Haruskah Meminjamkan Uang pada Anggota Keluarga?


Meminjam uang bukanlah masalah sederhana. Ketika Anda meminjam uang dari teman-teman Anda atau dari anggota keluarga Anda, itu bisa menjadi potensial untuk menghancurkan hubungan Anda dengan mereka.

Tarah, seorang ibu pekerja di Midwest yang berusia awal 30, pernah mengalami kesulitan  untuk menentukan apakah akan membantu orang tuanya atau tidak untuk membeli sebuah mobil baru sementara dia dan suaminya sedang berjuang keras melunasi utang-utang mereka sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak membantu. “Saya tidak ingin berpikir tentang hal itu sedangkan saya sendiri sedang fokus untuk menyelesaikan utang-utang saya,” kata Tarah, yang meminta disebutkan nama depannya saja. Dia mengatakan keputusannya tersebut menciptakan ketegangan di tengah keluarga mereka.
Ketika semakin banyak keluarga yang mengalami masalah keuangan, maka dilema seperti yang dialami Tarah—untuk membantu atau tidak membantu—menjadi semakin umum terdapat. Menurut Fidelity, 10 persen dari generasi X (mereka yang lahir awal tahun 1960-an hingga akhir tahun 1970-an di Amerika dan Kanada) menyediakan dukungan finansial bagi orang tua mereka atau mertua mereka, dan jumahnya sekitar $3.500 setahun.
Para ahli menawarkan starategi-strategi di bawah ini untuk menanggulangi masalah pinjam-meminjam lintas generasi ini:
Pertama-tama, putuskan apakah Anda bisa membantu atau tidak. sebuah survey keuangan dari Ameriprise Financial menemukan bahwa banyak baby boomers (orang yang lahir antara tahun 1946 hingga 1964) tidak menyadari berapa banyak bantuan yang mereka berikan telah memotong tabungan pensiunan mereka sendiri. Sekitar 30 persen baby boomers mengatakan uang yang mereka berikan pada anak-anak mereka yang telah dewasa mempengaruhi secara negatif terhadap tabungan pensiun mereka sendiri, namun kebanyakan mereka tidak menyadari dampak tersebut.
Pertimbangkan untuk mengatakan ‘Tidak”—dengan tegas. Menolak permintaan tolong, meski menyakitkan, kadang-kadang merupakan keputusan terbaik yang bisa kita buat, khususnya karena banyak pinjaman yang kita beri itu tidak dikembalikan. Prioritas teratas perlu tetap diutamakan pemecahannya, kata Ted Back, presiden National Endowment for Financial Education.

[Also see: Newlywed Confessions-What the First Year of Marriage is Really Like]

Jika seorang saudara Anda meminta uang secara tiba-tiba, Anda jangan langsung menyanggupi, saran Jeanne Fleming dan Leonard Schwartz, penulis buku  Isn't It Their Turn to Pick Up the Check?  Apa yang Anda katakan secara spontan boleh jadi bukan merupakan jawaban yang terbaik,” kata Schwartz. Kemudian, bersikaplah simpati dan tetap teguh. “Anda perlu bersikap tegas. “Jangan katakan, ‘Kami sendiri sedang mengalami kesulitan saat ini,’ karena mereka akan kembali lagi minggu depan,” kata Fleming.
Cari cara penyelesaian non-moneter. Tina Kimball, seorang asisten administrasi berusia 30-an di Dayton, Ohio, meminjamkan mobilnya pada orang tuanya ketika sebuah kecelakaan menyebabkan mobil mereka tidak bisa digunakan kembali. Jika situasinya memburuk, katanya, dia akan mengundang mereka tinggal bersamanya. Kimball mengatakan dia sebenarnya ingin memberi mereka uang, tetapi keadaan keuangannya sendiri sedang payah, oleh karena itu dia melakukan apa yang paling bisa dia lakukan.
Berikan semua pinjaman atau hadiah secara tertulis. Saudara Anda yang meminjam lebih dari $1.000 mesti membuat sebuah surat perjanjian, termasuk bunga dan jadwal pembayaran, kata Jennifer Streaks, seorang penasehat hukum (attorney) jasa keuangan di Washington D.C., memberi rekomendasi. Untuk mencegah salah pengertian, surat perjanjian tersebut boleh jadi penting bila terjadi tutntutan hokum di kemudian hari. Tahun ini, jumlah pemberian di atas $12.000 akan dikenakan pajak pemberian, dan kecuali dikenakan bunga tertentu yang ditetapkan oleh Treasury Department—saat ini besarnya 1,63 persen atau lebih—pinjaman bisa juga dianggap sebagai pemberian. 
Pertimbangkan apa yang akan Anda peroleh sebagai gantinya. Donald Cox, seorang profesor ekonomi pada Boston College, mengatakan bahwa orang yang memberi atau meminjamkan uang kepada sanak saudaranya biasanya dimotivasi oleh rasa kemanusiaan, tetapi kadang-kadang ada yang diharapkan sebagai gantinya. Sebagai contoh, jika orang tua memberi uang pada anak-anak mereka sebagai uang muka untuk membeli rumah atau untuk membayar kuliah, mereka melakukan itu karena mengharapkan bantuan di kemudian hari. “Banyak anak-anak dewasa yang memberikan perawatan bagi orang tua mereka di masa tuanya mengatakan bahwa mereka melakukan itu sebagai sebuah balas jasa,” katanya.
Belajar dari kesalahan. Cerita-cerita tentang tentang pinjam meminjam di dalam keluarga yang kemudian menjadi masalah sungguh banyak. Simak  cerita-cerita di bawah ini yang berasal dari para pembaca Alpha Consumer:
-- Andrew meminjamkan uang pada saudara perempuannya sebesar $10.000 pada tahun 2005 untuk membantunya membayar tagihan dan hutang-hutangnya. Dia mengharap saudaranya tersebut bisa mengembalikan pinjaman tersebut, namun saudaranya itu hanya mengembalikan sedikit. Andrew  menulis, “Saya jarang bicara dengannya, dan ketika saya berbicara, saya tidak ingin mengganggu dia dengan pertanyaan-pertanyaan tentang uang itu. dia baru-baru ini membeli sebuah rumah, dan dia mempunyai sebuah keluarga dengan tiga anak tiri dan satu anak kandung yang usianya baru satu tahun.” Andrew  tidak tahu apa yang mesti dia lakukan, dan dia tidak suka jika terjadi ketegangan di antara mereka ketika mereka sedang berkumpul bersama di musim liburan.

[Also see: How Much Can you Afford?]
Pelajaran: Pinjaman kepada keluarga sendiri sering kali tidak dikembalikan, yang akhirnya bisa merusak hubungan kekeluargaan.
-- Ketika ibunya Jay mengalami stroke pada usia 50, Jay mengalami kesulitan memutuskan apakah akan memberi ibunya itu pinjaman atau tidak. usia Jay ketika itu baru 26, namun dengan pekerjaan yang disandangnya, dia mampu memberi ibunya uang. Namun dia memutuskan tidak memberi. Dia menulis, “Saya tahu ibu saya. Saya tahu riwayat ibu saya dengan uang dan pekerjaannya. Saya tahu apa yang akan terjadi jika saya membantu kelakuannya tersebut.” Tetapi Jay tetap membayar sewa rumah ibunya hingga ibunya sembuh. Ibunya akhirnya pindah ke tempat tinggal yang lebih murah dan bisa mengelola keuangannya dengan baik.
Pelajaran: Ketahui kemampuan Anda. Jay mengatakan meski keputusannya tersebut berat dilakukan, namun dia tahu mungkin itulah keputusan yang terbaik baginya. “Sejauh pengalaman saya bersama ibu saya, dia selalu berkata, ‘Saya akan mengembalikan uang Anda.’ Tapi saya lebih tahu ibu saya.”
-- Julie baru saja mncapai usia 17 ketika ayahnya berhenti bekerja dan membuka sebuah toko hardware. Ayahnya meminta agar dia meminjamkan uang tabungannya yang dia kumpulkan dari bekerja paruh waktu—uang yang dia persiapkan untuk untuk biaya sekolahnya. Julie memutuskan untuk meminjamkan uang tersebut pada ayahnya. “Orang tua kami telah merawat kami dan mengeluarkan uang dari tahun ke tahun untuk kesenangan kami. Saya memutuskan jika saya bisa membantu, saya akan senang melakukannya, sebagai sebuah cara mengucapkan ‘terima kasih.’ Juga, dengan meminjamkan uang saya, saya bisa jamin saya tidak akan membelanjakan uang tersebut dan saya memang tidak membutuhkan uang tersebut selama tiga tahun,” katanya. Julie akhirnya memutuskan membuat kontrak pinjaman, yang isinya bahwa ayahnya akan mengembalikan uang tersebut dengan bunganya. Dan dia mendapatkan uangnya kembali tepat pada waktu dia membutuhkannya. “Segalanya berjalan sesuai rencana, dan saya bahagia bisa membantu ayah saya ketika dia membutuhkan.”
Pelajaran: kadang-kadang memberi pinjaman bisa menguntungkan kedua belah pihak, yang meminjam dan yang memberi pinjaman. Namun perjanjian tertulis kiranya bisa bermanfaat di kelak kemudian hari.
Kesimpulannya: Meminjam atau memberi pinjaman uang kepada anngota keluarga kita sendiri bisa menimbulkan masalah yang bukan hanya menyangkut uang tersebut. Sebagaimana bagi Tarah, dia mengatakan hal yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk membantu keluarganya adalah dengan mencegah kesalahan orang tuanya dalam hal finansial. Dengan cara itu, katanya, dia bisa menghindari menjadi beban yang serupa bagi anak-anaknya sendiri suatu hari nanti. (By Kimberly Palmer | U.S.News & World Report LP – Thu, Jan 26, 2012 6:04 PM EST)
Twitter: @alphaconsumer

comment 1 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger