5 Mitos tentang Facebook



By David Kirkpatrick


Sunday, September 26, 2010

Film sering mempunyai websites, tapi jarang website yang ada film-nya. Facebook, tentu saja, bukan sembarang website; dalam tempo 61/2 tahun setelah sang pendirinya Mark Zuckerberg memulai layanan jejaring sosial ini di kamar asramanya di Harvard, Facebook telah memiliki 500 juta pengguna aktif di  seluruh dunia. Mungkin Facebook adalah perusahaan yang berkembang paling cepat sepanjang sejarah. Dan sekarang, ya, Facebook telah menjadi inspirasi sebuah film, “The Social Network,” yang akan mulai diputar tanggal I Oktober nanti. Jauh sebelum Hollywood ikut terlibat, sebenarnya, Facebook telah menjadi bahan pembicaraan—yang, sayang, tidak semuanya benar.



1.      Facebook digunakan kebanyakan oleh mahasiswa

Ketika Zuckerberg memulai Facebook pada musim semi tahun 2004, tujuannya hanya untuk teman-teman kuiahnya—namun babak itu hanya berlangsung selama  beberapa bulan. Situs tersebut belakangan dibuka untuk mahasiswa yang memiliki alamat e-mail dari perguruan tinggi yang lain, untuk siswa sekolah menengah pada tahun 2005, dan untuk semua orang dewasa pada tahun 2006. Meski basis Facebook masih pada anak-anak muda, sekitar dua pertiga dari 134 juta penggunanya di Amerika berusia 26 tahun ke atas. Di luar AS, pertumbuhan pengguna Facebook tertinggi terjadi pada wanita berusia setengah baya.


Di negara-negara berbeda, Facebook telah menjadi demikian sentral dalam kehidupan sosial penduduknya, sehingga jika Anda tidak menggunakannya—berapa pun usia Anda—mungkin Anda tidak begitu dekat dengan teman-teman Anda. Dalam penelitian yang saya lakukan sendiri, sebagai contoh, saya telah menemukan bahwa pengiriman pesan lewat Facebook telah menggantikan e-mail di kalangan elit terpelajar di Italia dan di kalangan pebinis di Colombia. Dan di Indonesia, negara terbesar ke-tiga pengguna Facebook, para pengguna Internet hampir dipastikan juga menggunakan Facebook: dari 30 juta orang pengguna Internet di negara itu, 27,8 juta di antaranya menggunakan Facebook.



2.      Facebook terus melakukan perubahan untuk meningkatkan penjualan iklan

Zuckerberg secara terus menerus melakukan perbubahan pada fitur-fitur dan interface Facebook, dan sebagian dari perubahan ini berakibat pada berkurangnya kuasa para pengguna dalam mengontrol data pribadi mereka yang ditampilkan di seluruh dunia. Salah satu contohnya adalah di akhir tahun lalu, daftar teman masing-masing pengguna ditunjukkan pada siapa saja yang membuka Facebook (made public); protes keras dan keberatan dari para pengamat soal privasi, dan sejumlah kecil pengguna Facebook yang vocal, akhirnya memaksa Facebook mengubah lagi kebijakannya di musim semi ini.


Para pengkritik perusahaan tersebut menduga perubahan ini mengandung motif profit—mereka berpendapat bahwa menampilkan data para pengguna akan membuat para pengiklan lebih mudah mencari sasaran. Meski hal itu mungkin saja terjadi, namun wawancara saya dengan Zuckerberg sebanyak beberapa kali menunjukkan ada agenda yang berbeda. Salah satunya adalah, dia tidak memandang pemasukan dari iklan sebagai sebuah tujuan akhir; dia memandang hal itu sebagai salah satu cara untuk membiayai pengembangan layanannya. (Jika motivasi utamanya adalah keberhasilan finansial jangka pendek, Zuckerberg mungkin sudah menerima tawaran Microsoft tahun 2007, di mana dia, pada usia 23 ketika itu, akan menerima lebih dari $4 miliar sebagai nilai sahamnya di perusahaan itu. Tapi dia bahkan tidak mempertimbangkannya.)


Zuckerberg memandang dirinya sendiri lebih sebagai seorang revolusioner sosial yang menggunakan perusahaannya sebagai sebagai sebuah tuil untuk mengubah dunia daripada seorang pengusaha. “Membuat dunia lebih terbuka dan terhubung” adalah motto perusahaannya. Dia percaya bahwa Facebook menawarkan pada orang-orang di seluruh dunia sebuah panggung siaran, dan dia berharap mereka menggunakannya sebagai sarana untuk menjadi penduduk dunia yang lebih efektif. Sebagai hasilnya, keputusan-keputusan yang dibuat di Facebook dikalibrasikan bukan untuk tujuan keuntungan jangka pendek semata, tetapi lebih untuk tujuan memperluas layanan dan menjangkau lebih banyak pengguna. Para karyawan Facebook secara tidak malu-malu menggunakan kata “ubiquity” untuk menggambarkan tujuan perusahaan itu pada saya.


Fiksasi Zuckerberg terhadap perkembangan yang konstan juga dimotivasi oleh sebuah dosis paranoia yang sehat: Selama berlangsungnya percakapan saya dengan dia, tampak jelas bahwa dia yakin jika Facebook berhenti melakukan perubahan, maka sebuah kompetitor yang lebih kecil, lebih gesit—seperti Facebook dahulu—akan muncul menelan mereka.



3.      Para pengguna Facebook marah-marah soal privasi.

Sebagian mengatakan ya, namun perbuatan berbicara lebih dari sekedar kata-kata, dan Facebook tetap tumbuh dan berkembang seiring dengan bermunculannya satu per satu konrtoversi tersebut. Kontroversi yang terbesar adalah yang terjadi pada tahun 2006, ketika Facebook memperkenalkan fitur News Feed-nya, yang menampilkan informasi terakhir mengenai masing-masing pengguna kepada semua teman-temannya. Meskipun 10 persen dari pengguna yang sejak semula bergabung dalam Facebook groups memprotes perubahan ini, News Feed kemudian menjadi fitur paling populer di situs tersebut. Sekarang, News Feed adalah kurang lebih merupakan ciri khas dari Facebook.


Indikasi lain bahwa kebanyakan pengguna tidak begitu peduli soal privasi adalah, banyak sekali di antara mereka menerima permintaan pertemanan dari orang-orang yang tidak mereka kenal dekat—atau sama sekali tidak kenal. Hal ini sebagian karena adanya budaya kompetisi, yang didorong oleh keinginan mengumpulkan sebanyak mungkin teman, telah melanda banyak pengguna Facebook. Sedangkan pengguna yang lain tidak yakin apakah mereka mau menerima perimintaan pertemanan tersebut atau menolaknya dengan sopan. Lalu, menjadi “teman” seseorang di Facebook berarti secara khusus memberi orang tersebut akses terhadap informasi pribadi kita. Dalam sebuah eksperimen, firma sekuriti Sophos mengundang para pengguna Facebook untuk berteman dengan seseorang yang bernama Freddi Staur, yang profilnya tidak berisikan infromasi apa-apa melainkan hanya sebuah foto sebuah katak hijau kecil. Permintaan pertemanan itu ternyata diterima oleh 41 persen pengguna.



4.      Zuckerberg mencuri ide Facebook dari mahasiswa Harvard lainnya.

Apakah hal ini benar atau tidak adalah sebuah pertanyaan dramatis yang merupakan inti film “The Sosial Netwrok,” yang berdasarkan buku Ben Mezrick “The Accidental Billionaire.” Zuckerberg pernah bekerja sebentar dengan kelompok mahasiswa Harvard yang lebih senior yang sedang membangun sebuah jaringan sosial online yang mereka namai Harvard Connection (kemudian diberi nama ConnectU), tetapi kemudian dia meluncurkan situsnya sendiri, yang semula dia beri nama TheFacebook, sebelum para seniornya tersebut berhasil menyelesaikan proyek mereka. Para mahasiswa senior tersebut merasa dikhianati dan menuntut si Zuckerberg, dengan dakwaan bahwa dia telah mencuri ide mereka. Tapi Zuckerberg menyelesaikan masalah itu di luar pengadilan, untuk itu dia dilaporkan membayar saham para seniornya tersebut seharga puluhan juta dolar.


Tapi sedikit konteks mungkin bisa membantu menjelaskan hal ini. Zuckerberg dan para mahasiswa seniornya ketika itu banyak dipengaruhi oleh layanan-layanan yang sudah ada dan beroperasi, seperti Friendster, yang diluncurkan pada bulan Maret 2003. Lagi pula, ketika itu jaringan sosial sedang bermunculan di perguruan tinggi-perguruan tinggi di seluruh negeri, termasuk di Yale, Columbia dan Baylor. Sebuah layanan sophisticated yang bernama Club Nexus sebelumnya telah diluncurkan di Stanford pada tahun 2001.


Jadi meski Zuckerberg boleh jadi telah meminjam ide-ide dari teman-teman Harvard-nya, namun kebanyakan dari ide-ide tersebut adalah juga ide-ide pinjaman—dari Friendster dan Club Nexus.



5.      Facebook mungkin akan segera bernasib sama dengan Friendster dan MySpace

Friendster diciptakan oleh seseorang yang mengatakan bahwa sebagian dari motivasinya adalah untuk membantu orang mencari teman kencan; MySpace (yang diluncurkan bulan Agustus 2003) pada mulanya juga digunakan untuk tujuan yang sama. Facebook, sebaliknya, dimaksudkan sebagai alat komunikasi yang kegunaannya jauh lebih luas. Friendster dan MySpace tidak pernah menjadi secanggih Facebook, dan pemimpin mereka juga tidak pernah mempunyai sedikit pun paranoia persaingan seperti yang dipunyai pemimpin Facebook.


Dan kedua layanan (service) tersebut tidaklah pernah menjadi sebesar Facebook. Facebook sejauh ini adalah layanan terbesar di internet khususnya dalam hal jumlah jam penggunaan, dan Facebook juga telah menjadi tempat penyimpanan foto terbesar di dunia; para penggunanya mungkin tidak akan melupakan foto-foto tersebut, karena banyak di antara mereka yang tidak menyimpan kopiannya di tempat lain.


Semua ini berarti bahwa Facebook telah tumbuh menjadi lebih dari sekedar sebuah layanan untuk mengisi keisengan semata. Facebook bisa saja digantikan oleh yang lain, tetapi tidak tanpa bertarung terlebih dahulu.


David Kirkpatrick is the author of "The Facebook Effect: The Inside Story of the Company That Is Connecting the World." He will be online to discuss this piece on Wednesday, Sept. 29, at 11 a.m. ET. Submit your questions and comments before or during the discussion. (source: Washington Post)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger