gynomite.files.wordpress.com |
DI JAMAN dahulu kala, dengan berakar pada pola pasar abad pertengahan yang memfungsikan kedai-kedai dan warung-warung sebagai toko, belanja adalah salah satu cara untuk melakukan hubungan sosial, seperti yang telah dibahas oleh Liebmann dan lain-lainnya. Akan tetapi dalam dekade terakhir ini, retailing telah menjadi suatu: pemerolehan barang secara tak terkendali, yang dilambangkan dengan adanya toko-toko big-box yang mempunyai mantra “tumpuk barangnya dan tunggu saja” dan transaksi-transaksi online yang tidak memerlukan interaksi sama sekali—bahkan Anda tidak perlu meninggalkan rumah.
Akan tetapi, adanya resesi, boleh jadi telah memaksa para retailer untuk kembali akrab dengan akar historik berbelanja.
“Saya pikir ada kesempatan nyata bagi dunia retail untuk mengulang pengalaman seperti itu lagi,” kata Ms. Liebmann. “Pengusaha retail akan bekerja keras untuk menciptakan feeling emosional seperti itu lagi. Dan hal itu bukan hanya sekedar mengatakan “Inilah satu lagi yang harus Anda beli.’ Tetapi harus benar-benar menawarkan sense of experience yang nyata untuk itu.”
Marie Driscoll, kepala kelompok retailing pada Standard & Poor’s, mengatakan jaringan retail harus beradaptasi dengan kesukaan baru para pelanggan dengan cara menawarkan layanan yang lebih baik, event-event tertentu dan akses menemui para pembuatnya. Para analis di Boston Consulting Group menasehati bahwa perusahaan yang menawarkan lebih banyak kesenangan yang terjangkau, seperti video games yang memberikan hiburan rumah dengan harga yang jauh lebih murah daripada biaya keanggotaan sebuah gym.
Mr. Cohen dari kelompok NPD mengatakan bahwa beberapa perusahaan sedang melakukan hal ini. Best Buy sedang mempromosikan Geek Squad-nya, dengan menjanjikan pada para pelanggan bahwa sebelum mereka membeli peralatan elektronik yang rumit tersebut. Para karyawan mereka akan membantu melakukan proses instalasinya dan pekerjaan lainnya.
“Sekarang ini dengan iklim ekonomi yang seperti ini, para pelanggan pasti mencari pengalaman yang berkualitas,” kata Nick DeVita, seorang penasehat home entertaintment dari Geek Squad. “Jika mereka akan mengeluarkan uang, mereka akan memastikan pengeluaran itu adalah untuk membeli benda-benda yang tepat, layanan yang tepat.”
Dengan kompetisi dolar konsumen yang lebih ketat daripada dahulu selama beberapa dekade terakhir, para pengusaha retail harus membuat pengalaman belanja menjadi lebih menarik. Mr. Cohen mengatakan para pengusaha pembuat mobil saat ini menawarkan test-drive selama 30 hari, sedangkan beberapa toko pakaian sedang mempromosikan paket belanja gratis perorangan. Mall-mall menyediakan layanan menjaga anak ketika orang tuanya berbelanja. Bahkan di Web, para pengusaha retail berhubungan dengan para pelanggan melalui Facabook, Twitter dan Foursquare, dengan harapan akan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan dengan menawarkan diskon dan undangan-undangan untuk menghadiri special events.
Selama empat tahun terakhir, Roko Belic, seorang pembuat film di Los Angeles , telah berkeliling dunia untuk membuat sebuah film dokumenter (a documentary called "Happy."). Sejak awal bekerja membuat film itu, dia telah pindah ke sebuah pantai di Malibu dari rumahnya di wilayah pinggiran San Fransisco.
San Fransisco itu indah, tetapi dia tidak berselancar di sana .
“Saya pindah ke sebuah taman trailer,” kata Mr. Belic, “yang mana merupakan komunitas real pertama yang pernah saya tinggal di dalamnya seumur hidup saya.” Sekarang dia berselancar tiga atau empat kali seminggu.”Hal itu benar-benar telah membuat saya bahagia,” katanya. “Sesuatu yang kita terlatih memikirkannya membujat kita bahagia, seperti membeli sebuah mobil baru setiap dua tahun sekali, dan membeli fashion terbaru tidak membuat kita bahagia,” katanya.
Mr. Belic mengatakan film dokumenternya menunjukkan bahwa “satu garis yang serupa yang umum terdapat pada setiap orang yang berbahagia adalah hubungan yang kuat (strong relationships).
Membeli barang-barang mewah, pada gilirannya, cenderung menjadi sebuah siklus pamer kekayaan yang tanpa akhir, di mana ketika para tetangga mempunyai mobil baru yang mewah—bingo! Anda berkata,—sekarang saya juga punya, kata para ahli. Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Juni lalu dalam Psychological Science oleh Ms. Dunn dan kawan-kawan menemukan bahwa kekayaan mempengaruhi kemampuan orang dalam menjaga emosi positif dan pengalaman, karena dengan statusnya yang kaya akan mengurangi kemampuan mereka menikmati kesenangan dari hal-hal kecil sehari-hari, seperti makan sepotong coklat.
Secara alternatif, membelanjakan uang dalam untuk sebuah event, seperti camping atau mencicipi anggur dengan teman teman, kecil kemungkinan akan membuat orang membandingkan pengalaman-pengalaman mereka dengan pengalaman-pengalaman orang lain—dan oleh karena itu, mereka lebih bahagia.
Tentu saja, sebagian pencinta fashion mohon dibedakan. Bagi banyak orang, pakaian tidak akan pernah menjadi lebih dari sekedar kebutuhan. Tetapi bagi segmen masyarakat tertentu, pakaian adalah sebuah bentuk seni, sebuah alat ekspresi diri, sebuah cara bagi keluarga untuk menurunkan memori dari generasi ke generasi. Bagi mereka, penelitian yang menyimpulkan bahwa orang-orang tidak mendapatkan kebahagiaan dari harta benda, tidak berlaku.
“No way,” kata Hayley Corwick, yang menulis blog tentang fashion populer, Madison Avenue Spy. “Saya bisa mengeluarkan pakaian dari lemari saya yang saya beli ketika saya berumur 17 tahun yang masih saya sukai.”
Dia menolak ide bahwa kebahagiaan harus dapat dipilah-pilah. Suatu saat, Anda ingin melakukan sebuah perjalanan, katanya; di saat yang lain, Anda menginginkan sebuah tas handbag merk Tom Ford.
Ms. Strobel—pahlawan kita yang pindah ke sebuah apartemen seukuran 400 foot persegi—adalah merupakan seorang advokat hidup sederhana, dia menulis dalam waktu luangnya mengenai pilihan hidupnya itu di Rowdykittens.com.
“Gaya hidup saya tidak akan mungkin tercapai jika saya masih tinggal di sebuah apartemen dengan kamar tidur yang luas, yang dipenuhi oleh barang dan perabotan, dua mobil, dan utang 30 ribu dolar,” katanya.
“Buang sebagian barang Anda,” katanya. “Dan rasakan bedanya.” (dari yahoo.com)
0 comments:
Post a Comment