Perbedaan Etnis dalam Bedah Plastik


Suzanne DeChillo/The New York Times
DI SEBUAH klinik bedah plastik di wilayah Upper Manhattan yang merupakan wilayah mata pencaharian orang-orang Dominika, salah satu operasi yang paling populer adalah operasi untuk memperbesar pantat wanita, karena—begitu menurut para dokter—“mereka semua menyukai bentuk pantat yang melengkung.”

Di Flushing, Queens, para dokter bedah banyak tersita perhatiannya untuk  membuat hidung orang-orang China yang agak mendongak ke atas menjadi sedikit merunduk ke bawah. Kaum wanita Rusia di Bay Bridge, Brooklyn, sekarang sedang gandrung memperbesar payudara mereka, sedangkan orang-orang Korea di Chinatown kini sedang gemar merampingkan garis-garis rahang mereka.
Seiring meningkatnya permintaan akan bedah plastik di seluruh penjuru dunia, New York telah menjadi tuan rumah bagi ceruk pasar serupa itu yang memungkinkan kaum imigran di kota itu mendapatkan tiap leluk-lekuk tubuh sesuai selera kultural mereka dan kecantikan yang ideal menurut mereka. Semudah mereka menemukan daun-daun anggur Libanon atau bermangkuk-mangkuk pho Vietnam yang berasa seperti di kampung halaman mereka, semudah itu pula kaum imigran tersebut menemukan para ahli bedah yang bisa menciptakan kembali belahan payudara serupa punya Thalia, si penyanyi Meksiko itu, atau sepasang mata yang bersinar seperti matanya Lee Hyori, si bintang pop Korea. 
Mereka juga bisa menemukan para dokter yang jumlahnya semakin banyak yang menawarkan operasi serupa itu dengan sistem pembayaran mencicil. Jika harganya masih terlalu tinggi, mereka bisa memilih bedah illegal dengan dokter yang tak berijin yang banyak beroperasi di sekitarnya.
Karena klinik-klinik special ini menawarkan membentuk mata seperti mata orang-orang Asia dan bentuk tubuh seperti orang Latin,  mereka menawarkan persfektif hingga ke tingkat pori-pori (pore-level perspective) untuk memenuhi keinginan dan mengobati rasa tidak aman kaum imigran New York abad ke-21 ini—sebuah potret mozaik yang ditandai dengan Botox.


Suzanne DeChillo/The New York Times
Gambar ini memperlihatkan jenis-jenis bedah mata yang berbeda .
“Ketika seorang pasien datang dari latar belakang etnis tertentu dan usia tertentu, kita tahu apa yang sebenarnya yang mereka cari,” kata Dr. Kaveh Alizadeh, presiden Long Island Plastic Surgical Group, yang mempunyai tiga klinik di kota tersebut. “Kami ini sejenis sosiolog amatir,” katanya.
Dr. Alizadeh, dia sendiri adalah seorang imigran dari Iran, mengakui bahwa hasil bedah tersebut lebih menyerupai pembentukan stereotipe daripada sains. Namun demikian, dia dan para dokter lainnya yang bekerja dalam komunitas etnis mengatakan ketika mereka memindai daftar tamu di klinik mereka, mereka menemukan trend yang tepat: Banyak orang Mesir melakukan operasi face lifts. Banyak orang Italia melakukan operasi untuk mengembalikan bentuk lutut mereka. Dr. Alizadeh mengatakan teman-temannya dari Iran lebih menyukai operasi mengubah bentuk hidung.
Dan tidak  perlu dipertanyakan lagi akan banyaknya permintaan operasi serupa di kalangan kaum imigran, karena bahasa Arab dan bahasa Mandarin banyak terdengar di ruang-ruang operasi dengan pasien tua muda “mulai dari 18 hingga yang 80 tahun,” seperti kata seorang dokter.
Sekitar 750.000 orang Asia di AS telah melakukan prosedur kosmetik, mulai dari bedah hingga yang sedikit invasif seperti injeksi Botox, pada tahun 2009—sebuah angka yang merupakan 5 persen dari seluruh penduduk Asia di AS, dan angka tersebut lebih dari dua kali lipat dari jumlahnya di tahun 2000, menurut American Society of Plastic Surgeons. Di kalangan masyarakat Latin, jumlahnya sekitar 1,4 juta, hampir mencapai 3 persen dari jumlah penduduk imigran Latin di AS dan meningkat tiga kali lipat dalam tempo sembilan tahun. Pada tahun 2009, sekitar 4 persen orang kulit putih melakukan operasi kosmetik.
Di New York, banyak klinik-klinik baru dibuka di dalam lingkungan orang-orang imigran, dan praktik operasi terus meningkat seiring besarnya jumlah permintaan.
Operasi makeover yang ekstrim adalah, dalam banyak hal, merupakan sebuah tradisi di kalangan masyarakat imigran di kota ini. Satu abad lalu, pada awalnya ditemukan bedah kosmetik, kaum Yahudi Eropa banyak melakukan operasi hidung dan kaum imigran Yahudi melakukan operasi memperkecil telinga untuk mendapatkan penampilan yang “lebih Amerika” kata Victoria Pitts-Taylor, seorang profesor sosiologi di  Queens College yang telah menulis mengenai kesukaan orang akan bedah plastik.
“Kebanyakan dari operasi-operasi serupa itu dimaksudkan untuk menjawab masalah-masalah asimilasi,” kata Ms. Pitts-Taylor.
Sekarang ini, motivasinya mulai bermacam-macam sebagaimana juga prosedurnya. Bukannya berusaha untuk meniru penampilan penduduk negara baru mereka ini, kaum imigran tersebut malah lebih suka mengembalikan penampilan mereka sesuai daerah asal mereka mereka masing-masing.
“Para pasien saya bangga terlihat seperti orang Hispanik,” kata Dr. Jeffrey S. Yager, yang berbicara bahasa Spanyol dan yang telah memperbesar ukuran kantornya tiga kali lipat lebih luas dari ukurannya pada tahun 1997 ketika baru dibuka pertama kali di Washington Heights, sebuah wilayah permukiman orang Dominika yang luas di Manhattan. “Saya tidak pernah mendapat pasien yang ingin menyembunyikan identitas etnis mereka.”
Klinik-klinik yang mengiklankan diri di media Rusia, Spanyol dan China yang terbit lokal mempunyai banyak kesamaan satu sama lain dan dengan klinik-klinik yang melayani kaum nonimigran—semuanya ingin mendapatkan perut yang rata dan jidat yang mulus—inti bisnis mereka berbeda-beda sesuai dengan perbedaan bahasa para pasien mereka.
Dr. Holly J. Berns, seorang anesthesiolog, merasa seoloh-olah berada di atas sebuah papan jungkat-jungkit ketika dia melakukan perjalanan dari kantor Dr. Yager menuju klinik-klinik pinggir kota. Di Long Island, dia berkata, “mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk mengeluarkan lemak dari pantat mereka.” Di Washington Heights, “adalah kebalikannya—mereka menginginkan tubuh bagian belakang mereka tersebut diperbesar dan dibuat bulat.”
Italia Vigniero, 27, seorang pasien Dr. Yager asal Dominika, melakukan cangkok payudara pada tahun 2008 dan sekarang sedang mempertimbangkan operasi pembesaran pantat, dia menyebutnya, “siluet seorang wanita.”
“Kami orang-orang Latin mendefinisikan diri kami dengan tubuh kami,” katanya. “tubuh kami selalu mempunyai lengkungan.”
“Pribadi saya tidak cocok dengan payudara yang kecil,” katanya. Dengan menggunakan kata “pecho” dan “personalidad”—bahasa Spanyol untuk “payudara” dan “pribadi”—dia mengeluarkan sebuah istilah yang bisa jadi motto Dr. Yager: “Sekarang, saya adalah seseorang yang mempunyai banyak kepribadian!.”
Di Flushing, yang merupakan pusat masyarakat Asia yang mempunyai banyak imigran baru, Dr. Steve Lee, seorang asli Taiwan, melakukan beberapa prosedur yang jarang, jika pernah, dilakukan di klinik Dr. Yager. Sebagian orang China, katanya, percaya bahwa telinga yang lebar adalah keberuntungan, sehingga dia tidak terkejut ketika ada seorang pasien yang meminta telinganya diperlebar.


Source: http://www.nytimes.com/2011/02/19/nyregion/19plastic.html?_r=1&src=me&ref=nyregion

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger