Video 'Real-time': Pertama Kalinya Diketahui Bagaimana Otak Mengalami Ketidaksadaran akibat Anestesi

Apa yang terjadi pada otak Anda ketika ketidaksadaran timbul? Sebuah teknik baru  memungkinkan para peneliti menyaksikan gambar-gambar 3-D secara real-time dari seorang pasien yang sedang dibius menggunakan obat propofol, dan temuan ini menunjukkan bahwa kesadaran (consciousness) itu tidaklah lenyap secara tiba-tiba, tapi secara perlahan-lahan seperti sebuah dimmer (lampu dim) yang di-dialed down (dimatikan).

Penelitian tersebut juga mengisyaratkan bahwa kesadaran (consciousness) berada dalam koneksi antara berbagai bagian dalam otak, bukan hanya di satu bagian. Gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwa perubahan dalam otak yang dibius (dianestesi) dimulai dari otak bagian tengah, di mana reseptor-reseptor neurotransmitter yang disebut GABA terdapat dalam jumlah yang besar.

Obat-obatan seperti propofol bekerja pada reseptor-reseptor GABA ini, meniru dan memperkuat efek dari GABA, yang mencegah timbulnya aktifitas seluler. Dari bagian tengah otak, perubahan berpindah ke luar mencapai keseluruhan bagian otak; ketika pengaruh propofol menyebar dari wilayah yang satu ke wilayah yang lain, kesadaran menghilang.

“Rahang kami seperti melompat ke luar, dan saya tidak akan mengatakan kata-kata yang kami gunakan ketika pertama kali kami melihat video tersebut,” kata penulis peneliti kepala Dr. Brian Pollard, profesor anestesi di Universitas Manchester, yang merepresentasikan hasil temuan tersebut dalam Konferensi Anestesiologi Eropa di Amsterdam pada hari Sabtu lalu. “Kami hanya duduk dan melotot, terpana dan terus mengulang-ngulang video tersebut. Kami adalah orang pertama di dunia ini yang pernah menyaksikan proses otak yang mengalami ketidaksadaran, itu merupakan pikiran yang cukup menenangkan.”

Meskipun anestesi telah banyak digunakan sejak tahun 1846, ketka seorang dokter gigi untuk pertama kalinya mendemonstrasikan efek dari ether di Rumah Sakit Umum Massachusetts, hingga kini sangat sedikit diketahui bagaimana cara kerja anestesi tersebut. Meski para ilmuwan mengetahui bahwa obat-obatan anestesi seperti propofol mempengaruhi GABA di dalam otak, tapi bagaimana obat tersebut bisa menghilangkan  kesadaran masih tetap merupakan sebuah misteri.

Akan tetapi, Pollard menjelaskan, bahwa propofol mengubah “keseimbangan antara hambatan (inhibition) dan gairah (excitation) di dalam otak,” menggeser keseimbangan aktifitas menuju sirkuit penghambat (inhibitory circuits). Pertama-tama, hal ini menimbulkan hasil yang paradoksis. 

“Ketika inhibition itu terhambat (inhibited), maka pertama-tama Anda berpindah ke tahapan excitation atau mania,” katanya, mengingatkan bahwa ini biasanya terjadi terlalu cepat untuk diamati dalam anestesi modern. Tapi euforia yang singkat yang dialami oleh sebagian orang sebelum kesadarannya hilang akibat propofol boleh jadi merefleksikan kehilangan inhibiton ini (dan boleh jadi merupakan alasan Michael Jackson menyukai obat ini).

“Kemudian Anda mulai mencegah excitation dan pasien mulai menjadi terbius (sedated) dan hilang kesadarannya,” katanya. Itulah sebabnya mengapa di video tersebut otak tampak menjadi lebih aktif ketika dalam keadaan tidak sadar: otak menunjukkan peningkatan aktifitas di dalam sirkuit inhibitory.
 
“Apa yang kami dapat memperkuat pendapat bahwa ketidaksadaran itu terdiri dari beberapa tingkat bukannya hilang timbul (on/off) begitu saja,” katanya.

Kelompok Pollard menggunakan sebuah teknologi baru yang diberi nama fEITER, untuk tomografi impedansi elektrik fungsional (functional electrical impedance tomography) dengan cara membangkitkan respons. Untuk mengukur aktifitas otak, teknik tersebut menggunakan arus listrik yang tak kelihatan (imperceptible) yang dihasilkan oleh elektroda yang ditempatkan di kepala. Tidak seperti fMRI, teknik ini tidak memerlukan pasien ditempatkan di dalam medan magnet, yang menghindari penggunaan perangkat yang terbuat dari logam, sehingga fEITER yang seukuran laptop tersebut bisa digunakan di dalam ruang operasi yang biasa.

“Kami bisa memperoleh banyak kegunaan (dari fEITER dalam penelitian) untuk memisahkan anestesi, bius dan kesadaran,” kata Pollard. Alat tersebut juga bisa secara potensial digunakan untuk menentukan dengan cepat tempat stroke atau jangkauan kerusakan otak.

“Ini adalah ide besar dan saya kira sangat menarik,” kata Dr. Emery Brown, seorang professor  computational neuroscience di MIT, tapi dia mengingatkan bahwa karena penelitian tersebut belum diterbitkan dalam jurnal tinjauan sejawat, maka hasil penelitian tersebut tergolong sebagai preliminary. Namun, dia mengatakan bahwa penelitian tersebut boleh jadi menawarkan “tinjauan baru tentang cara kerja anestesi.”  

Akhirnya, fEITER mungkin akan digunakan untuk memastikan bahwa para pasien tidak mengalami kesadaran selama operasi berlangsung. Sekitar 1 dalam 1.000 pasien menyisakan beberapa tingkatan kesadaran ketika diberi anestesi, yang tentu akan menjadi trauma bagi mereka. Akan tetapi, adalah sulit bagi para dokter untuk menentukan kapan kesadaran itu terjadi, karena obat-obatan yang digunakan dalam bedah juga melumpuhkan tubuh dan mempengaruhi ukuran stress seperti tekanan darah. Pemahaman yang lebih baik mengenai kesadaran bisa membantu menghilangkan kemungkinan ini.

Ketika Pollard optimistis tentang penggunaan gambar-gambar anestesi untuk memahami kesadaran itu sendiri, Brown lebih bersikap skeptis. Dia mencatat bahwa adalah jauh lebih mudah merusak sesuatu daripada membuat. Dengan kata lain, mengetahui apa yang sedang terputus selama terjadinya ketidaksadaran tidak akan memberi titik terang tentang apa yang terjadi selama ketidaksadaran berlangsung. Tapi bagaimana pun juga, pemahaman yang lebih baik akan sirkuit yang terlibat di dalam ketidaksadaarn mempunyai banyak hal untuk ditawarkan bagi pengobatan medis. (By MAIA SZALAVITZ Wednesday, June 15, 2011)

      Related Topics:

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger