Laki-Laki Itu Tewas setelah Menyumbangkan Liver-nya untuk Kakaknya

By Deborah Huso

Ryan and Chad ArnoldPADA tanggal 13 November, Chad Arnold yang berusia 38 tahun dari Castle Rock, Colorado, menulis dalam jurnal online (online journal)-nya: “Ada sesuatu yang berat, suatu kegelapan yang nyata, yang membebani jiwa saya dan melelahkan tubuh saya hingga titik terlemah yang tidak pernah saya alami sebelumnya sepanjang hidup saya. Saya harus menjawab beberapa pertanyaan sulit tentang keimanan, dan secara lebih personal, Tuhan.”

Ini adalah sebuah pengalaman ganjil dari seseorang yang tetap bertahan hidup karena mendapat transplantasi liver yang dilaksanakan pada bulan juli lalu. Akan tetapi Chad, meski mendapatkan liver yang baru di dalam tubuhnya, harus kehilangan adik lelakinya Ryan Arnold  yang berusia 34 tahun. (sebelah kiri dalam gambar)

Chad Arnold (sebelah kanan dalam gambar) didiagnosa menderita primary sclerosing cholangitis (PSC), sebuah penyakit liver yang tak dapat disembuhkan, lebih dari satu dekade lalu. Namun meski menderita penyakit tersebut, dia tetap bekerja, dengan tetap memperhatikan diet-nya, mengabdikan dirinya pada pekerjaannya di Compassion International, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk membantu anak-anak miskin dunia. Dia mendapat kesenangan dengan berkumpul bersama istri dan dua anaknya.

Akan tetapi pada musim dingin tahun lalu penyakitnya mencapai titik paling buruk, dan tampaknya harapan Chad satu-satunya adalah mendapat transplantasi liver, sebuah pekerjaan yang tidak mudah di sebuah dunia di mana ada sekitar 16.000 orang pasien lainnya yang sedang menunggu kesempatan yang sama. Akan tetapi ada sebuah alternatif. Jika Chad bisa menemukan seorang teman atau anggota keluarga yang bersedia memberikan liver-nya melalui bedah transplantasi, dia bisa diselamatkan. Dan ternyata adiknya Chad yang bungsu, Ryan, bersedia.

“Saya pikir hal itu penting bagi Ryan karena dia tidak mau orang lain yang melakukan itu,” kata Chad pada AOL Health Selasa pagi lalu. “Operasi itu sangat menyakitkan.”

Lebih menyakitkan dari yang bisa Anda bayangkan.

Ryan, yang masih muda dan sehat, seorang suami dan ayah, akhirnya tewas akibat serangan jantung setelah melakukan bedah transplantasi di University of Colorado Hospital, sedangkan Chad, orang yang tadinya sangat mengkhawatirkan, harus mengucapkan terima kasih atas liver adiknya yang kini tumbuh dan berkembang di dalam tubuhnya. 

Sejak saat itu, Chad mencoba memahami hal itu semua—mengapa dia hidup dan Ryan meninggal dunia.

Lagi, dalam jurnalnya, Chad menulis, “Saya bisa membenci Tuhan. Saya bisa membenci rumah sakit tersebut. Saya bisa membenci perjalanan hidup ini. Dan saya jamin, jika saya melakukan itu, maka saya akan membenci diri saya sendiri.”

Dan hal itu bukanlah apa yang dia inginkan.

Dia mempunyai kewajiban terhadap kehidupan yang dianugerahkan kepadanya, terutama karena hidupnya, tampaknya, adalah sebagai ganti dari hidup Ryan. “Ada banyak sekali cara dia ada dalam kehidupan saya,” kata Chad tentang adiknya itu, “akan tetapi, menurut saya, sebagian besar hidupnya—dia abdikan untuk keimanan dan keluarganya sebagai yang utama.” Sulit bagi Chad untuk menjelaskan meskipun dia telah membicarakan semua pengalamannya tersebut berulang-ulang baik dengan dirinya sendiri, dengan keluarganya, maupun dengan media. Dia memuji “optimisme yang sedemikian tinggi dan tekad begitu kuat dalam menghadapi cobaan” yang dimiliki oleh adiknya itu.

“Dia tak punya rasa takut,” kata Chad.

Apa yang terjadi pada Ryan adalah sulit dimengerti. University of Colorado Hospital melakukan transplantasi liver yang pertama pada tahun 1963. Sejak saat itu para staf medis rumah sakit itu telah melakukan lebih dari 140 transplantasi serupa dengan tidak menimbulkan akibat yang fatal, dan, menurut Associated Press, dari lebih dari 4.000 operasi transplantasi liver dengan donor hidup di Amerika Serikat dalam dua dekade terakhir, hanya terjadi tiga kali kegagalan fatal.

“Ryan dalam keadaan yang sangat sehat,” kata Chad pada AOL Health, “Hasil autopsy-nya sangat tidak meyakinkan. Masing-masing orang memiliki teorinya masing-masing, tetapi saya tidak bisa berspekulasi mengenai alasan tepatnya dari teori-teori itu. Yang saya tahu hanyalah dia tewas akibat serangan jantung.”

Dan hal yang mengecewakan adalah, setelah semua yang dialami oleh Chad dan keluarga besarnya dalam beberapa bulan terakhir ini, ternyata liver yang ditanamkan di dalam tubuhnya tersebut bermasalah. Liver yang baru saja ditransplantasikan tersebut tampaknya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan Chad sekarang berada dalam daftar tunggu untuk mendapatkan sumbangan liver dari cadaver (donor meninggal dunia).

“Kami masih ‘wait and see’ dalam beberapa minggu ke depan,” katanya. “ Liver dari Ryan mengalami perkembangan yang sangat lambat, dan kami masih menganalisis apakah bengkak berisi cairan (yang saya alami ini) akan berkurang. Akhir-akhir ini bengkak tersebut memang berkurang, sehingga kami masih berharap.”  

Chad telah membuat keputusan tidak akan menerima liver dari donor hidup, apapun yang akan terjadi. Dia tahu bahwa donor hidup lainnya yang pernah menyumbangkan liver-nya ternyata baik-baik saja, tetapi dia berkata, “Anda harus bersiap-siap terhadap ‘kemungkinan terburuk.’ Dengan demikian, tidak akan ada penyesalan bila sudah terjadi.”

Sekarang ini, Chad kembali bekerja untuk mendapatkan tempat baginya di dunia ini kembali, dia merasa berhutang budi pada Ryan, juga pada kenyataan bahwa tragedi yang dialaminya ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain yang mendengarnya. “Saya bersyukur bahwa hidup ini adalah menyentuh dan menyembuhkan, jika kita mengetahui, ada sebuah kedamaian yang berada di luar hakikat kemanusiaan, bahkan ketika kita mengalami sakit sekali pun,” katanya.


comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger