The Black Death,
salah satu wabah penyakit paling menakutkan sepanjang sejarah, tiba di Eropa
melalui pelabuhan Messina di Sisilia pada bulan Oktober 1347. Dua belas kapal
dagang dari Genoese tiba pada bulan tersebut dengan membawa awak yang sudah
tewas atau tubuhnya dipenuhi bengkak (black
boils). Penguasa Sisilia memerintahkan kapal-kapal tersebut keluar dari pelabuhan
dan bahkan mereka menembakkan panah-panah api ke kapal-kapal tersebut.
Sayangnya, sang Black Death telah berhasil
menjejakkan kakinya dan membunuh hampir sepertiga dari orang Eropa, lebih dari
20 juta orang, sebelum akhirnya bertahan di sana selama lima tahun berikutnya.
Mengerikan seperti namanya, si Black Death menimbulkan banyak kerusakan.
Sebagian kecil masyarakat jatuh sakit dan berhasil sembuh, dan lebih sedikit
lagi yang terekspos tapi tidak jatuh sakit. Di sinilah genetik boleh jadi
memainkan perannya.
Di area-area yang paling parah
terkena, mereka yang selamat kemudian kawin dengan sesama yang selamat. Jumlah mereka
yang bertahan hidup dari penyakit tersebut jauh melampaui jumlah mereka yang
sama sekali tidak terekspos penyakit tersebut. Anak-anak di wilayah ini membawa
gen dari mereka yang selamat. Di wilayah-wilayah yang tidak rusak terkena wabah
ini, pewarisan gen ini sangat kecil kemungkinan terjadi.
Diguga, sejumlah penduduk dunia
sekarang ini mempunyai gen yang telah diturunkan dari generasi ke generasi dari
pasangan-pasangan yang imun terhadap Black
Death selama abad ke-empatbelas. Para ilmuwan percaya kenyataan ini, dan
mereka juga percaya mereka telah berhasil menemukan gen yang dimaksud.
Para ilmuwan baru-baru ini mememukan
bahwa sebagian individu tidak terinfeksi HIV meski mereka sudah berkali-kali
terekspos. Melalui uji genomik pada para individu tersebut, telah ditemukan
adanya sebuah mutasi dalam gen reseptor CCR-5 yang boleh jadi telah menghalangi
masuknya virus HIV ke dalam sel-sel darah putih. Tampaknya orang yang mempunyai
dua kopi gen CCR-5 mutasi—satu dari ayah dan satu dari ibu—tidak terinfeksi HIV
ketika mereka terekspos. Orang yang hanya mempyai satu kopi gen mutasi, baik
dari ayah ataupun dari ibu, bisa terinfeksi tapi perkembangan penyakitnya lebih
lambat daripada orang yang tanpa gen mutasi.
Resistensi atau imunitas ini
terdistribusi secara global dengan pola yang agak unik. Keadaan ini jauh lebih
banyak terdapat pada orang yang berasal dari Eropa Utara dibandingkan dengan
orang Eropa Selatan dan hampir tak terdengar di Afrika, Asia, dan Penduduk Asli
Amerika
Menariknya, tampak ada korelasi
antara wilayah-wilayah yang hancur akibat Black
Plague dan wilayah-wilayah yang penduduknya menunjukkan kejadian mutasi reseptor
CCR-5 paling besar. Para ilmuwan percaya
bahwa seleksi gen mutasi tersebut berhubungan dengan penduduk yang selamat dari
wabah Black Death.
Para ilmuwan kini mencoba
memverifikasi teori ini dengan cara berusaha menginfeksi sel-sel yang
diidentifikasi sebagai HIV-resisten dengan bakteria yang menyebabkan wabah
penyakit (Black Death) tersebut. Jika sel-sel ini terbukti resisten terhadap
bakteria Black Death, maka
bukti-bukti akan dengan kuat mengisyatkan bahwa reseptor CCR-5 yang bermutasi
berperan penting dalam menyelamatkan orang-orang dari Black Death di Abad Pertengahan. (
Would you like to find out more
about yourself and your ancestry? Click here.
Are you interested in genetics and
health? Click here.
http://www.dnaspectrum.com/blog/do-people-survive-pandemic-viruses-due-to-their-genetics/
0 comments:
Post a Comment