Mengapa Ikan Laut Sedikit

 James A DawsonShutterstock 

Kebanyakan ikan air asin boleh jadi berevolusi dari ikan air tawar, menurut sebuah penelitian terbaru yang menelusuri pohon keluarga dari ikan laut maupun ikan air tawar.

Penemuan tersebut tampaknya tidak sejalan dengan pernyataan bahwa kehidupan ini berasal dari laut, namun hasil penelitian tersebut bisa menjelaskan mengapa lautan relatif lebih rendah diversitasnya dibandingkan dengan daratan. Lautan mencakup 70 persen dari permukaan Bumi, tapi hanya mnegandung 15 persen hingga 25 persen dari perkiraan jumlah total spesies di Bumi ini.

 “Ini adalah pola yang menarik yang belum berhasil kita jelaskan,” kata peneliti dalam penelitian tersebut John Wiens, seorang profesor ekologi dan evolusi di Universtias Stony Brook di New York.

Hasil penelitian terbaru ini boleh jadi memberi sebuah petunjuk, kata Wiens pada LiveScience. Nenek moyang ikan air tawar boleh jadi berasal dari salah satu jenis ikan air asin, sebelum akhirnya mereka ikut punah di dalam kepunahan besar-besaran yang pernah terjadi laut. Kepunahan seperti itu memberi ruang  bagi beberapa jenis ikan air tawar untuk berevolusi, sekali lagi, kembali menjadi ikan air laut.

Misteri Diversitas

Untuk meneliti kelangkaan relatif dari ikan laut, Wiens dan para koleganya mengamati kelompok hewan vertebrata laut yang terbesar di Bumi, yaitu ray-finned fishes (ikan yang siripnya bertulang). Kelompok ikan ini mengandung 96 persen dari spesies ikan, artinya ikan ini adalah gabungan dari semua jenis ikan yang pernah Anda makan atau pelihara di dalam akuarium atau Anda  lihat di terumbu karang, kecuali hiu dan ikan pari,” kata Wiens pada LiveScience. [Gallery: Glowing Aquatic Life]

Mempelajari ikan sirip bertulang (ray-finned fish) adalah sebuah “tempat yang tepat untuk memulai,” kata Wiens, bukan hanya karena kelompok ikan tersebut begitu besar tetapi karena hal itu memungkinkan kita melakukan perbandingan langsung antara darat dan laut. Ikan bukanlah hewan darat, tentu saja, tetapi mereka juga hidup di lingkungan non-laut: air tawar.

“Mengamati sebuah kelompok di mana semua spesies-nya bersifat akuatik … membantu kita mengisolasi apa yang istimewa khususnya tentang lautan,” kata Wiens.

Wiens dan co-author-nya menghimpun semua informasi tentang semua spesies ikan hidup dari sebuah database yang komprehensif yang disebut FishBase. Kemudian, mereka menggabungkan informasi tersebut dengan pohon keluarga ray-finned fish yang menunjukkan hubungan antara kelompok-kelompok dan clades (pengelompokan organisme yang terdiri dari sebuah spesies individual dan semua keturunannya). Para peneliti juga membuat pohon keluarga untuk ikan-ikan fosil yang telah diketahui.

Pohon keluarga ikan

Sekilas data tersebut meyakinkan bahwa jumlah keberagaman ikan air tawar memang lebih banyak daripada ikan air asin, khususnya jika mengingat perbandingan relatif antara volume air tawar dengan air asin di Bumi ini. Dari semua ikan sirip bertulang (ray-finned fish) yang hidup, para peneliti menemukan sebanyak 15.000 spesies hidup di air tawar dan 14.736 hidup di air asin. (Sejumlah kecil ray-finned fish yang minoritas, sekitar 4 persen, bisa hidup baik di air tawar maupun di air asin. Untuk mencegah penghitungan ganda tentang spesies-spesies ini, para peneliti mengklasifikasikan ikan jenis ini ke dalam ikan air tawar).

Pohon keluarga ikan juga mengungkap bahwa diversitas ikan hanya terjadi dalam 100 juta tahun terakhir ini atau lebih. Namun temuan yang paling aneh adalah apa yang terdapat di dasar pohon keluarga itu.

”Hal yang benar-benar aneh yang kita temukan dan yang paling mengejutkan, dan boleh jadi menjadi yang paling kontroversial pula, adalah bahwa semua ikan laut jenis ray-finned fish yang kita saksikan sekarang tampaknya berasal dari, atau mempunyai nenek moyang, ikan air tawar,” kata Wiens.

Nenek moyang mereka ini boleh jadi hidup sekitar 300 juta tahun lalu, kata Wiens dan koleganya dalam laporan mereka tanggal 7 Februari dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B. Sekitar 180 juta tahun lalu, ikan laut pertama yang tidak diragukan lagi berada dalam jalur ini mulai muncul. Paling tidak baru 110 tahun lebih yang lalu sekelompok ikan yang disebut percomorpha, yang sekarang mencakup 40 persen dari spesies ikan bertulang, baru mulai berkembang biak menjadi bermacam-macam jenis di dalam air asin. Di air tawar, kelompok ikan lain yang disebut ostariophysi berevolusi ke dalam banyak spesies, yang sekarang terdiri dari 70 persen dari ikan air tawar.

“Itulah yang merupakan pemicu terbesar dari diversifikasi ikan sekarang ini,” kata Wiens mengenai kedua kelompk ikan ini. [Image Gallery: Freaky Fish]

Ikan lain di laut

Implikasi dari penemuan tersebut adalah bahwa laut sekarang ini adalah repsentasi dari efek jangka panjang dari kepunahan awal tersebut, kata David Reznick, seorang ahli biologi dari Universitas California, Riverside, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

“Spesies laut yang secara tak terduga jumlahnya sangat sedikit boleh jadi merupakan akibat dari kepunahan besar-besaran di masa lampau yang lebih parah terjadi di laut daripada di lingkungan air tawar,” kata Reznick pada LiveScience, dengan menambahkan bahwa dia membaca paper tersebut sebagai seorang “penonton, daripada seorang praktisi” dari jenis riset yang dilakukan oleh Wiens.

Fenomena organisme yang berevolusi “kembali” ke laut bukannya tidak pernah terdengar. Ikan paus, contohnya, berevolusi dari nenek moyangnya yang terrestrial (hidup di darat) yang kemudian mampu hidup di air dan kemudian beradaptasi dari generasi ke generasi menjadi makhluk yang hidup di laut dalam.

Wiens mengatakan bahwa geografi laut bisa juga berkontribusi terhadap rendahnya keanekaragaman hayati laut, ikan bisa terisolasi oleh peristiwa benua yang terbelah, sungai yang berubah arah atau terjadinya pembatas-pembatas geografi yang lain. Sekali terisolasi, populasi individual ikan boleh jadi kehilangan kemampuan untuk saling membuahi satu sama lain, sehingga akhirnya terpisah menjadi spesies yang berbeda-beda.

Di lautan, kata Wiens, ikan bisa “berkelana kemanapun,” untuk melakukan perkawinan, atau sekurangnya bergerak lebih jauh daripada yang bisa dilakukan ikan air tawar.

Wiens and para koleganya berharap untuk mengembangkan penelitian tersebut lebih jauh untuk mencari tahu mengapa percomorpha dan ostariophysi tiba-tiba mulai berkembang menjadi bermacam-macam jenis secara tak terkendali 100 juta tahun yang lalu setelah sekian lama tidak terjadi perkembangan diversitas ikan. Wiens mengingatkan bahwa bukti fosil ikan masa depan bisa mengubah pohon keluarga ikan, dan kesimpulan tentang nenek moyang ikan air tawar bisa saja dibalikkan, meski bukti-bukti yang ada saat ini mendukung teori bahwa ikan air laut berasal dari ikan air tawar.

Tetapi rendahnya diversitas yang kita ketahui di laut sekarang ini adalah akibat dari kepunahan makhluk laut di jaman purba, ditambah dengan penangkapan ikan yang dilakukan secara besar-besaran dan hilangnya spesies ikan sekarang ini, kata Wiens. Laut tentu saja bisa kembali pulih ke keadaan semula, katanya, tetapi manusia tidak akan hidup sekian lama untuk menyaksikan kejadian itu.

“Misalkan kita memusnahkan atau memakan semua ikan di laut saat ini dan kemudian kita memodifikasi lingkungan laut sehingga ikan tidak bisa hidup di dalamnya, maka berdasarkan analisis yang telah kami lakukan ini, mungkin diperlukan waktu 100 juta tahun lagi untuk memulihkan keadaannya seperti semula,” kata Wiens. “Dan itu tergolong waktu pemulihan yang cepat.”
(By: Stephanie Pappas, LiveScience Senior Writer)

Correction: This article was updated at 10:15 pm ET to correct two instances of misspelling Wiens' name. 
You can follow LiveScience senior writer Stephanie Pappas on Twitter @sipappas. Follow LiveScience for the latest in science news and discoveries on Twitter @livescience and onFacebook.


comment 1 comments:

Unknown on February 13, 2012 at 8:55 PM said...

menarik umtuk mnambah pngtahuan :)

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger