Naskah kuno tersebut ditemukan lima tahun lalu di sebuah gua terpencil di Yordania timur—sebuah wilayah di mana para pengikut Kristen abad permulaan kemungkinan melarikan diri setelah penghancuran Kuil di Jerusalem pada tahun 70 Masehi. Naskah kuno tersebut terbuat dari halaman-halaman individual yang dijilid dengan kawat, yang masing-masing halamannya seukuran kartu kredit. Halaman-halaman tersebut memuat sejumlah gambar dan teks tentang sang Messiah, dan juga beberapa hal yang kemungkinan merupakan referensi tentang penyalipan dan kebangkitan (resurrection). Sebagian dari naskah kuno tersebut disegel, yang justru membuat orang semakin bertanya-tanya, jangan-jangan isinya adalah buku yang disegel itu (the sealed book), yang hanya ditunjukkan untuk sang Messiah, seperti yang disebutkan dalam Kitab Injil. Salah satu dari kalimat yang diterjemahkan yang maknanya jauh dari teks, menurut BBC, berbunyi, “I shall walk uprightly”—sebuah kalimat yang juga ada dalam Injil. “Meski kalimat tersebut boleh jadi merupakan sebuah kalimat umum seperti yang banyak terdapat di dalam agama Yahudi,” tulis penulis BBC Robert Pigott, “namun kalimat tersebut di sini bisa didesain untuk merujuk pada ihwal kebangkitan (resurrection).”
Namun bidang arkeologi injil juga sering menjadi mangsa penipuan dan pemalsuan, sehingga para peneliti kini berhati-hati dan menerapkan kewaspaan empiris dalam investigasinya. Riset metalurgi awal menunjukkan bahwa naskah kuno tersebut berusia sekitar 2.000 tahun—berdasarkan sifat-sifat karat yang dialaminya, yang, seperti yang ditulis oleh Macrae, “menurut para peneliti tidak mungkin bisa dibuat-buat.”
Akan tetapi, selain test penanggalan, hanya sedikit yang bisa dikonfirmasi tentang naskah kuno tersebut atau apa yang dikandungnya. Dan hikayat tentang temuan ini telah mencapai titik di mana terjadi perebutan kepemilikan antara Israel dan Yordania. Seperti yang dilaporkan oleh Pigott dari BBC, peti harta karun tersebut ketahuan ketika seorang Badui Yordania melihat sebuah menorah—lilin religius dalam agama Yahudi—muncul di dalam gelombang air banjir bandang. Namun naskah kuno tersebut, karena sesuatu dan lain hal, jatuh ke tangan seorang Badui Israel bernama Hassam Saeda, yang mengklaim benda tersebut telah menjadi milik keluarganya selama 100 tahun terahir ini. Pemerintah Yordania telah bertekad akan “mengerahkan segala kemampuannya” untuk membawa pulang relics yang kemungkinan harganya tak ternilai tersebut, ke negara mereka, kata Pigott melaporkan.
Sementara itu, para sarjana injil yang telah meneliti naskah kuno tersebut tersebut menemukan bukti tekstual yang menunjukkan bahwa benda tersebut adalah asli dari permulaan jaman Kristen. Philp Davies, professor emeritus tentang Kajian Perjanjian Lama di Universitas Sheffield, mengatakan pada Pigott bahwa dia “terkesima” demi melihat kepingan-kepingan naskah kuno yang tampaknya merupakan peta yang menggambarkan kota Yerusalem kuno tersebut. “Ada salib di latar depannya, dan di belakangnya adalah apa yang kemungkinan merupakan batu nisan (Yesus), sebuah bangunan kecil dengan pintu masuk, dan di belakangnya terdapat tembok kota ,” kata Davies menjelaskan. “Ada beberapa tembok lagi yang di gambarkan pada beberapa halaman lain dari buku ini, dan hampir bisa dipastikan itu adalah Yerusalem.”
David Elkington, seorang sarjana agama kuno yang mengepalai tim peneliti Inggris tersebut melakukan investigasi, mengeluarkan pernyataan yang tidak kurang dari “sebuh temuan terbesar tentang sejarah Kristen.” Elkington mengatakan pada Daily Mail bahwa “sulit dipercaya bahwa kita telah mendapatkan benda-benda yang kemungkinan pernah dimiliki oleh para santa Gereja pada abad permulaan.
Namun, para mahasiswa jurusan sejarah Kristen mendesak agar dilakukan pembuktian dengan hati-hati, dengan mengingatkan adanya beberapa preseden buruk seperti penemuan sebuah kuburan kuno yang disebut-sebut berisikan tulang belulang saudara lelakinya Yesus James, yang diragukan kebenarannya. Seorang sarjana Perjanjian Baru Larry Hurtado mengatakan bahwa karena naskah kuno tersebut adalah miniatur, tampaknya benda tersebut ditujukan untuk kepemilikan pribadi bukannya untuk tujuan liturgis. Oleh karena itu naskah kuno tersebut kemungkinan bertarikh sekitar abad ke-tiga Masehi. Namun hanya penelitian lanjutan dan penerjemahan naskah kuno tersebut secara menyeluruh yang bisa benar-benar memastikan hal yang sebenarnya. Pelajaran besar yang didapat dari temuan ini adalah mungkin surat Ecclesiastes 3:1—bersabarlah, karena “segala sesuatau ada musimnya.” (By Chris Lehmann)
(David Elkington/Rex Features/Rex USA )
0 comments:
Post a Comment