Bahasa yang "Dipandang Sebelah Mata"

Gejala salah kaprah dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari, belakangan ini, makin merajalela. Tanpa disadari, sesuatu yang salah kaprah itu kita terima sebagai kebenaran atau kelaziman. Koreksi atasnya malah dianggap salah, sehingga mungkin jadi bahan tertawaan.

Salah satu contoh adalah pemakaian istilah “ dipandang sebelah mata”. Istilah ini seringkali digunakan untuk mengacu pada arti “diremehkan” atau “disepelekan”. Padahal, arti yang sebenarnya adalah “dipandang secara saksama”. Penggunaan istilah ini bisa jadi bermula dari kebiasaan seorang penembak yang seringkali memicingkan sebelah matanya untuk menghindari bias, sehingga bidikannya jadi tepat sasaran. Maka, istilah “dipandang sebelah mata” seharusnyalah berarti “dipandang secara saksama untuk menghindari bias”. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali orang yang merasa jengkel bila dipandang sebelah mata. Sungguh ironis.

Mungkin kita perlu belajar dari Rhoma Irama yang sudah menggunakan istilah ini dengan benar dalam dalam salah satu lirik lagunya yang berbunyi, hei… jangan mentang-mentang punya/ memandang orang tidak dengan sebelah mata ….

***

Kesalahan lain yang tidak kalah lucu adalah penggunaan salah satu merk dagang (trade mark) untuk merujuk pada produk sejenis. Istilah “supermie” seringkali digunakan untuk merujuk pada “mie instan”. Kalau Anda menyuruh anak Anda yang masih kecil untuk membeli “supermi”, boleh jadi dia akan bertanya, “supermi apa?”, karena, kalau tidak, mungkin dia akan pulang dengan membawa “indomie”, “sarimie”, atau “mie sedap”. Atau mungkin Anda sendiri yang akan marah karena dia pulang membawa “supermie”, padahal, Anda menginginkan “indomie”, walaupun Anda menyuruh dia membeli “supermie”. “Ya, udah tukar sana. Yang Bapak maksud adalah supermie indomie….” Begitu mungkin kata Anda.

Istilah lepis (Levi’s) juga sudah umum digunakan untuk merujuk pada jeans. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mendengar seseorang berkata, “Aku baru saja membeli celana lepis (Levi’s).” Padahal, celana yang dia beli bukanlah celana jeans merk Levi’s.

Istilah aqua begitu juga. Belakangan ini, jarang sekali orang menggunakan istilah “air mineral” atau “air minum dalam kemasan” (bottled water). Istilah aqua telah digunakan untuk merujuk pada produk air minum dalam kemasan merk apa saja. Walaupun kata “aqua” berarti “air”, tapi belakangan ini, kata itu lebih popular sebagai merk dagang dari salah satu produk air mineral. Maka, tidaklah tepat jika kita menggunakan istilah aqua untuk semua produk air mineral, dan menggunakan kata “air” untuk zat serupa yang terdapat di alam bebas.

Begitu juga dengan istilah rinso. Di kalangan ibu-ibu, kata rinso lebih dikenal dan lebih dimengerti daripada kata deterjen. “Mencuci dengan rinso lebih praktis. Makanya aku selalu mencuci pakai rinso.”, kata seorang ibu suatu ketika. Padahal, dia tidak memakai rinso. Pakai deterjen memang, tapi bukan merk rinso.

Istilah lain yang sudah mendarah daging adalah Vespa. Beruntunglah produsen sekuter pemegang merk vespa karena kata ini jauh lebih popular daripada kata “sekuter” itu sendiri. Mungkin kata “sekuter” adalah kata yang paling malang dalam khazanah kosa kata bahasa Indonesia. Kata ini jarang sekali digunakan, bahkan oleh kaum terpelajar sekalipun. Seorang kawan saya yang sarjana malah tidak tahu kalau ada kata “sekuter” dalam bahasa Indonesia.

***

Dalam kesempatan lain, seorang kawan saya memohon agar saya membeli sepotong celana yang ada di tangannya. “Kamu kan biasa pakai celana dasar.” katanya memohon.
“Celana dasar apa?” tanyaku penasaran. “Ya ini.” katanya lagi sambil menyorongkan celana yang dia maksud. “Ya, dasar celana ini apa?” tanyaku lagi. Tapi dia malah bengong…. Usut punya usut, ternyata celana dasar yang dia maksud adalah celana dari bahan katun. Alamaaak….

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger