Istana 'The Royal Mansour' Terbuka untuk Umum


The Lobby of The Royal Mansour
Pada suatu ketika, tersebutlah seorang Raja muda dari Moroko, yang disebut-sebut sebagai raja terkaya ke-tujuh di dunia. Raja Mohammed VI mewarisi tahta pada tahun 1999, pewaris lebih dari 1.000 tahun kesultanan, tetapi sebagai manusia modern, dia mengemudikan mobilnya sendiri, menghormati hak-hak wanita dan hanya mengambil satu istri.

Meski mewarisi banyak istana, namun dia memutuskan, setelah beberapa tahun berkuasa, membangun sebuah istana lagi. Untuk istana yang luar biasa ini dia tidak menetapkan anggaran, namun dia bercita-cita akan membuat istana tersebut menjadi contoh arsitektur Moroko yang paling indah di dunia. Istana itu dibuat dengan tangan oleh 1.200 orang seniman ukir dengan menggunakan batu-batu terbaik, marmer, ubin, sutra, satin, manik-manik, bulu dan cedar. Tidak seorang pun, sampai hari ini, tahu berapa banyak biaya.yang dikeluarkan untuk itu.

The Royal Mansour akhirnya selesai, dan istana ini ditujukan untuk pengunjung—sejenis tempatcheck in. Di hotel ini, para Scheherazade akan menemukan cukup banyak sudut-sudut yang nyaman untuk menceritakan kisah yang berbeda di divan yang berbeda setiap malamnya.

Hotel ini tidak berencana memasang iklan dan Website-nya belum lagi dibuat. Hotel ini dikenal dari mulut ke mulut, dan hotel ini tidak murah. Harganya mulai dari $1.928 semalam untuk sebuah riad (rumah tradisional, tiga lantai, bergaya Maroko) dengan satu kamar tidur, sampai $5.397 untuk Riad d’Honneur yang luasnya hampir mencapai 20.000 meter persegi.

Royal Mansour, An interior of a guest suite (riad)
Royal Mansour, An interior of a guest suite (riad)
Pengalaman itu dimulai dari landasan bandara Marrakech ketika seorang tamu yang baru tiba, dibimbing keluar dari barisan wisatawan yang kelelahan, dibawa ke sebuah ruangan yang tenang, dan diberi makan, ketika paspor dan barang bawaannya sedang dikumpulkan oleh petugas. Hanya dalam hitungan menit sang tamu dikawal keluar dari bandara menuju sebuah Mercedes khusus berwarna hitam mengkilap. Ya, cukup tenang, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk. Tas-tas ditaruh di bagasi belakang dan paspor dikembalikan ke dalam mobil. Pelayanan yang sama dengan penyambutan ini juga diberikan pada saat pulang, menciptakan kesan seolah-olah sang tamu telah tinggal benar-benar tinggal bersama sang raja.

Perjalanan 15 menit menuju istana menyuguhkan pemandangan tentang dinding-dinding bolong ditembus mammoth di bagian kota tua Marrakech yang berwarna oker oranye-tua, warna yang menawan di bawah langit telanjang Moroko. The Royal Mansour berada di dalam salah satu pintu gerbang itu, berdiam di balik dinding-dinding tua abad ke-13. Pintu masuk raksasa—sebuah pahatan kayu seberat empat ton, yang dilapisi perunggu—terbuka seperti, ya, seperti Sesame.

Selama masa konstruksi, sang raja muncul di pintu ini pada suatu hari, dan berkata, “Itu tidak cukup besar,” dan kemudian pergi tanpa memasukinya. Pintu itu sekarang kira-kira sepertiga lebih besar, dan para pegawai hotel masih sedang menunggu kunjungan pertama dari sang raja. Akan tetapi, keluarga besarnya sudah cukup sering berkunjung dan khabarnya memberi laporan pada sang raja setiap hari melalui telepon.

Hotel ini dirancang seperti sebuah kota tua Moroko dengan tempat jalan kaki yang berkelok-kelok dengan kolam teratai dan mata air mancur yang langsung berhadapan dengan pekarangan yang terang di bawah cahaya matahari, yang ditumbuhi oleh pohon-pohon palem,bougeenville yang lebat dan pohon-pohon lemon dan olive yang aromatik. Public spaceslounges, bars, dan restoran—dibangun, sebagaimana 53 akomodasi lainnya, sebagaimana riad-riad dengan ruang-ruangnya yang ada pada semua tingkatan, yang bagian dalamnya terhubung ke sebuah courtyard dan bagian atasnya dengan sebuah jajaran archesberukir.

Tempat resepsinya adalah gabungan kemewahan yang tinggi dan juga kesederhanaan yang tenang yang memancarkan dengan sempurna puisi dari keseluruhan bagian istana ini. Mejacheck-in-nya tampak seperti perak yang dibordir dan di belakangnya menjulang dindingarabesques yang geometris, dengan dua lapisan marmer putih yang tebal.

Royal Mansour, The entrance to the high-priced Riad d'Honneur.

Royal Mansour, The entrance to the high-priced Riad d'Honneur.














Permadaninya terbuat dari tenunan suede dan kulit, sofa dan kursinya dilapisi sutra dan brokat beludru, Laliquekristal, Baccarat dan Venetian, kain tirai berbalut sutranya dipadukan dengan gantungan tirai yang berlapis mutiara. (Favorit saya adalah tirai-tirai yang mengelilingi jalan masuk utama: besar, terbuat dari bulu burung onta merah tua dipadukan dengan rumbai-rumbai sutra emas dan beludru merah—riwayat Folies Bergère dalam sebuah rumbai tunggal.) Riad pada bagian resepsi terkesan seperti mengapung di permukaan air yang tenang pada fountainsbagian tengah, dihiasi oleh suara burung parkit pastel yang sesekali mengerik dari kandangnya.


Keramik lantai pada masing-masing riad mengikuti salah satu dari empat tema warna, termasuk “vert-anis,” sebuah warna bright lime, warna kesukaan sang raja. Fountain bulat pada courtyardtengah pada suatu pagi ditaburi dengan bunga ros putih dan anyelir merah. Ruang makan, ruang istirahat, dapur kecil dan sebuah tempat berkumpul yang dihiasi bantal-bantal mengelilingicourtyard. Lantai duanya mempunyai kamar tidur yang mewah, kamar mandi live-in (di sini marmer benar-benar menjadi raja) dan sebuah balkon Juliet kaca tertutup yang menghadapcourtyard.

Atapnya adalah sebuah patio outdoor multilevel dengan kolam untuk tempat berendam, shower dengan kubah kaca warna gelap yang unik, area makan (sebuah tempat yang indah untuk sarapan atau makan malam dengan candlelight), sebuah tungku perapian, kursi lounges dan sebuah sofa sudut berwarna terang dilengkapi tenda Bedouin. Di atas dinding dek berpanel cedar yang rumit tampak pohon-pohon palem menjulang, tower Masjid Koutoubia yang berkilau, dan, di kejauhan, puncak gunung Atlas yang bersalju. Atap riad-riad ini bisa dibuka ke langit sehingga cahaya matahari memantul dari dinding tadelakt berlapis kapur yang indah, dan burung-burung yang sesekali turun minum di fountain di bawahnya.

Riad-riad ini dilayani oleh banyak sekali pelayan—hotel ini mempekerjakan 500 orang, dengan rasio 10 orang per riad—yang datang, secara tak terlihat, dari bawah. Hotel ini mempunyai sebuah kota bawah tanah yang parallel di mana para staf mengemudikan kereta-kereta golf dan memasuki masing-masing riad melalui lift yang tersembunyi. Masing-masing riad mempunyai dua kepala pelayan, yang bekerja bergiliran, dan mereka bertugas mengatur segala sesuatunya untuk Anda. Setiap orang siap membantu dan ramah, dan, mungkin, yang paling mengesankan dari hotel elite sekelas ini, mereka bekerja melayani tamu-tamunya tanpa sungkan dan tanpa segan, dan tanpa melecehkan—tidak peduli siapa pun Anda, atau pakaian apa saja yang Anda kenakan.

Semua kemewahan ini diawasi oleh seorang general manager yang ramah Jean Pierre Chaumard, seorang veteran bisnis hotel yang pernah dihadiahi Légion d’Honneur untuk jasanya “mewakili the French savoir faire di seluruh dunia.” (Anda pasti menyukai orang Perancis yangtelah mendapatkan sebuah medali untuk hadiah sebagai super-French ini) Seorang Perancis tua yang seksi dengan binar di matanya, Mr. Chaupmard suka mengendarai Harley Davidson Road King Classic-nya mengelilingi Moroko.

Hotel ini mempunyai tiga restoran yang semuanya diawasi oleh Yannick Alléno, juru masak dari hotel Paris’s Le Meurice, di mana dia mendapatkan—dan telah mempertahankan—tiga bintang Michelin pada tahun 2007. Tanda bintang ini adalah bukti kecakapannya dalam hal setting,service dan food di dua restoran dinner, satu Perancis dan satu Moroko. Hidangan “Pigeon in Crispy Pastille” di restoran Maroko adalah daging burung merpati halus gurih dilapisi millefeuilleyang renyah, sebuah karya seni yang bisa dimakan, sedangkan “Orange Salad” dessert menawarkan orbs magis dari orange ambrosia yang akan pecah di mulut Anda seperti caviar sitrus.

Dan ya, ada sebuah spa, sebuah kerangka lacework putih seluas 27.000 foot persegi yang menyerupai sebuah candi marmer berwarna pucat dibandingkan dengan tubuh manusia di dalamnya. Jangan sekali-kali, dalam keadaan apa pun, meninggalkan Marrakech tanpa mencoba sebuah hamam—cara mandi klasik Turki—di sini dengan Abdelkader al Ibtikar. Setelah dia mencuci, menggosok, memoles, dan menelentangkan Anda (yang terakhir ini adalah sebuah “tarian” Moorish untuk mengingatkan—bernapaslah dan ikuti prosesnya) Anda akan merasa dilahirkan kembali bukan sebagaimana Anda sekarang, tetapi sebagai ketika Anda bayi dulu, seperti anak sultan, mungkin. Di manakah keindahan Scheherazade? Saya sudah siap mendengarkan cerita pengantar tidur. Saya kira Mr. Chaudmard akan mencarikan dia untukku.

(Toni Bentley/yahoo.com/Foto-foto: yahoo.com)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger