, On Friday February 11, 2011, 5:28 pm EST
bikyamasr.com |
TIDAK ada nama Hosni Mubarak dalam daftar Forbes tentang orang-orang terkaya di dunia, tapi seharusnya ada.
Tekanan yang terus menguat dari protes yang telah berlangsung selama 18 hari akhirnya membuat Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur dari jabatannya, setelah memerintah dengan tangan besi selama tiga dekade. Namun selama masa itu, Mubarak telah mengumpulkan pundi-pundi berisi uang yang akan membuatnya nyaman selama masa pensiunnya. Surat khabar Inggris Guardian mengutip kekayaan sumber daya alam Timur Tengah telah menyumbang kekayaan bagi Mubarak dan keluarganya antara $40 hingga $70 miliar. Sebuah tunjangan pensiun yang sangat bagus untuk seorang pejabat pemerintah. Orang terkaya di dunia—taipan bisnis Meksiko Carlos Slim—tercatat memiliki kekayaan sebesar $54 miliar, sebagai perbandingan. Bill Gates nomer dua dengan selisih yang tipis, dengan kekayaan bersih sekitar $53 miliar.
Mubarak, tentu saja, seorang militer, bukan seorang pelaku bisnis. Namun menjalankan sebuah negara dengan konstitusi yang ditunda seperti Mesir selama 30 tahun adalah sebuah kesempatan emas, dan Mubarak berada dalam posisi mengambil keuntungan dari setiap deal bisnis yang signifikan di negeri itu, mulai dari proyek pembangunan di lembah sungai Nil hingga proyek transit di terusan Suez, yang merupakan saluran sekitar 4 persen minyak dunia. “tidak ada pertanggungjawaban, tidak perlu transparansi,” kata Prof. Amaney Jamal dari Universitas Princeton. “Dia bisa mengambil keuntungan dari bidang ekonomi dan dari monopoli, uang suap, uang pelicin ( red-tape fee), dan nepotisme. Bidang-bidang di mana keuntungannya terjamin.”
Jika sedikit saja keuntungan tersebut dia bagi-bagi dengan rakyatnya yang jelata, mungkin Mubarak akan tetap berkuasa. Tetapi Mesir, meski banyak penduduk generasi mudanya yang berpendidikan tinggi, secara ekenomi masih terbelakang. GDP per kapita negara itu hanya sekitar $6.200, menurut CIA—sepertujuh dari GDP AS. Dengan GDP sebesar itu, Mesir berada di urutan ke 136 dunia, meski Mesir berada di peringkat ke-16 dari sisi jumlah penduduk. Mubarak telah menjalankan program reformasi ekonomi, namun program tersebut macet akibat resesi ekonomi dunia. Langkanya lapangan kerja dan mobilitas ke atas (upward mobility) mungkin merupakan faktor terbesar yang menggerakkan jutaan orang Mesir yang marah turun ke jalan, menuntut perubahan.
Estimasi atas kekayaan Mubarak boleh jadi sulit diverifikasi, jika tidak mau dikatakan tidak mungkin (salah satu alasannya adalah para diktator tidak suka kekayaannya dimuat dalam daftar tahunan Forbes). Uangnya tentu saja tidak dia simpan di gedung-gedung di Mesir, menunggu untuk dihitung. Dan penundaan pengunduran dirinya kemarin boleh jadi memberi dia kesempatan untuk memindahkan uangnya dan menyembunyikan sebagian besar hartanya. Pemerintah Swiss mengatakan mereka telah membekukan semua aset-aset di bank Swiss yang berhubungan dengan Mubarak, sebuah tindakan yang agresif yang tidak biasa bagi negara perbankan yang suka berahasia itu. Namun hal itu bukan berarti bahwa uangnya akan segera kembali ke rakyat Mesir, dan mungkin pada akhirnya uang tersebut akan menemukan jalannya kembali ke Mubarak. Kekayaan Mubarak yang lain dilaporkan disimpan di bank-bank Inggris, dan Mubarak tampaknya cukup cerdik untuk menyembunyikan sebagian hartanya di tempat-tempat yang tak terduga. Plus, sebuah kesepakatan untuk mengasingkan diri memungkinkan Mubarak mendapatkan kembali sebagian kekayaannya, tidak perlu dipertanyakan lagi, sepanjang dia dan keluarganya meninggalkan Mesir dan tidak berusaha merebut kekuasaan kembali.
Penipuan pajak besar-besaran (epic skimming) adalah sebuah privelese yang umum di kalangan keluarga raja-raja Timur Tengah, dan Mubarak dan dua anaknya, Gamal dan Alaa, tidak cukup mencolok dibandingkan dengan beberapa pangeran Saudi dan keluarga kerajaan Timur Tengah lainnya yang sering melakukan pesta-pesta mewah di French Riviera atau tempat-tempat lainnya. Keluarga itu dilaporkan memiliki istana-istana mewah di London, New York, dan Beverly Hills, plus sejumlah properti di sekitar resort orang-orang Mesir di kota Sham el Sheikh, di mana Mubarak dilaporkan pergi setelah mengumumkan mengundurkan diri.
Mubarak juga membagi-bagikan kemakmuran secara meluas di lingkaran kekuasaan di sekelilingnya—sebuah tadisi Timur Tengah lain—salah satu alasan mengapa dia mendapatkan kesetiaan yang tinggi dari para kroninya sehingga memungkinkan dia berkuasa selama tiga dekade. Para petinggi militer dia manjakan dengan uang, yang boleh jadi sebab mengapa militer memudahkan jalannya ketika dia mengundurkan diri—dengan mengijinkan dia mengungsi di dalam negeri—bukannya mendepak dia keluar dari negara itu atau memenjarakannya begitu dia terguling untuk selamanya.
Jejak uang tersebut, sebenarnya, akan membantu menentukan apakah Mesir menjadi lebih makmur, demokratis, atau terus menjadi negara dengan perekonomian terpuruk. Meski dia sudah tidak berkuasa, Mubarak pasti masih mempunyai pengaruh di kalangan militer yang menjalankan pemerintahan negara itu, melalui koneksi finansial yang telah membuat mereka semua menjadi kaya. Dan jika bukan Mubarak, pemimpin Mesir berikutnya boleh jadi akan memulai pemerintahannya dengan memenuhi pundi-pundinya dengan uang seperti yang dilakukan Mubarak dulu. Jika Mesir ingin memiliki pemerintahan yang lebih efektif, ekonomi yang lebih transparan, semua itu harus dihapuskan. Mungkin ada banyak orang di Kairo yang sedang mengecek saldo di rekening bank-nya akhir-akhir ini.
Twitter: @rickjnewman
Source: http://finance.yahoo.com/news/How-Hosni-Mubarak-Got-Filthy-usnews-3723955512.html?x=0
0 comments:
Post a Comment