Puasa, Perlukah Rumah Makan Ditutup?

RAMADHAN datang lagi. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, ribuan umat Islam melakukan semacam upacara pra-Ramadhan, menyambut kedatangan bulan suci tersebut. Ada yang menziarahi dan membersihkan kuburan, melaksanakan do’a bersama, saling bermaaf-maafan, dan bahkan banyak pula yang melakukan upacara mandi di kali, dengan harapan jiwa dan raganya akan bersih memasuki bulan nan suci tersebut.

Salahkah semua itu, tentu tidak, atau saya yang tidak tahu benar atau salah. Dalam pikiran saya, kegiatan yang sedemikian tentu boleh-boleh saja.

Namun tidak cukup hanya itu. Bulan Ramadhan ternyata dijadikan juga momen untuk melakukan razia dan himbauan. Berbagai razia seperti yang dikenakan pada tempat-tempat hiburan malam, tempat judi, dan warung makan di siang hari, selalu mewarnai acara memasuki bulan Ramadhan. Pesan dari razia itu tentu sederhana dan mudah dipahami; jangan membuka hiburan malam, jangan minum-minuman keras, jangan berjudi di saat orang sedang tarawih, dan jangan membuka warung makan di siang hari, di saat orang sedang berpuasa, karena hal-hal semacam itu akan mengganggu kenyamanan umat Islam yang sedang menjalankan puasa.

Pada satu sisi, pesan-pesan razia seperti itu menunjukkan ego umat Islam yang berlebihan; umat Islam yang merasa selalu ingin diistimewakan, ingin dihormati, ingin dijunjung, ingin dibuat nyaman, dengan dalih ibadah; jika tidak demikian, umat Islam tidak akan bisa beribadah.

Duhai, pernahkah kita menyadari bahwa sistuasi seperti itu hanya mungkin kita dapatkan di Indonesia, di negeri yang penduduknya sebagian besar beragama Islam. Andai kita hidup di tengah-tengah mayoritas umat beragama lain, atau tidak beragama apa pun, apakah kita akan tetap menuntut hal yang sedemikian, dan, kalau tidak, apakah kita tidak akan menjalankan ibadah.

Bukankah puasa, sebagaimana ibadah lainnya, pasa hakekatnya adalah untuk orang yang beriman. Orang beriman, tentu, khusyuk menjalankan ibadah dalam kondisi apapun. Orang beriman akan tetap khusyuk shalat walaupun di tengah kebisingan; orang beriman akan tetap khusyuk puasa walaupun dikelilingi oleh orang-orang makan enak; orang beriman menjalankan ibadah tanpa reserve.

Orang beriman tentu tidak akan pusing dengan segala macam godaan dalam menunaikan ibadah. Orang beriman tidak perlu tersinggung dengan orang yang merokok atau minum, atau makan di depannya pada saat dia sedang puasa.

Yang perlu dilakukan oleh orang beriman adalah memperdalam keimanannya, bukannya menyalahkan orang yang tak beriman, sekaligus menunjukkan pada orang yang tak beriman betapa teguh keimanannya, sehingga menimbulkan kesan yang positif di mata orang yang tak beriman tersebut. Kesan positif atau inspirasi ini adalah dakwah yang paling efektif karena memberikan contoh secara langsung, bukan hanya kata-kata.

Sama halnya dengan masalah kesabaran. Orang yang meenghadapi sesuatu dengan sabar akan menimbulkan inspirasi bagi orang lain (yang tidak sabar) untuk mencontoh karena bertindak sabar adalah lebih sulit daripada tidak sabar. Bertindak gegabah dan membabi buta dalam menghadapi perbuatan orang lain tidak akan membuat orang lain itu terinspirasi untuk berubah, karena sesungguhnya mereka bukannya tidak menyadari kesalahan yang mereka lakukan, melainkan mereka belum menemukan contoh yang bisa dijadikan inspirasi, ditiru, dan diamini. Bayangkan, seseorang yang selalu berada dalam lingkungan perjudian, mabuk-mabukan, dan kekerasan seumur hidupnya, apakah mungkin akan berubah begitu saja dan tersadarkan secara berarti hanya karena tempat kerjanya dibakar dalam sekejab mata. 

Bukankah dakwah bil hal—dakwah dengan memberi contoh sudah sering kita gembar-gemborkan dalam berbagai kesempatan, dan apa gunanya kalau tidak untuk dilaksanakan. Yang perlu kita lakukan di bulan Ramadhan adalah memperdalam ibadah, menyemarakkan masjid, memperbanyak pengajian, tadarus, misalnya, sehingga timbul suasana religius yang meriah dan solid yang bisa menginspirasi banyak orang. Melakukan razia, dengan kekerasan, apalagi dengan membabi buta hanya akan menimbulkan kesan bahwa umat Islam selalu ingin diistimewakan, dan menambah kesan represif dan intoleran menurut agama lain.***
  

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger