Amoxicillin--Membosankan atau Menakjubkan?


 
Para dokter perawatan utama (primary care doctors) yang sibuk, khususnya mereka yang menangai anak-anak, memberi resep amoxicillin sepuluh kali sehari, bahkan lebih. Selama lebih dari tigapuluh tahun amoxixillin telah menjadi teman kita yang setia, merupakan obat andalan kita bagi penyakit bakterial dan infeksi telinga, pneumonia, radang tenggorokan, dan sinusitis. Bukti-bukti yang berdasarkan literatur mendukung hal ini. Amoxicillin adalah “obat berwarna pink,” “obat permen karet” yang lezat yang anak bandel sekalipun tidak akan menolak meminumnya.  

Para dokter sering sekali menggunakan amoxicillin ini (jika terindikasi secara medis, tentu saja) sehingga pikiran  kita selalu langsung tertuju padanya. Anastesi dari kegiatan rutin ini telah pula diketahui. Namun jika kita memberi kesempatan anastesi tersebut disingkap, sedikit saja, maka tirai yang tersibak tersebut akan memperlihatkan sebuah obat dengan sejarah yang sangat penting, peristiwa kemanusian yang mencengangkan dan mungkin pula masa depan yang kelam.

Sebelum adanya teori penyakit akibat kuman (germ theory of disease), konsep kita terhadap infeksi sama primitifnya dengan “cara pengobatan yang kita lakukakan.” Kedatangan sains modern dan pencerahan pikiran telah mengubah cara pengobatan untuk selamanya. “Ketika saya terbangun di pagi hari pada tanggal 28 September, 1928, saya tentu saja tidak berencana untuk melakukan revolusi sama sekali dengan cara menemukan obat antibiotik atau pembunuh bakteria pertama,” kata Alexander Fleming, “Namun itulah yang saya kira yang terjadi.”

Fleming kembali ke laboratoriumnya setelah berlibur bersama keluarganya. Dia memperhatikan bahwa bakteri yang dia budidayakan telah terkontaminasi oleh fungus, dan bahwa bakteria yang mengepung fungus tersebut telah musnah. Fleming kemudian mengembangkan fungus tersebut dan menemukan bahwa fungus tersebut ternyata memproduksi sebuah zat, yang dia namai penisilin, yang bisa membunuh sejumlah bakteria penyebab penyakit.

Beberapa dekade kemudian, dengan bantuan para peneliti medis lainnya dan dengan bantuan dana dari pemerintah AS dan Inggris, penisilin diproduksi secara besar-besaran setelah pengeboman Pearl Harbor. Ketika hari H itu tiba, telah diproduksi penisilin dalam jumlah yang cukup untuk mengobati pasukan sekutu yang terluka.

Semenjak saat itu penisilin dan derivatif-nya disebut-sebut sebagai obat paling mujarab di dunia, yang telah berhasil menaklukkan sebagian dari penyakit manusia yang paling purba. Antibiotik secara keseluruhan diperkirakan telah menyelamatkan lebih dari 80 juta nyawa mansuia.

Amoxicillin, sebuah derivatif dari penisilin, di-sintesis-kan oleh Laboratorium Riset Beecham pada tahun 1972. Selama terjadinya sintesis dinding sel, amoxicillin mencegah terjadi persilangan rangkaian peptidoglycan polymer yang liner, sehingga mengakibatkan rusaknya dinding sel bakterial dan menyebabkan kematian sel. Dibandingkan dengan penisilin, amoxicillin menawarkan aktivitas bacteriocidal (pembunuhan bakteri) dalam spektrum yang lebih luas, durasi yang lebih besar, dan tentu saja, rasa yang lebih baik.

Menurut sebuah laporan dari IMS Institute for Healthcare Informatics, pada tahun 2010, 52,3 juta resep amoxicillin telah diberikan di AS saja, lebih banyak dari antibiotik lainnya kecuali azithromycin yang mencapai 52.6 juta. (Obat yang paling banyak diresepkan? Hydrocodone/acetaminophen, 131.2 juta).

Para dokter bisa merasakan makna yang lebih mendalam dari apa yang kita lakukan setiap hari semakin banyak kita mengapresiasi semakin besar signifikansi dari perbuatan kita. Pada pergantian abad pada tahun 1900, demam rhematik yang merupakan komplikasi dari infeksi radang tenggorokan merupakan penyebab nomer satu dari kematian anak-anak usia sekolah. Sekarang jarang kita lihat adanya demam rhematik di negeri ini. Jika Anda adalah seorang penyedia layanan kesehatan, lain kali Anda memberi resep amoxicillin ambil napas sejenak dan berpikirlah bahwa Anda baru saja menyelamatkan satu nyawa manusia.

Sekarang ini, sebagaimana yang banyak diketahui, gelombangnya beralih pada perlombaan senjata (arms race) yang evolusioner, dengan meningkatnya perlombaan senjata yang bersifat resistensi bakterial. Hal ini sebagian disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan, pada manusia dan hewan peliharaan. Karena adanya resistensi bakterial, maka rekomendasi untuk pengobatan infeksi bakterial yang layak sekarang beralih pada penggunaan amoxicillin dosis tinggi atau dengan menambahkan inhibitor B-lactamase. Namun diragukan jika “obat berwarna pink” tersebut akan menjadi pilihan pertama bagi dokter anak di masa yang akan datang.

Jadi, amoxicillin … membosankan atau menakjubkan? Membosankan hanya dalam pengertian bahwa amoxicillin ternyata berlimpah-ruah dan ada di mana-mana. Menakbjubkan? Well, tidak juga. Antibiotik adalah hasil dari kejeniusan, akal budi, dan keagungan manusia. Seperti halnya kemajuan-kemajuan saintifik yang lain, berkahnya banyak sekali, dan resikonya, sama dengan jika kita mengemudi dengan cara yang lebih ceroboh di jalan yang lebih buruk, tentu mengerikan. (February 1, 2013)

About the Author: Lawrence Rifkin is a physician and a writer. Trained at Yale and Brown, he is a practicing pediatrician in Connecticut. He was named the Grand Prize Winner of the Doctors' Writing Contest sponsored by Medical Economics. Dr. Rifkin's essays have been published by Free Inquiry, National Academy of Sciences Press, The Humanist, Skeptical Inquirer, The New Humanism, and Contemporary Pediatrics. Follow on Twitter @LSRifkin.

http://blogs.scientificamerican.com/guest-blog/2013/02/01/amoxicillin-humdrum-or-miraculous/

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger