Orang yang Mengalami Gangguan Tidur Mempunyai Volume Otak yang Lebih Kecil, Kata Para Peneliti


The researchers of the study studied the brains of 144 mostly male veterans using MRI
Orang yang mengalami kesulitan tidur cenderung mempunyai volume yang lebih sedikit di wilayah-wilayah tertentu dari otak mereka dibandingkan dengan mereka yang tidak mempunyai masalah tidur, menurut sebuah temuan dari sebuah penelitian tentang para veteran Perang Teluk Persia baru-baru ini. 

‘Orang sering mengecilkan arti pentingnya tidur. Begitu banyak hal penting yang perlu mereka lakukan daripada tidur beberapa jam lebih banyak dalam semalam,’ kata kepala penulis Linda L. Chao pada Reuters Health.

‘Penelitian tersebut menyarankan agar kita tidak meremehkan arti pentingnya tidur,’ katanya.

Chao, dari University of California, San Francisco, bekerjasama dengan para peneliti dari Pusat Kesehatan Veteran di San Francisco dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep tersebut.

Penelitian terdahulu telah menghubungkan gangguan tidur dengan perubahan-perubahan otak struktural, tulis para pengarang. Dalam penelitian mereka, tidur berhubungan dengan jumlah gray matter yang terdapat di dalam lobus depan (frontal lobe) otak orang yang bersangkutan.

Ada data lain yang mendukung bahwa insomnia dan berbagai penyakit kejiwaan tercermin dari berkurangnya volume otak, yang masuk akal karena tidur dan mood adalah fungi dari otak,’ kata Dr. John Winkelmann pada Reuters Health.

Sebagai seorang psikiater, Winkelmann adalah kepala program penelitian klinis gangguan tidur di Massachusetts General Hospital di Boston. Dia tidak terlibat di dalam penelitian terbaru ini. 

Dia menggambarkan frontal lobes sebagai ‘sebuah bagian penting dari fungsi manusia,” yang penting untuk melakukan perencanaan (planning), merancang strategi (strategizing), mood dan perasaan (affect).

Para veteran yang menderita gangguan stress pasca-trauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)) sering kali mengeluh tentang kesulitan tidur, menurut Chao dan para koleganya. Berbagai peneltian telah menemukan angka gangguan tidur yang tinggi di kalangan veteran perang Amerika di Irak dan Afganistan yang mengalami cedera kepala (lihat laporan Kesehatan Reuters tanggal 28 Oktober, 2011).

Untuk penelian terbaru ini, para peneliti men-scan otak dari 144 orang veteran yang kebanyakan pria dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI).

Mereka mengukur kualitas tidur dengan menggunakan Indeks Kualitas Tidur Pittsburgh, sebuah indeks mentah tentang penilaian diri sendiri yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan luas mengenai pola tidur selama sebulan terakhir.

Sebagai contoh, indeks tersebut menanyakan pada para partisipan sebuah pertanyaan tentang waktu mereka biasanya pergi ke tempat tidur selama sebulan terakhir dan pertanyaan lain tentang berapa lama biasanya mereka baru terlelap. 

Para peneliti tersebut menemukan bahwa para veteran yang melaporkan bahwa tidur mereka berkualitas jelek umumnya mempunyai gray matter di dalam frontal lobe yang lebih sedikit dibandingkan dengan para veteran yang dilaporkan tidur cukup baik.

Di samping kesulitan tidur, berbagai masalah psikologis juga menimpa para veteran penelitian tersebut. Separuh dari mereka terlibat penyalahgunaan alkohol, 40 psersen mengalami gangguan depresi mayor pada tingkatan tertentu dan 18 persen mengalami PTSD.

Namun, hubungan antara kesulitan tidur dengan volume otak tetap ada meski para peneliti telah memperhitungkan masalah-masalah tersebut di atas dan penggunaan obat-obatan psikotropik.

Winkelmann mengingatkan agar kita jangan buru-buru menyimpulkan adanya sebuah hubungan sebab-akibat antara tidur dan volume otak atau menggenaralisasi hasil-hasil penelitian terhadap para veteran yang mengalami berbagai masalah psikiatrik tersebut dengan masyarakat secara keseluruhan.

Namun Chao percaya hasil-hasil temuan tersebut bisa berlaku terhadap siapa saja, bukan hanya para veteran perang.

Meski dia menekankan bahwa penelitian tersebut menggarisbawahi arti pentingnya tidur di waktu malam, namun dia juga menyetujui bahwa kita tidak mungkin mengatakan bahwa kesulitan tidur bisa menyebabkan berkurangnya gray matter di dalam frontal lobe, atau sebaliknya.

‘Kami hanya mengetahui bahwa ada hubungannya,’ kata Michael Breus, seorang ahli psikologi klinis bersertifikat dalam bidang masalah gangguan tidur, pada Reuters Health. ‘Tapi kami tidak tahu yang mana menyebabkan yang mana.’

Breus tidak terlibat di dalam penelitian terbaru ini. Tapi dia mendukung para peneliti yang meneliti pola-pola tidur di kalangan para veteran perang, sebuah kelompok yang dikenal banyak mengalami gangguan tidur.

‘Jika mereka pernah terlibat aktif di medan perang, berarti mereka tidak pernah bisa tidur nyenyak semenjak saat itu,’ katanya.

Dia mengatakan metode polysomnography, yang memonitor tidur seseorang dan mengumpulkan data yang objektif, telah membuat hasil-hasil dari penelitian ini bermakna.

Chao juga mengatakan dia lebih menyukai menggunakan data tidur yang objektif. Namun laporan terbaru ini didasarkan pada sebuah tinjauan data dari sebuah penelitian terdahulu.

‘Data tersebut mengatakan pada kita bahwa populasi ini (para veteran, Red) sangat menarik untuk dipelajari lebih jauh,’ kata Breus. ‘Jika kita bisa belajar banyak tentang tidur para veteran, kita bisa membantu mereka tidur lebih baik.’ (By Reuters)

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2576280/People-trouble-sleeping-smaller-brains-psychiatric-problems.html

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger