Perusahaan Massachusetts Memproduksi Bahan Bakar dengan Sinar Matahari, Air, dan Co2

This Oct. 26, 2010 photograph provided by Joule Unlimited shows the company�s ethanol and diesel production testing facility in Leander, Texas, wher
AP – This Oct. 26, 2010 photograph provided by Joule Unlimited
shows the company’s ethanol and diesel production …


CAMBRIDGE, Mass—Sebuah perusahaan bioteknologi Massachusetts mengatakan mereka bisa memproduksi bahan bakar dari bahan yang sama dengan yang membuat rumput tumbuh.

Joule Unlimited telah menemukan sebuah organisme yang direkayasa secara genetik yang menurut mereka bisa mengeluarkan minyak solar atau ethanol di mana saja terdapat sinar matahari, air dan karbon dioksida.

Perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts tersebut mengatakan mereka bisa memanipulasi organisme tersebut untuk memproduksi bahan bakar yang dapat diperbarui dengan permintaan dalam jumlah yang belum pernah ada sebelumnya, dan mereka bisa melakukan itu dalam fasilitas besar dan kecil dengan biaya yang setara dengan harga bahan bakar fosil yang paling murah.

Apakah makna di balik semua itu? Tidak lebih daripada “independensi energi,” demikian penjelasan web site milik Joule, meskipun dunia tidak sepenuhnya yakin.

“Kami telah menemukan beberapa hal besar, yang semuanya kami percaya, yang semuanya telah kami validasi, yang semuanya telah kami tunjukkan pada para investor,” kata kepala Joule Bill Sims.

“Jika kami hanya separuh benar, hal ini akan me-revolusi industri terbesar di dunia, yaitu industri gas dan minyak,” katanya. “Dan jika kami sepenuhnya benar, maka tidak ada alasan lagi mengapa teknologi ini tidak bisa mengubah dunia,” katanya.

Proyek ini, sejauh ini, belum selesai, dan ada skeptisisme di sana sini apakah Joule bisa memenuhi seperti yang dijanjikannya. Ilmuwan di National Renewable Energy Laboratory Philip Pienkos mengatakan teknologi Joule tersebut menarik tetapi belum terbukti, dan klaim mereka atas efisiensi terkendala oleh kesulitan yang mungkin timbul dalam mengumpulkan bahan bakar yang dihasilkan oleh orgainisme yang mereka produksi tersebut.

Timothy Donohue, direktur Great Lakes Bioenergy Research Center di Universitas Wisconsin-Madison, mengatakan Joule harus mendemonstrasikan teknologi mereka dalam skala besar.

Mungkin teknolgi itu bisa berhasil, tetapi “empat hurup yang sering menjadi sandungan terbesar adalah apakah teknologi tersebut “will” (akan) berhasil,” kata Donahue. “Ada banyak ide-ide bagus yang gagal dalam tahap pengembangannya.”

Sims mengatakan bahwa dia menyadari “selalu ada yang skeptis terhadap teknologi-teknologi baru.”

“Dan orang seperti itu biarlah bepergian dengan mengendarai kuda dan menggunakan dekak-dekak untuk menghitung uang mereka,” katanya.

Joule didirikan pada tahun 2007. Pada tahun lalu perusahaan tersebut berhasil menggandakan tenaga kerjanya hingga menjadi 70 orang, menutup private funding putaran kedua dengan nilai $30 juta pada bulan April dan menggaet John Podesta, bekas kepala staf Gedung Putih di bawah presiden Bill Clinton, sebagai salah satu anggota dewan direkturnya.

Perusahaan tersebut beklerja dalam “mode diam-diam” selama beberapa tahun sebelum mereka mulai membuka lebih banyak tentang apa yang mereka kerjakan, termasuk hak patent atas temuan cyanobacterium mereka tahun lalu. Bulan ini, perusahaan tersebut telah merilis terbitan peer-reviewed (tinjauan para sejawat) yang menyatakan mendukung kebenaran klaim mereka.

Pekerjaan untuk menciptakan energi dari sinar matahari telah dilaksanakan selama beberapa dekade, seperti dengan membuat ethanol dari jagung atau membuat ekstrak bahan bakar dari ganggang (algae). Tapi Joule mengatakan mereka telah menyingkirkan para perantara bisnis yang bisa membuat biaya produksi semakin tinggi.

Perantara itu adalah “biomassa,” seperti berton-ton jagung atau ganggang (algae) yang harus ditanam, dipanen dan dihancurkan untuk mengambil ekstrak bahan bakar dari dalamnya yang sebenarnya masih harus diproses dan dimurnikan lagi sebelum siap digunakan. Joule mengatakan organisme yang mereka kembangkan mengeluarkan produk yang sudah komplit, yang sudah identik dengan minyak solar atau ethanol, yang hidup dan terus berproduksi hingga jumlah yang tak terbatas.

Joule mengklaim, sebagai contoh, bahwa cyanobacterium milik mereka bisa memproduksi 15.000 galon minyak solar per acre per tahunnya, lebih dari empat kali lipat daripada proses ganggang yang paling efisien dalam memprosukdi minyak. Dan  mereka mengatakan mereka bisa melakukan itu dengan harga $30 per barel.

Kunci keberhasilan Joule adalah cyanobacterium yang mereka pilih, yang terdapat di mana-mana dan lebih sederhana dibandingkan algae, sehingga lebih mudah dimanipulasi secara genetik, kata ahli biologi Dan Robertson, ilmuwan papan atas di Joule.

Organisme-organisme tersebut direkayasa untuk menyerap sinar matahari dan karbon dioksida, kemudian memproduksi dan mengeluarkan ethanol atau hidrokarbon—dasar dari berbagai bahan bakar, seperti minyak solar—sebagai sebuah produk sampingan dari  fotosintesis.

Perusahaan tersebut berencana membangun fasilitas di dekat mesin-mesin pembangkit dan mengkonsumsi limbah karbon dioksida yang mereka hasilkan, sehingga cyanobacterium tersebut bisa mengurangi emisi karbon ketika mereka berada di sana.

Model panel solar yang rata “biorefactors” yang berfungsi menyimpan cyanobacterium adalah berbentuk modul-modul, yang berarti mereka bisa membangun serangkaian fasilitas yang besar atau yang kecil sesuai ketersediaan lahan, kata perusahaan tersebut. Panel-panel yang tipis dan beralur didesain untuk menyerap cahaya secara maksimum, sehingga dengan demikian Joule bisa mengumpulkan minyak yang dikeluarkan bakteria tersebut dengan efisien.

Pengadaan minyak tersebut adalah masalah signifikan yang mungkin dihadapi Joule, kata Pienkos, ilmuwan dari NREL, yang juga merupakan peneliti utama pada proyek yang didanai oleh Departemen Energi, Alegnol, sebuah kompetitor Joule yang membuat ethanol dan merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan yang juga mem-bypass biomassa.

Pienkos mengatakan perhitungannya, berdasarkan informasi yang dimuat dalam pemberitaan Joule terbaru, menunjukkan bahwa meski mereka bisa mengatasi masalah biomassa, namun teknologi mereka hanya menghasilkan bahan bakar dalam jumlah yang relatif sedikit dari air yang jumlahnya relatif banyak, menimbulkan semacam “sheen.” Mereka boleh jadi terhindar dari masalah biomassa, namun perusahaan tersebut akan menghadapi “masalah engineering yang kompleks” untuk memproduksi bahan bakar tersebut dalam jumlah yang besar secara efisien.

“Saya kira mereka hanya mempertukarkan masalah satu dengan lainnya,” kata Pienkos.

Keberhasilan atau kegagalan Joule akan segera diketahui. Perusahaan tersebut berencana akan memulai peletakan batu pertamanya di atas lahan percobaan seluas 10 acre tahun ini, dan Sims mengatakan mereka bisa beroperasi secara komersial dalam tempo kurang dari dua tahun.  

Robertson berharap suatu ketika dia akan menunggang Ferrari yang sekarang belum dia punya, mengisinya dengan bahan bakar Joule dan memacu mesinnya yang menciptakan tenaga yang tanpa masalah dan mewujudkan realitas ide-ide Joule. Kemudian, setelah membawa seorang pengunjung berkeliling laboratorium mereka, Robertson memperlihatkan sebuah poster mobil balap di dinding dan poster tersebut mengingatkan dia akan keberhasilan yang dia yakin pasti datang. Dia menunjuk ke arah gambar tersebut.

“Saya tidak bercanda soal Ferrari itu,” katanya.

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger