5 Hal Orang Introvert Bisa Menjengkelkan


 
Jadi dengar…

Anda tahu ungkapan seperti “Orang Intovert Lebih Unggul!” yang sering Anda dengar di Internet? (Introvertnet?) Karena saya merasa sedikit banyak bertanggung jawab dalam hal ini—mari kita ambil napas dulu. Pesan yang ingin saya sampaikan di sini dan di dalam buku saya adalah bahwa introversi (introversion) adalah baik-baik saja, tidak ada yang salah dengan introversi, ada banyak sekali hal-hal yang baik tentang introversi. Dan saya akan mencari cara-cara untuk memiliki dan menghormati introversi kita, untuk membuat introversi tersebut bermanfaat bagi kita di dunia lain di luar kepala kita. 

Namun banyak hal yang terjadi di luar sana ternyata selangkah lebih jauh, yang berkeras bahwa introversi lebih unggul dibandingkan ekstroversi (extroversion), bahwa mereka yang ekstrovert adalah sekelompok orang tolol yang berisik dibandingkan dengan orang introvert yang berpikiran  mendalam, cerdas, dan kreatif.

Dan lebih-lebih lagi, apapun yang kita kaum introvert lakukan adalah baik-baik saja dan jika Anda tidak suka dalam bentuk apapun itu karena Anda tidak paham! Jadi kenapa jika saya mengingkari janji ketemuan pada saat-saat akhir karena saya tidak sedang mood? Saya kan seorang introvert! Itulah yang saya lakukan! Jadi kenapa jika saya bermuka masam dalam sebuah acara kumpul keluarga? Saya seorang introvert! Anda tak bisa membuat saya bicara!

Mungkin saya hanya merasa jengkel karena cuaca terlalu panas di Texas ini dan alergi saya kambuh dan saya harus menghadapi masalah air ledeng yang mahal akhir-akhir ini dan saya agak stress tentang keuangan, terus terang, saya terlalu banyak menyendiri, tapi… stop it!

Percaya atau tidak, orang introvert bisa jadi menjengkelkan juga. Saya telah mengumpulkan beberapa pikiran dari berbagai sumber dan saya ingin membagi-bagikannya dengan Anda beberapa hal yang sangat menjengkelkan yang bisa dilakukan orang introvert, seperti di bawah ini.
  • Tidak mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan sosial mereka. Saya bersalah atas yang satu ini. Saya melimpahkan terlalu banyak tanggung jawab kehidupan sosial kepada suami saya, kemudian merasa dongkol karena kami tidak melakukan sesuatu seperti yang saya inginkan. Dan salah seorang anggota Dewan Extrovert di mana saya bergabung mengatakan, “Saya sering merasa tidak yakin apakah dia ingin ketemu orang atau tidak. Jika ada sesuatu yang benar-benar ingin saya lakukan saya akan berencana melakukannya sendiri, karena menurut saya dia lebih suka tinggal di rumah.” Tahukah Anda jika hal ini termasuk menyebalkan?  “Saya kadang-kadang menyerah dan pergi ke suatu tempat sendirian jika pasangan introvert saya tak mau ikut. Tidak terlalu menyenangkan tapi saya perlu stimulasi dari luar,” kata teman saya Scott, juga anggota dewan ekstrovert. (Yang setuju namanya disebut. Saya meminta para anggota memilih apakah namanya boleh disebut atau tidak, supaya tidak menimbulkan kesulitan dalam hubungan sesama anggota). Jika Anda tidak pernah, tidak sekalipun punya keinginan pergi ke suatu tempat bersama seseorang, mungkin Anda tidak perlu menjalin hubungan dengan seorang extrovert. “Mengapa seseorang ingin tinggal di rumah saja sedangkan ada banyak tempat untuk dilihat dan ada banyak orang untuk ditemui?” Tanya Scott, dengan gaya extrovert. Tapi jika Anda merasa ingin keluar rumah sesekali, sesekali pula ambillah tanggung jawab.
  • Mengabaikan dunia. “Hal lain yang bisa menimbulkan frustrasi adalah apa yang sering dianggap sebagai sesuatu yang biasa dalam hal hubungan di dalam sebuah lingkaran yang kecil,” anggota dewan extrovert  mengeluh. “Jika saya berbicara tentang beberapa teman, sebagai contoh, reaksinya mengiyaratkan pada saya bahwa dia heran mengapa saya mau menghabiskan waktu bersamanya.” Hal itu tidak bagus. Punyailah minat atau sekurangnya pura-puralah punya minat berteman.
  • Memilih bungkam. Ini juga salah. Kita perlu waktu untuk memikirkan segala sesuatunya secara mendalam selama terjadinya konflik. Saya paham akan hal itu. Namun meninggalkan seorang teman atau pasangan dalam keadaan tidak pasti jika ada masalah, menciptakan kasus, atau berencana menghindar, adalah kejam. Paling tidak, Anda perlu berpikir dan mungkin mengatur waktu untuk memulai percakapan kembali. Dan kemudian melakukan hal itu. Jangan seperti wanita yang menyampaikan keluhan yang kusut seperti di dalam kolom nasihat dalam situs Washington Post seperti di bawah ini: … suatu pertengkaran benar-benar mengejutkan/mengagetkan dan mengecewakan saya—saya tidak ingin menunjukkan respon, karena saya pikir saya pasti telah salah memahami sesuatu, atau saya perlu mencari sebuah cara penyelesaian masalah ini dengan baik—sehingga saya memilih bungkam—dan kemudian yang membuat saya marah adalah—pasangan saya, yang merupakan bagian dari percekcokan kami sejak mula, dengan enteng mengabaikan segala sesuatunya seolah tidak terjadi apa-apa… mencoba “melakukan komunikasi” dengan cara berbicara tentang cuaca atau olahraga (“Bagaimana dengan tim baseball Mets?”) atau sesuatu yang lain, di saat masih ada masalah yang belum diselesaikan… dan jelas dia TIDAK ingin memulai percakapan itu kembali. Walhasil, para pembaca merujuk pada hal-hal yang jelas: Jika Anda mempunyai sesuatu yang ingin Anda katakan, maka Anda harus mengatakannya. Dan, lagi pula, jika Anda kecewa tentang sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan orang lain, Anda tidak boleh mengatakan itu. “Istri saya bukanlah seorang komunikator yang paling verbal, jadi ketika dia sedang bad mood, saya jadi bertanya-tanya apa sebabnya, apakah ada sesuatu yang salah dalam perkataan saya,” kata seorang anggota dewan extrovert.
  • Mengabaikan “ungkapan cinta” pasangan Anda. (Sebagaimana yang digambarkan dalam buku psikologi pop klasik ini.) OK, ini bukanlah khusus masalah introvert-extrovert, tapi bisa terjadi dalam hubungan yang manapun. Tapi jika Anda cenderung tidak verbal dan hanya perlu menunjukkan cinta kasih Anda, maka tunjukkan kebaikan hati Anda dan berbicara sekali-sekali saja. Jadilah eksplisit. Katakan apa yang Anda rasakan. Tentu, Anda boleh mendemonstasikan cinta Anda dengan beribu cara, namun kadang-kadang tidaklah enak mendengar hal itu dalam bahasa kita sendiri. (Atau bahasa Perancis. Ungkapan cinta selalu terdengar indah dalam bahasa Perancis.) Sama halnya dengan waktu yang berkualitas. Ya, Anda perlu waktu untuk menyendiri. Tentu saja. Tapi jika pasangan Anda ingin menghabiskan keseluruhan waktu akhir pekan dengan terus berpelukan, maka tunjukanlah cinta Anda dengan cara demikian.
  • Tidak pernah memperlihatkan antusiasme. Kita ini pendiam, tentu saja. Tapi adalah sangat melegakan jika kita menghampiri seseorang  dan menyampaikan kabar baik dan mendapat jawaban “Itu bagus.” Berusahalah sedikit lebih keras untuk menyampaikan pujian. Dan dalam kegiatan kelompok, cobalah perlihatkan rasa senang Anda jika Anda sedang senang. Anda tidak perlu cengar-cengir terus menerus, tapi sekurangnya pikirkanlah pikiran yang antusiastis. Hal itu bisa jadi akan terlihat dalam sikap Anda.
Apakah hal-hal di atas serupa dengan Anda? Kalau demikian mungkin Anda merasa terganggu. Kini saatnya untuk sedikit introspeksi  (yang biasa kita lakukan dengan sangat baik). Atau mulailah sebuah percakapan dengan mereka yang extrovert dalam hidup Anda dan perhatikan apakah ada sesuatu yang sedang Anda lakukan yang bisa merusak hubungan Anda dengan mereka. Dan jika Anda berpkir tentang segala sesuatu yang lain, kemukakanlah. Saya penasaran ingin mengetahuinya. (by Sophia Dembling)
--
Hope you've bought my book, The Introvert's Way: Living a Quiet Life in a Noisy World. And please join me (and a bunch of other introverts) on Facebook. And, disclaimer as required by law: Anything you purchase from Amazon by clicking through links here earns me a few cents.

Photo by Ben Newton via Flickr (Creative Commons).
http://www.psychologytoday.com/blog/the-introverts-corner/201309/five-ways-introverts-can-be-annoying

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger