Iklan Yang Menghina Kecerdasan

"Saya makan dulu ya, Kek. Biar enak ceritanya ….”, ucapan ini saya ambil dari sebuah iklan makanan di televisi, sebuah iklan yang menurut saya lucu dan kreatif. Menyaksikan iklan seperti ini, kita jadi terhibur, di tengah-tengah kebosanan kita pada acara televisi yang kebanyakan mengandalkan sinetron dan reality show yang kian lama kian membosankan, dan menghina kecerdasan itu.


Perlukah sebuah iklan televisi menghibur, saya kira ini sebuah pertanyaan menarik, terutama untuk iklan audio-visual. Iklan yang ditayangkan di media audio-visual tidak boleh kaku dan bersahaja, sehingga membosankan pemirsa. Iklan di media audio-visual haruslah menarik, kreatif, ringkas, padat dan lucu karena pemirsa televisi dan pendengar radio tidak punya waktu khusus untuk memperhatikan iklan. Pembuat iklan harus pandai mencuri perhatian pemirsa, di tengah-tengah sekian banyaknya alternatif tontonan dewasa ini.
Pemirsa televisi dan pendengar radio punya banyak pilihan, dan mereka menonton televisi atau mendengar radio tidak dalam konsenstrasi khusus, misalnya mereka menonton televisi sambi memasak di dapur, sambil makan, atau sambil bercanda. begitu jeda iklan tiba, umumnya mereka langsung memencet remote controller untuk pindah pada saluran lain yang sedang tidak menayangkan iklan. Beda dengan iklan di surat khabar yang tidak begitu mudah dihindari oleh pembaca bercampur baur dengan tulisan yang sedang mereka baca.

Kalau begitu jeda iklan tiba, pemirsa langsung disuguhkan sebuah iklan yang membosankan, tidak menarik, dan tidak lucu, pemirsa pasti langsung pindah saluran, untuk kemudian kembali lagi setelah jeda iklan usai. Sebaliknya, jika pemirsa langsung disuguhkan sebuah iklan yang menarik, pasti mereka akan terpaku sejenak untuk memperhatikan iklan tersebut, dan jika semua iklannya menarik, jika tertutup kemungkinan mereka akan memperhatikan semua iklan yang ditayangkan.

Sayang hal ini tidak diperhatikan oleh pembuat iklan. Iklan televisi kita kebanyakan diisi oleh iklan yang bersahaja, kaku, dangkal, ngeres, tidak kreatif, dan tidak lucu. Banyak iklan di televisi kita yang hanya berisi bujukan dan rayuan agar pemirsa memakai atau menggunakan produk yang diiklankan, tapi karena tidak kreatif, ajakan itu menjadi dangkal dan gombal. Dengan demikian, pemirsa bukannya tertarik, tapi malah merasa terhina kecerdasannya. Penampilan seorang atis tua negeri ini yang mengiklankan sebuah produk kitchenware bersama seorang CEO perusahaan perusahaan tersebut adalah sebuah contoh iklan yang dangkal dan menghina kecerdasan, disamping beberapa iklan makanan yang menampilkan orang berjoget, menyanyi sambil merayu penonton dengan kata-kata bombastis. Penampilan sebuah iklan rokok yang semula kreatif dan lucu, pun berubah menjadi dangkal dan menghina kecerdasan karena  terlalu berlebihan dan tidak masuk akal sehat; pada waktu si cewek meminta mereka menggendong kambingnya, itu lucu, tapi ketika dia menyuruh mereka menggendong kerbaunya, sungguh tidak lucu.

Iklan televisi kita seperti kehilangan barometernya, setelah tidak ada lagi agenda penghargaan iklan tahunan seperti dulu. Dulu ada agenda penghargaan Citra Pariwara Award (kalau tidak salah itu namanya) yang memberi penghargaan tahunan untuk iklan-iklan terbaik negeri ini, baik iklan media audio visual, maupun media cetak. Entah mengapa agenda penghargaan ini tidak berlangsung lama, mungkin karena ketiadaan materi yang layak untuk dinilai, mengingat iklan-iklan bermutu saat ini jumlahnya sudah sangat sedikit, kalau tidak mau dikatakan tidak ada sama sekali.

Ada baiknya agenda penghargaan untuk iklan ini dihidupkan kembali, agar para pembuat iklan di negeri ini terangsang untuk membuat iklan bermutu. Tidak adanya penghargaan serupa itu mungkin salah satu penyebab mengapa para pembuat iklan kita tidak tertarik untuk membuat iklan yang bermutu seperti yang dulu banyak kita saksikan di layar televisi kita.***

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger