Posted by By Limoge at 7 October, at 11 : 54 AM
ORANG berkata bahwa di belakang pria yang hebat adalah wanita yang hebat. Berdasarkan prinsip ini, kita bisa berasumsi bahwa di belakang setiap pria jahat adalah wanita jahat. Lalu ada pula wanita-wanita yang memilih jalan kejahatan karena kemauan mereka sendiri. Apakah mereka berperan sebagai Bonnie terhadap pasangannya, Clyde, ataukah secara independent, sebagai pemain tunggal, ada beberapa wanita di sepanjang sejarah yang sanggup melakukan beberapa hal jahat. Di bawah ini adalah sepuluh wanita yang menginterpretasikan “girl power” dengan cara yang salah:
Si Mary yang Berlumuran Darah: Queen Mary I (1516-1558)
Meski hanya memerintah dalam waktu yang singkat, Queen Mary nyatanya meninggalkan jejak dalam sejarah. Mary, satu-satunya anak perempuan Henry VIII dan Chaterine dari Aragon yang masih hidup, adalah seorang penganut Katholik Roma yang taat dan alim, tetapi usaha-usahanya untuk mempertahankan paham Khatolik mirip-mirip cara Kristen.
Mary menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap penganut Protestan, dan kemudian membakar lebih dari 300 orang penganut Protestan tersebut dalam periode empat tahun, yang membuat dia kemudian dijuluki “Bloody Mary.” Mary meninggal dunia pada usia 42 di Istana St. James, pada tanggal 17 November, 1558.
Si Ratu Kejam: Queen Elizabeth I (1533-1603)
Lupakan gambaran tentang ratu Elizabeth yang dimainkan dengan excellent oleh Cate Blanchett. Ratu Elizabeth adalah sama kejamnya dengan para pemimpin yang kejam lainnya. Jika Queen Mary membawa England kembali ke Khatolik Roma, maka Elizabeth menindasnya dengan cara sekejam mungkin. Dia memerintahkan ribuan penganut Khatolik di Irlandia dan di England dibunuh.
Dia juga terlibat sepenuhnya dalam gerakan jual beli budak dengan cara mensponsori para pedagang budak untuk menangkap orang-orang Afrika. Dia juga memberi perlindungan pada Queen Mary dari Scotlandia tetapi kemudian mengingkarinya dan memenjarakannya selama 19 tahun sebelum akhirnya membunuhnya.
Sosialita dari Neraka: Delphine Lalaurie (1775-1842)
LaLaurie adalah seorang sosialita di New Orleans . Dia cukup dikenal di kalangan atas sampai tanggal 10 April, 1834, ketika dapur rumah gedongnya terbakar ketika dia sedang mengadakan pesta di rumah itu. Para pemadam kebakaran memasuki dapur rumah tersebut melalui courtyard dan menemukan dua orang budak diikatkan ke kompor dengan rantai.
Tampaknya para budak tersebut sengaja menyulut api untuk menarik perhatian para tamu. Mereka mengundang para pemadam kebakaran ke loteng di mana horror yang sebenarnya terjadi. Lebih dari selusin budak dimutilasi dan tubuhnya dirusak hingga tidak bisa dikenali ditemukan terikat dengan diborgol ke lantai atau ke dinding.
Kebanyakan dari para budak tersebut dijadikan bahan percobaan medis yang kejam. Beberapa dari budak yang mereka temukan termasuk seorang wanita yang kedua tungkainya dicopot dan dagingnya disayat-sayat sehingga terlihat seperti ulat bulu (caterpillar), seorang wanita lainnya tungkainya dipotong-potong dan ditata kembali menyerupai seekor kepiting, dan seorang pria yang tampaknya telah mengalami operasi ganti kelamin secara paksa.
Sebagian dari budak tersebut ada yang mulutnya dijahit tertutup sedangkan lainnya tungkainya dijahitkan ke bagian tubuh lainnya. Di antara para budak tersebut ada yang masih hidup ketika ditemukan. Sebelum LaLaurie diseret ke pengadilan, dia melarikan diri dan tidak pernah ditemukan.
Lady of Cachtice yang Berlumuran Darah: Elizabeth Bathory (1560-1614)
Meski dia dilahirkan sebagai puteri (countess) berkebangsaan Hungaria, Elizabeth Bathory juga dilabeli sebagai wanita pembunuh serial yang paling banyak sepanjang sejarah sehubungan dengan tuduhan atas siksaan dan pembunuhan yang dilakukannya terhadap lusinan gadis. Meski tuduhan bahwa dia mandi dengan darah para korbannya hanyalah sebuah cerita, namun tuduhan mutilasi dan impalement (membunuh dengan menusuk) yang dilakukannya adalah benar. Pada tahun 1610, Raja Mathias mengirim sejumlah pria ke istananya untuk melakukan penyelidikan setelah mendengar rumor tentang kekerasan yang diakukannya. Para pria tersebut menemukan seorang gadis tewas dan satu lagi sedang sekarat. Ada juga seorang wanita lainnya yang terluka parah dan beberapa wanita lainnya dikurung. Korban Bathory pada mulanya adalah gadis-gadis petani yang tertarik dengan tawarannya bekerja sebagai pelayan di istananya dengan gaji yang besar. Tak lama kemudian, dia mulai membunuh para anak gadis dari kalangan bawah, yang dikirim oleh orang tua mereka untuk mempelajari etiket.
Sebagain dari korbannya diculik. Bathory kemungkinan memukul para korbannya sampai mati; memutilasinya, atau membakar tangan, wajah dan alat kelamin mereka dan bagian tubuh lainnya; dan membiarkan mereka kelaparan hingga tewas. Jumlah total korbannya tidak diketahui tetapi diperkirakan mencapai ratusan.
Si Nyonya Racun: Mary Anne Cotton (1832-1873)
Berbicara mengenai “ibu” yang sebenarnya, seorang ibu Inggris, Mary Anne Cotton disebut-sebut telah membunuh hingga 20 orang dengan racun arsenik. Pada usia 20 tahun, Cotton menikah dengan William Mowbray, pindah ke Plymouth dan mempunyai lima orang anak. Empat dari anak-anak ini meninggal dunia karena sakit perut atau tipes. Pasangan ini kembali pindah ke Timurlaut di mana dia kembali mempunyai anak sebanyak tiga orang. Semuanya meninggal dunia. Mowbray juga meninggal dunia karena radang usus, pada bulan Januari 1865. Cotton kemudian menikah dengan suaminya yang kedua, George Ward, yang kemudian juga meninggal dunia karena radang usus. Kemudian dua dari anaknya yang tersisa juga meninggal dunia. Setelah seorang lagi anaknya menyusul ke akherat, surat khabar lokal tertarik dengan kasus itu dan menemukan sesuatu yang mengerikan. Ketika dia hidup berpindah-pindah di sekitar Inggris Utara, Cotton kehilangan tiga orang suami, ibunya, seorang kekasih, seorang teman dan selusin anak, yang semuanya meninggal dunia karena penyakit perut atau gangguan usus. Cotton membunuh mereka semua. Pada tanggal 24 Maret 1873, Cotton digantung di Penjara Durham County .
Si Janda Hitam: Belle Gunness (1859-1931)
Belle Gunness adalah salah seorang dari wanita pembunuh berantai yang paling produktif dan tak bermoral. Berdiri setinggi 6 kaki (1,83 meter) dengan berat tubuh lebih dari 200 pond (91 kg), dia adalah seorang wanita tinggi besar yang kuat dari keturunan Norwegia. Diperkirakan dia membunuh dua orang suaminya dan semua anak-anaknya pada waktu yang berbeda, tapi dia dipastikan membunuh kebanyakan dari para pria yang melamarnya, para pacarnya, dan dua orang putrinya, Myrtle dan Lucy.
Motifnya sederhana saja; untuk mendapatkan polis asuransi jiwa dan harta dari para pria yang mendekatinya tersebut. Kebanyakan laporan menyebut korban pembunuhannya adalah lebih dari duapuluh orang, sedangkan sebagian lain menyebut melebihi seratus orang.
Meski dipercaya bahwa dia kemudian tewas dibunuh oleh seorang kekasihnya yang cemburu, tapi mayatnya tidak pernah ditemukan.
Anjing Betina dari Belsen : Irma Grese (1923-1945)
Salah satu wanita paling terkenal pada jaman Nazi, Irma Grese dijuluki sebagai “anjing betina dari Belsen ” (sebuah julukan yang tepat). Pada tanggal 17 April, 1945, setelah dia tertangkap oleh Inggris, tuduhan yang dikenakan padanya mulai dari perlakuan kasar biasa sampai pembunuhan keji terhadap para penghuni penjara wanita di beberapa kamp. Penghuni penjara yang selamat mengatakan wanita itu melepas anjing untuk menggigit para tahanan, memukul mereka dengan cambuk secara sadis dan menembak mereka secara acak.
Mereka juga memberikan keterangan rinci mengenai siksaan dan pelecehan seksual berlebihan yang dia lakukan dan memberikan kesaksian tentang aksinya memilih para tahanan yang akan dikirim ke kamar gas. Grese dilaporkan biasa memakai sepatu boot tinggi dan membawa cambuk dan pistol.
|
Menurut para saksi mata, dia menggunakan metode fisik dan emosi dalam menyiksa para tahanan kamp dan menikmati menembak para tahanan tersebut dengan darah dingin. Pada tanggal 13 Desember, 1945, Grese tewas di tiang gantungan. Usianya baru duapuluh dua tahun ketika itu.
Si Wanita Naga: Jiang Qing (1914-1991)
Sebagian wanita dilahirkan dengan nafsu untuk menyiksa dan membunuh. Sebagian yang lainnya kawin dengan pria yang punya nafsu serupa itu DAN kekuasaan. Istri terakhir dari tokoh utama penguasa Partai Komunis China , Mao Zhe Dong, Qing, dipercaya sebagai kekuatan pencetus di balik Revolusi Budaya di China.
Selama masa sepuluh tahun dia berkuasa, banyak kegiatan ekonomi dihentikan dan sejumlah besar barang-barang antik, artefak, gedung-gedung, buku-buku dan lukisan-lukisan dihancurkan. Revolusi tersebut juga menghentikan sistem pendidikan di negara itu. Banyak kaum intelektual dan profesional dipenjarakan, dan banyak rakyat yang hak azazinya direnggut dan dilanggar.
Banyak sumber-sumber di Barat dan Timur memperkirakan korban tewas mencapai 500.000 orang dari tahun 1966-1969 saja. Akan tetapi, sebagian orang percaya bahwa angka korban tewas mencapai tiga juta orang plus 36 orang lainnya diadili. Pada tahun 1976 Qing ditangkap dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Namun pada tahun 1983, hukumannya diubah menjadi seumur hidup. Dia dikeluarkan dari penjara karena penyakit kanker tenggorokan yang dideritanya dan pada tanggal 14 Mei 1991, pada usia 77 tahun, Qing tewas gantung diri di kamar mandi di rumah sakit di mana dia dirawat.
Si Anjing Betina dari Buchenwald : Ilse Koch (1906-1967)
Ilse, istri dari Karl Koch, komandan kamp konsentrasi Buchenwald dari tahun 1937 sampai 1941, dan Majdanek dari tahun 1941 sampai tahun 1943, menjadi mabuk kekuasaan yang ditulari oleh suaminya.
Terkenal karena siksaannya terhadap para tahanan dan souvenir-nya—yang terbuat dari kepala manusia yang dikerdilkan dan kulit yang bertato yang diambil dari para tahanan yang dia bunuh yang kemudian dijadikan sebagai lampu hias, reputasinya sebagai orang yang suka berpesta pora mendapatkan penyalurannya pada waktu itu.
Setelah membangun sebuah gedung olahraga pada tahun 1940, dengan uang 250.000 mark yang dia curi dari para tahanan, Ilsa dipromosikan menjadi Oberaufseherin atau “opsir kepala” dari beberapa orang wanita penjaga yang ada di Buchenwald. Pada tanggal 1 september 1967, Koch bunuh diri dengan cara menggantung dirinya sendiri di penjara wanita Aichcah.
Si Perawat Maut: Jane Toppan (1854 – 1938)
Perawat Jane Toppan adalah seorang wanita berbadan tegap, yang jiwanya terganggu, yang mencari mangsa pada orang sakit dan tak berdaya. Puteri dari seorang ayah yang juga terganggu jiwanya, Jane dibesarkan di panti asuhan Boston yang reyot dan hampir rubuh karena orang tuanya tak mampu lagi merawatnya. Ketika tumbuh dewasa, Toppan masuk sekolah perawat di mana para profesornya memperhatikan kesenangannya akan foto-foto otopsi. Namun dia tetap lulus dan mulai menjadi perawat. Para pasien menilai dia sebagai orang yang menyenangkan dan menjulukinya “Jolly Jane”. Tetapi, pada akhirnya, Toppan menemukan kesenangan seksual yang intens dengan cara memberi para pasien obat-obatan yang memabukkan yang menyebabkan mereka sekarat.
Dia suka membuat para pasien sekarat dan hampir tewas, kemudian memulihkannya kembali, dan kemudian meracun mereka lagi. Seringkali, dia tidur bersama para pasien di ranjang mereka di rumah sakit, kebanyakan untuk melakukan pelecehan seksual ketika para pasien tersebut sedang meregang nyawa, namun masih sadar. Diklasifikasikan sebagai pembunuh dengan motif seksual, Toppan memulai percobaan kejam dan pembunuhannya pada tahun 1885, dan masih terus berlanjut sampai akhirnya dia ditangkap dan didakwa melakukan sebelas kali pembunuhan. Ketika berada di dalam tahanan, dia mengaku telah menyebabkan kematian sebanyak tigapuluh satu orang. Toppan menikmati kejahatannya, dia ingin dicatat dalam sejarah sebagai orang yang “membunuh lebih banyak orang—yang tak berdaya—daripada pria atau wanita manapun yang pernah hidup. “Jolly Jane” dinyatakan tidak bersalah karena alasan kejiwaan, dan dikirim ke Rumah Sakit Jiwa Taunton, setelah vonis pengadilan.
Source: It Thing (click to see link)
1 comments:
sangat mengerikan penyiksaan yang dilakukan pada rakyat tak berdaya
Post a Comment