali memulai banyak orang mengatakan pada saya, ‘well, sulit jika Anda orang Asia, dan Anda hanya akan mendapatkan peran-peran sterotype,’ tapi saya tidak pernah mempercayai itu. Ketika pertama kali saya mulai, saya agak khawatir karena saya pikir, mereka sedang mencari peran sebagai wanita Asia cantik yang eksotik dan rambut saya harus panjang sehingga tampak lebih eksotik. Tapi saya tidak pernah mendapatkan peran yang demikian. Saya kira itu bukanlah tipe saya dan saya tidak terlihat eksotik dan cantik seperti Zhang Zi Yi atau seperti Lucy Liu. Saya tidak seperti itu dan saya mengakuinya. Jadi saya mengubah perilaku saya dan penampilan saya, tahu apa yang terjadi? Mulai saat ini saya akan menjadi diri saya sendiri dan menjadi saya yang sebenarnya, yang funky. Sejak saat itu, sekarang jika mengikuti audisi, saya menjadi diri saya sendiri. Saya menyisir rambut saya ke atas dan bergaya funky. Saya tidak benar-benar mendapatkan peran menjadi wanita cantik, misalnya dalam sebuah pilot untuk Fox saya memainkan peran culun, seorang cewek konyol yang memakai kawat gigi. Saya mendapat banyak pertanyaan dalam akun MySpace saya dari para fan Asia, dan saya katakan pada mereka, “Jadilah dirimu sendiri.” Tidak ada gunanya meniru-niru orang lain karena Anda tidak akan berhasil memberi kesan pertama yang baik.  

ASIANCE: Terima kasih banyak, menyenangkan berbincang-bincang denga Anda! Saya benar-benar menghargai waktu yang Anda berikan!

Tania: Aw, terima kasih banyak, Shannon! Saya juga sangat menghargai wawancara ini dan saya tidak sabar ingin membacanya!

Photos Stewart Marcano Photography 

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger