Darah Tinggi pada Anak-anak; Mengapa Sebagian Anak Mengalami Ini?


Tekanan darah tinggi bisa meningkatkan resiko terkena serangkaian penyakit kardiovaskuler bagi seseorang—mulai dari serangan jantung hingga stroke. Namun jika Anda kira hanya orang dewasa yang bisa terkena darah tinggi, mungkin Anda salah.

Jumlah anak-anak yang mengalami tekanan darah tinggi dan apa yang disebut prahipertensi, atau tekanan darah perbatasan, telah meningkat secara substansial dalam beberapa tahun belakangan ini. Sekitar 1 dari 10 anak-anak dan adolessen berusia 8 hingga 17 tahun mengalami hipertensi atau dipandang beresiko mengalami hipertensi, menurut survei terbaru dan data penelitian, yang menemukan perkiraan 1 hingg 3 persen anak-anak dan adolessen telah mengalami tekanan darah tinggi. Angka ini tampaknya agak mantap, tidak naik dan tidak turun, kata Wei Perng, seorang asisten profesor peneliti ilmu nutrisi dan epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan. “Tapi yang mengkhawatirkan adalah bahwa hal ini terjadi pada semua anak-anak, karena hipertensi yang sebenarnya masih dianggap sebagai penyakit usia lanjut,” katanya.  “Perkiraannya adalah [bahwa] hal ini disebabkan oleh epidemi obesitas yang mulai terjadi di tahun 80-an dan menyebar di luar kendali di sekitar tahun 90-an [dan] awal tahun 2000-an.”  

Perng memimpin riset yang diterbitkan secara online bulan ini yang mengevaluasi hubungan antara pertambahan berat badan yang cepat di usia sangat dini dan resiko terkena tekanan darah tinggi pada anak-anak. Studi tersebut menemukan bahwa peningkatan indeks massa tubuh, atau BMI—ukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi badan dan berat badan—dalam usia 0 hingga 6 bulan dan usia 2 hingga 3 tahun ada hubungannya dengan tekanan darah histolik yang lebih tinggi. Histolik adalah angka atas dalam ukuran tekanan darah, yang mengukur tekanan pada arteri ketika jantung berdetak. “Temuan kami mengisyaratkan bahwa semakin banyak peningkatan BMI yang terjadi dengan cepat selama masa 6 bulan postnatal pertama dan pada masa-masa prasekolah bisa menyebabkan tekanan darah histolik yang lebih tinggi pada anak-anak, berapapun ukuran tubuh mereka ketika lahir,” tulis para peneliti di dalam jurnal Hypertension milik American Heart Association.

Hal ini signifikan karena anak-anak yang mengalami tekanan darah tinggi lebih besar kemungkinannya akan mengalami masalah tersebut di kemudian hari. “Hal tersebut sepenuhnya konsisten dengan trend di beberapa tahun belakangan ini yang menunjukkan cepatnya pertambahan berat badan pada anak-anak usia lebih muda—bayi dan balita—sebagai sebuah faktor resiko akan terkena hipertensi ketika mereka memasuki usia adolesen dan dewasa, kata Dr. Alan Lewis, seorang spesialis kardiologi pediatrik di Rumah Sakit Anak-anak Los Angeles. Dia menambahkan bahwa riset tersebut juga menyediakan tinjauan lanjutan yang membahas rentang usia awal di mana pertambahan lemak tampaknya berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah di kemudian hari.

Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 900 partisipan dari Project Viva, sebuah penelitian jangka panjang tentang wanita dan anak-anak yang masih berlangsung hingga kini.

Para ahli mengatakan adalah penting untuk secara dekat memantau pertambahan berat badan anak dengan dokter anak untuk memastikan berat badan anak masih dalam rentang sehat. “Hindari sindrom anak gendut,” kata Lewis pada para orang tua. “Secara historis anak gendut dipandang  sebagai bayi yang sehat dan subur dan ini harus digalakkan.” Tapi penelitian terbaru—diperkuat dengan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Hypertension—telah membuktikan bahwa lemak bisa memperburuk kesehatan kardiovaskuler, termasuk menyebabkan tekanan darah tinggi.

Para dokter menggarisbawahi, bahwa temuan tekanan darah tinggi pada anak bisa berhubungan dengan banyak faktor selain pertambahan berat badan, mulai dari faktor keturunan hingga ke masalah medis yang mendasar, seperti malaformasi jantung. Meski studi dalam jurnal Hyp-ertension menunjukkan adanya hubungan antara pertambahan berat badan yang cepat selama masa bayi dan ketika balita dengan meningkatnya tekanan darah ketika masa tengah kanak-kanak (mid-childhood), tapi tidak menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, kata Dr. Cynthia Pan, seorang nefrolog pediatrik, atau spesialis ginjal, di Rumah Sakit Anak-anak Wisconsin dan profesor pediatrik pada Medical College of Wisconsin. “Berangkat dari hal ini, kami tidak menganjurkan [agar para orang tua menyuruh] anak bayi menjalani diet yang ketat, dan lagi, para orang tua harus selalu meminta saran dari dokter anak tentang pertumbuhan bayi mereka.” Akan tetapi, bagi anak-anak yang lebih tua, dia menegaskan kembali rekomendasi agar anak-anak yang mengalami obesitas dianjurkan untuk mengatasi masalah itu dengan makan makanan sehat dan olehraga.

Dia juga menyarankan agar anak-anak usia 3 tahun ke atas agar diperiksa secara rutin apakah mereka mengalami hipertensi. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Akademi Pediatrik Amerika.  Akan tetapi, Badan Pencegahan Penyakit AS, sebuah kelompok ahli yang bertugas memberi rekomendasi perawatan preventif, mengatakan bahwa bukti-bukti yang ada saat ini belumlah cukup untuk menimbang manfaat dari memeriksa anak-anak dan adolessen yang asimptomatik (tidak menunjukkan gejala penyakit) dari potensi bahaya yang mungkin timbul, seperti efek samping dari pengobatan tekanan darah tinggi pada anak-anak.

Dr. Jpseph Block, seorang dokter ahli kardiologi anak di Rumah Sakit Anak-anak Wisconsin dan asisten profesor pediatric di Medical College Wisconsin, mengatakan khususnya pada anak-anak, di mana apa yang disebut hipertensi sekunder lebih sering ditemukan, adalah penting untuk mengidentifikasi terlebih dahulu apakah ada penyebab medis yang mendasari tekanan darah tinggi tersebut dan menangani masalah dasar tersebut. Hal ini juga bisa membantu para dokter klinik mengukur implikasi jangka panjang dan jangka pendeknya bagi si anak.

Anak-anak yang mengalami hiptertensi primer—yang bukan disebabkan oleh masalah medis yang mendasarinya tetapi boleh jadi berhubungan dengan faktor-faktor genetik dan faktor gaya hidup, seperti berat badan—bisa juga mempunyai konsekuesni kesehatan yang serius yang menyerang jantung dan otak. Melejitnya tekanan darah besar-besaran pada anak-anak bisa menyebabkan ensefalopati hipertensif  (hypertensive encephalopathy), atau disfungsi neurologis, kata Block, selain itu, hipertensi juga bisa meningkatkan resiko masalah jantung dan stroke di kemudian hari. “Kami menemukan semakin banyak dan semakin banyak anak-anak [yang] mengalami tekanan darah tinggi juga [menghadapi] komplikasi-komplikasi jangka panjang. (By Michael O. Schroeder)

Michael Schroeder adalah editor kesehatan pada surat kabar is a health editor at U.S. News. You can follow him on Twitter or email him at mschroeder@usnews.com.

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger