Menulis Itu Perlu Teknik dan Montase

“Menulis itu perlu teknik dan montase,” kata Bodro, membanggakan tulisannya yang dikunjungi banyak orang, lebih dari seribu pengunjung, dan masuk kategori tulisan terpopuler untuk hari itu, sekaligus menyindir tulisan Benu hanya hanya dikunjungi oleh belasan orang saja.

Entah apa yang dimaksud Bodro dengan teknik dan montase. Bodro memang suka ngomong apa saja, yang enak di mulutnya, perkara arti, itu nomer dua—mungkin juga nomer tiga, atau empat, kalau nomer dua terlalu besar—yang penting terdengar keren.

Istilah ‘teknik dan montase’ itu sendiri dia dengar dari radio, beberapa dekade yang lewat.

Dulu ada sandiwara serial radio di RRI yang berjudul ‘Butir-Butir Pasir di Laut” yang sangat terkenal di seluruh penjuru Indonesia. Ketika itu RRI adalah satu-satunya media hiburan dan berita untuk orang-orang desa seperti Bodro. Sebelum sandiwara yang memukau jutaan orang desa itu dimulai, diumumkan dulu daftar crew sandiwara tersebut, dengan suara yang lantang; “…. Teknik dan montase: Eddy Laswiran; Sutradara: John Simamora”, pekik announcer-nya, begitu terus, hampir setiap hari, hingga Bodro benar-benar hapal bagian yang itu, sampai sekarang.

Dahulu, di kampung mereka cuma ada RRI, di samping sebuah gedung bioskop sederhana, di pusat kota, sebagai hiburan. Kemudian RRI menghilang, setelah masuknya TVRI, awal tahun 80-an, entah mengapa, mungkin karena frekuensinya diambilalih oleh TVRI. Semenjak itu masyarakat di kampung mereka tak pernah lagi mendengar RRI, berganti dengan TVRI. Demikian pula halnya dengan “Butir-Butir Pasir di Laut,” tergantikan oleh film seri seperti The New Avenger, Lucan, Charlie’s Angels, dll. Namun kenangan akan TVRI telah pula sirna, berganti dengan belasan chanel TV yang menawarkan tontonan serupa sinetron seperti sebuah parade.

Tidak ada yang berkesan di hati Bodro, juga Benu, seperti kesan mereka akan sandiwara RRI dan film seri TVRI dulu.

“Ya. Teknik dan montase itu artinya menipu dengan judul,” jawab Benu.

“Begitulah dinamika dunia online, Bung. Nggak perlu ada yang merasa tertipu dengan judul. Orang sudah maklum. Beginilah dunia online. Dunia maya. Jangankan di dunia maya, di dunia nyata pun; di media cetak, kadang-kadang orang merasa tertipu dengan judul tulisan. Kau sendiri baru kenal dunia maya, ya. Kalau begitu kuucapkan selamat bergabung.” balas Bodro sok tahu.

“Lagi pula, bukannya aku tidak jujur, tapi persepsi pembaca yang keliru.”

“Persepsi pembaca keliru karena kamu giring ke arah yang keliru; karena kamu menghendakinya begitu. Dan kamu senang karena berhasil mengelirukan mereka.”

“Menulis itu memerlukan kejujuran. Hanya dengan kejujuran tulisanmu bisa berharga.”

“Tidak perlu berharga. Yang penting kepuasan bathin. Toh, sejauh ini tulisanku juga tidak menipu. Sedikit banyak, masih ada harganya juga”

“Ketahuilah, ketidakjujuranmu akan melukai perasaan kejujuran orang lain.”

Pertengkaran mengarah sengit. Keduanya memang sudah lama tidak bertengkar; sejak bertengkar yang terakhir dulu, mereka belum pernah bertengkar lagi.

“Saya curiga. Jangan-jangan kamu cuma iri dengan tulisanku yang banyak pengunjungnya, sedangkan tulisanmu nggak laku.”

“Saya nggak serendah itu. Bagiku ada yang lebih berharga daripada sekedar banyaknya pengunjung.”
“OK. Aku tunggu tulisanmu selanjutnya.”

Akhirnya pertengkaran sengit itu berkahir dengan salah satunya harus mengalah.
***
Esoknya terbit tulisan Benu yang terbaru, judulnya, “Menulis Itu Perlu Teknik dan Montase.”

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger