Orang yang biasa melewatkan sarapan
pagi mempunyai resiko terkena serangan jantung atau penyakit koroner yang fatal
27 persen lebih tinggi, dibandingkn dengan mereka yang makan pagi setiap hari,
menurut sebuah penelitian terbaru oleh para ahli kesehatan pria yang
diterbitkan dalam Circulation. Para
peneliti meneliti 26.902 orang yang pada mulanya sehat, yang berusia 45 hingga
82 tahun selama lebih dari 16 tahun.
Melewatkan sarapan pagi bisa menimbulkan
salah satu faktor resiko atau lebih, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi dan diabetes, yang pada akhirnya bisa menyebabkan serangan
jantung seiring perjalanan waktu,” kata Leah E. Cahill, Ph.D., kepala pengarang
dan Postdoctoral Research Fellow di Department of Nutrition di Harvard School of Public Health, dalam
sebuah pernyataannya (baca).
Wanita yang
Suka Melewatkan Sarapan Pagi Juga Beresiko
Sebuah penelitian terbaru yang berskala
sangat besar yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa wanita yang melewatkan
sarapan meski hanya sekali seminggu 20 persen lebih besar kemungkinannya akan
terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang makan pagi setiap hari.
Studi tersebut meneliti data dari
lebih dari 45.000 wanita yang pada mulanya bebas penyakit kanker, penyakit
jantung, dan diabetes tipe 2, dan mengkaji pola makan mereka selama lebih dari
enam tahun, mereka yang memilih melewatkan sarapan pagi dan sering makan (empat
kali atau lebih sehari) mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena diabetes,
sementara indeks massa tubuh (BMI) yang rendah tampaknya bisa mengurangi
sebagian dari bahaya yang berhubungan dengan konsumsi sarapan yang tidak
teratur. Artinya: melewatkan sarapan bukanlah ide yang baik bagi siapa saja,
namun tampaknya lebih berbahaya bagi mereka yang mengalami kelebihan berat
badan.
Berhubungan dengan
Diabetes dan Resistensi Insulin
Sebuah penelitian berskala besar
terbaru lainnya, yang juga menggunakan data dari lebih dari 29.000 partisipan
di dalam penelitian para ahli kesehatan pria tersebut, menunjukkan adanya efek
serupa pada laki-laki. Para peneliti mencatat bahwa pria yang melewatkan
sarapan mempunyai resiko terkena diabetes sebesar 21 persen lebih tinggi. Para
peneliti lain telah mendapatkan kesimpulan serupa, yang menimbulkan hipothesis
bahwa sarapan boleh jadi memainkan peran di dalam menstabilkan level gula darah
di sepanjang hari.
Faktanya, sebuah penelitian terbaru
yang berskala lebih kecil menunjukkan bahwa makan sarapan bisa mengurangi
resiko diabetes secara keseluruhan bagi wanita yang mengalami kelebihan berat
badan. Level insulin menjadi lebih tinggi setelah melewatkan sarapan, dan para
peneliti percaya bahwa melewatkan sarapan bisa mengarah pada resistensi
insulin, yang merupakan penyebab dasar dari diabetes tipe 2.
Melewatkan Sarapan
Juga Berhubungan dengan Sindrom Mood,
Memori dan Metabolisme
Resiko terkena diabetes bukanlah
satu-satunya yang bisa berubah yang tergantung pada apakah seseorang makan sarapan atau tidak. Melewatkan
makan yang paling penting di sepanjang hari tersebut bisa mempunyai dampak
negatif bagi mood, memori, dan level
energi Anda, paling tidak hingga Anda makan sesuatu pada waktu makan siang. Dan
kebiasaan buruk melewatkan sarapan tersebut juga berhubungan dengan meningkatnya
berat badan, khususnya di sekitar tubuh bagian tengah, dan juga tekanan darah
tinggi dan sindrom metabolisme.
Sindrom metabolik adalah sebuah cluster dari abnormalitas metabolik yang
berbahaya yang bisa meningkatkan resiko terkena serangan jantung hingga dua
kali lipat dan resiko terkena diabetes sebanyak lima kali lipat, sebagai mana
yang telah saya jelaskan dalam tulisan terdahulu. Jika Anda mengalami tiga atau
lebih dari kondisi di bawah ini, maka Anda boleh jadi mengalami sindrom
metabolik.
- garis pinggang yang lebar (35 inci atau lebih bagi wanita, 40 inci atau lebih bagi pria) atau berbentuk “apel”.
- level trigliserida yang tinggi (150 mg/dL atau lebih tinggi)
- tekanan darah tinggi (130/85 mmHg atau lebih tinggi, atau Anda sedang menjalani proses pengobatan tekanan darah tinggi)
- level gula darah yang tinggi dalam keadaan puasa (100 mg/dL atau lebih tinggi, atau Anda sedang menjalani pengobatan untuk level gula darah yang tinggi)
- level “kolesterol baik” atau HDL yang rendah (lebih rendah dari 40 mg bagi pria dan 50 mg/dL bagi wanita).
Cara Terbaik
Mengurangi resiko Diabetes
Diabetes adalah sebuah epidemi yang
menyerang 25,8 juta orang Amerika, 7 juta di antaranya terdiagnosis. Di samping
itu, lebih dari 79 juta orang mengalami prediabetes. Komplikasi bisa mencakup penyakit
jantung dan stroke—faktanya, resiko stroke dan penyakit jantung sekurangnya meningkat
dua kali lipat pada mereka yang mengalami diabetes, dan bisa jadi empat kali lipat.
Komplikasi lain yang memungkinkan termasuk penyakit ginjal, gangguan penglihatan
parah, dan kerusakan sistem saraf (kadang-kadang menyebabkan amputasi).
Bagaimana caranya mengurangi resiko
terkena diabetes, selain memastikan bahwa Anda makan sarapan setiap pagi? American Diabetes Association
(ADA) merekomendasikan beberapa tips:
- Jika Anda mengalami kelebihan berat badan, maka menurunkan sekurangnya 7 persen berat tubuh Anda (15 pond jika berat tubuh Anda 200 pond) bisa menurunkan resiko sebanyak 58 persen, meski Anda sudah terkena pradiabetes.
- Makanlah makanan sehat dengan buah-buahan segar dan sayur-sayuran, daging tanpa lemak dan biji-bijian utuh (whole grains).
- Jaga kolesterol jangan sampai terlalu tinggi dengan cara mengontrol berat badan, dan makan lemak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun atau minyak alpukat.
- Kurangi mengkonsumsi soft drink yang manis-manis, permen, kue dan keripik kentang.
- Latihan aerobik maupun latihan resistensi (seperti berlatih menggunakan beban) bisa memperbaiki aktifitas insulin, jadi pastikan Anda melakukan cukup latihan—30 menit sehari selama hampir setiap hari dalam seminggu akan bisa membantu meningkatkan sensitifitas insulin.
- ADA merekomendasikan Anda melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali jika Anda telah berusia di atas 45 tahun, lebih awal jika Anda mengalami faktor-faktor resiko seperti obesitas, atau berasal dari keluarga yang mempunyai riwayat diabetes. ADA menganggap uji toleransi glukosa secara oral selama 2 jam merupakan “standar emas” untuk mendeteksi diabetes secara akurat. Pemeriksaan (skrining) adalah penting karena diabetes sering kali tidak mempunyai tanda-tanda peringatan pada tahap awal perkembangannya, tahap ketika penyakit tersebut masih bisa disembuhkan. (By Lisa Collier Cool, Jul 23, 2013)
http://health.yahoo.net/experts/dayinhealth/surprising-dangers-skipping-breakfast
0 comments:
Post a Comment